Kata Merdeka dari Bawah Tanah
Karya: Ajeng Nilam Sari
Gelegar peluru tajam menembak mati pribumi
Membancang nyawa muda-mudi yang kian menghakimi
Serayu dalam shyam menyanggupi perjalanan bulan juni
Berbekal adorasi: serang pemberontak tanpa basa-basi!
Rudira telah menyembur tertancap di bawah ufuk
Anca menyala tajam menghunjam dengan hiruk pikuk
Nun di sana, janardana indurasmi hendak memeluk
Cumbana atma yang gata melangkah tanpa meliuk
Namun gelimang raga syuhada dilepas kekasih jiwa
Merobek batin atas luka dan derita pada kejamnya siksa durjana
Rucira penjajah laksana lokawigna di tanah pusaka
Memang! tiada rucita cahaya di dalam lubuk hatinya
Harsa suara, tampaknya hanya sementara
Tak terbendung berguguran sang padma
Tubuh kami kau biarkan tak menyatu
Kami menjerit karena kau lempar batu
Saban insan mesti ugem pada kehendak penciptanya
Janganlah dewana pada nikmat dunia yang sementara
Dari bawah tanah, kelak kan megar terdengar kata merdeka
Meski tak terlihat lintang, namun gugusan bintang kan menyala dari surga
Hai para penjajah , lihatlah sekarang
Bambu runcing dalam perang, nyatanya bisa menang
Neraka yang kau ciptakan, nyatanya menjadi surga
Dan tahun 1945, nyatanya kami telah merdeka
Tegal, 16 Agustus 2023
===
Hakikat Kemerdekaan
Karya: Ajeng Nilam Sari
Tahun 1945, Gegap gempita melangkah memproklamirkan kemerdekaan bangsa
Meraup berjuta gemuruh semangat menggema
Memacu adrenalin heroik tuk berjuang bersama
Bebas dari penghambahann manusia kepada manusia; kita merdeka
Kemerdekaan yang digaungkan dengan azma Tuhan yang maha Esa
Gegap-gempita ditebus dengan darah dan air mata
Digemakan dengan kibaran sang Saka
Lalu diproklamirkan atas puncak akumulasi cita
Lantas, merdeka di negeri luah ripah menjadi kata yang pelan tak bertuah
Atas lena sebuah bebas meruwah, ditunggangi segelintir kuasa berulah
Masih ada jajahan oleh akbarnya kekuasaan, tidak merdeka untuk sesuap makan
Dikungkung oleh jurang ketidakadilan, tertindas oleh cengkeraman kerakusan dan keserakahan
Kita belum Merdeka sempurna
Jika tidak belajar dari sejarah tanpa rekayasa
Bila perbedaan belum dinikmati sebagai surga
Andai hidup masih mengemis terhadap kuasa
Kemerdekaan hakikatnya adalah hidup penuh keadilan dalam tatanan kedaulatan
Saling menghargai dalam bingkai kebhinekaan
Tegak bersatu dalam perbedaan yang beragam
Memahami nilai kedudukan manusia dan persamaan HAM
Tegal, 16 Agustus 2023
===
Biodata Penulis
Ajeng Nilam Sari, kerap disapa Ajeng atau Nilam. Penyuka bunga dan segala jenisnya. Penyuka cerita indah yang selalu berakhir bahagia. Penyuka musik apa saja asal bisa membuat hatinya tenang dan terlena. Penyuka segala jenis coklat yang membawa manis suasana hatinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.