SastraIndonesia.org, 10 April 2025 — Di tengah gempuran teknologi dan budaya populer, tradisi lisan tetap menjadi sumber inspirasi kuat bagi banyak penulis sastra Indonesia. Dari cerita rakyat, mantra, tembang, hingga petuah nenek moyang, bentuk-bentuk tradisi ini tak hanya diwariskan secara turun-temurun, tetapi juga dihidupkan kembali dalam bentuk karya sastra modern yang kaya makna dan identitas budaya.
Tradisi lisan seperti legenda Malin Kundang, mitos Nyi Roro Kidul, hingga cerita Panji dari Jawa Timur, menjadi fondasi berbagai puisi, cerpen, novel, bahkan drama kontemporer. Tak sedikit sastrawan masa kini yang mengolah kisah-kisah lisan ini dengan pendekatan baru—baik dari sisi gaya bahasa maupun sudut pandang naratif—sehingga relevan dengan isu-isu modern, tanpa kehilangan akar lokalitasnya.
Salah satu contohnya adalah penggunaan mantra-mantra dan pantun dalam puisi kontemporer, yang bukan hanya memperkuat nuansa tradisional, tetapi juga menyuguhkan ritme dan daya magis tersendiri. Cerita rakyat juga banyak diadaptasi dalam novel fiksi remaja, menjadikan nilai-nilai kearifan lokal lebih mudah diterima generasi muda.
"Tradisi lisan adalah warisan kolektif bangsa yang harus terus dihidupkan, salah satunya melalui sastra," ujar Dr. Endah Suryani, dosen sastra dari Universitas Negeri Malang. Ia menambahkan bahwa menggali kembali kisah-kisah dari masa lalu bisa menjadi cara ampuh untuk membangun jati diri bangsa di tengah arus globalisasi.
Melalui karya sastra, tradisi lisan tak sekadar dikenang, tetapi diberi nafas baru. Dengan cara ini, identitas budaya Indonesia tetap lestari—tak hanya di ruang-ruang budaya, tapi juga di hati para pembaca.
0 Response to "Tradisi Lisan: Warisan Budaya yang Menginspirasi Karya Sastra Modern"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.