Jumat, 04 Agustus 2023

Review Buku Senapan Cinta



Identitas Buku

Judul: Senapan Cinta

Penulis: Kurnia Effendi

Desain Sampul: Iksana Banu

Cetakan Pertama: April 2004

ISBN: 979-98302-3-0

Penerbit: KataKita

166 Halaman


┈•••❁•••┈


Dari judulnya sudah kelihatan kalau buku ini bermuatan cinta. Eits, tapi jangan mengharap isinya adalah kisah percintaan yang uwu ala buciner atau ewow ala cintanya Army ke BTS. Cinta yang penulis suguhkan lebih ke arti yang luas, bukan terbatas pada lahan sempit asmara lelaki dan perempuan.


Buku ini berisi 12 kumpulan cerpen. Tema utamanya adalah cinta dan kematian. Semua cerpen pernah dimuat di berbagai media cetak, untuk rinciaannya silakan simak tulisan di bawah ini:


1. Relung Telinga, Koran Tempo, 29 September 2022

2. Serenada Jakarta, Majalah Gadis No. 24, 14-25 September 1989

3. Alyesha Tak Mau Tidur, Jurnal Cerpen Indonesia Volume 3, Juli 2003

4. Laras Panjang Senapan Cinta, Media Indonesia, 6 April 2003

5. Deja vu, Femina 1987

6. Lagu Malam Braga, Koran Tempo, 30 Maret 2003

7. Menemani Ayah Merokok, Republika, 2 Juni 2002

8. Lelaki yang Menghilang dalam Gerimis, Femina No. 28, 11-17 Juli 2002

9. Pelupuk Mata, Jurnal Cerpen Indonesia Volume 1, Februari 2002

10. Rasa Takut, Koran Tempo, 15 Desember 2002

11. Tulang Rusuk, Matra, Desember 2003

12. Abu Jenazah Ayah, Kompas, 8 Juni 2003


Saya beruntung bisa memperoleh buku ini, meski isinya adalah 12 cerpen, tapi susunan katanya sungguh puitis dan beberapa di antaranya mengandung metafora. (Kelihatan banget dari warna sampulnya, kan?)


Lima cerpen dikisahkan dengan genre surealis: Alyesha Tak Mau Tidur, Laras Panjang Senapan Cinta, Pelupuk Mata, Rasa Takut, dan Tulang Rusuk. Sedangkan sisanya merupakan cerpen-cerpen realis yang sangat dekat dengan keseharian kita. Dari tujuh cerpen realis ini yang menjadi favorit saya adalah: Menemani Ayah Merokok (kisahnya sangat mengena; buat saya) dan Abu Jenazah Ayah (twist-nya membuat saya tercengang).


Saya rekomendasikan buku ini untuk pencinta cerpen dan para penikmat prosa puitis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.