Surabaya, Jatimku.com – Dalam lintasan sejarah, sastra selalu menjadi senjata yang ampuh untuk menyuarakan ketidakadilan, membangkitkan kesadaran, dan menggugah hati masyarakat. Dari puisi, cerpen, novel, hingga drama, karya sastra telah memainkan peran penting dalam mendorong perubahan sosial dan menjadi medium bagi aktivisme.
Sastra bukan sekadar hiburan. Ia mampu menembus batas waktu dan ruang, membongkar realitas sosial, serta memberi suara kepada kelompok yang terpinggirkan. Di Indonesia sendiri, tokoh-tokoh seperti Pramoedya Ananta Toer dan W.S. Rendra adalah contoh bagaimana sastra menjadi alat perjuangan, melawan represi dan mengangkat isu-isu kemanusiaan.
Menurut Dosen Sastra Universitas Airlangga, Dr. Ratri Prameswari, karya sastra dapat menjadi refleksi dari kondisi masyarakat sekaligus menjadi pemicu perenungan. “Lewat cerita-cerita fiksi, pembaca diajak memahami kehidupan orang lain, memahami ketimpangan, dan bahkan terdorong untuk bergerak,” ujarnya.
Banyak aktivis yang menjadikan sastra sebagai bentuk perlawanan. Puisi-puisi perlawanan, misalnya, kerap dibacakan dalam demonstrasi. Cerpen dan novel juga dijadikan alat edukasi alternatif yang menyentuh secara emosional. Ini membuktikan bahwa kekuatan kata-kata bisa lebih tajam dari peluru.
Di era digital, aktivisme sastra berkembang melalui media sosial. Banyak penulis muda yang menyisipkan kritik sosial dalam karya-karya mereka, baik dalam bentuk microfiction, puisi digital, hingga novel web. Sastra kini tak lagi eksklusif, tapi menjadi bagian dari pergerakan yang lebih luas dan inklusif.
Meski begitu, tantangan tetap ada. Komersialisasi, sensor, dan tekanan politik kerap membungkam kebebasan berekspresi. Namun, selama masih ada yang menulis dan membaca dengan hati, sastra akan tetap hidup sebagai roh dari perubahan.
Melalui narasi dan imajinasi, sastra menunjukkan bahwa perubahan tak selalu dimulai dari teriakan di jalan, tapi juga dari suara-suara lirih dalam halaman-halaman buku. Karena sejatinya, revolusi bisa lahir dari kata-kata.
0 Response to "Sastra dan Aktivisme: Bagaimana Karya Sastra Bisa Mempengaruhi Perubahan Sosial?"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.