Dalam ragam puisi baru terdapat berbagai puisi kreasi yang digagas, salah satunya oleh penyair kondang Agung Wibowo. Ada tiga jenis puisi menarik untuk dibahas dari beliau, yaitu patidusa, lipatdus, dan melipatdus. Ketiga puisi kreasi tersebut bisa dicoba untuk para penyair pemula, nih!
Eits, sebelum melangkah terlalu jauh Sobat juga perlu berkenalan terlebih dulu dengan puisi. Menurut KBBI, puisi adalah ragam sastra yang bahasanya terikat oleh irama, mantra, rima, serta penyusunan larik dan bait. Serta bisa diartikan sebagai gubahan dalam bahasa yang bentuknya dipilih dan ditata secara cermat sehingga mempertajam kesadaran orang akan pengalaman hidup dan membangkitkan tanggapan khusus lewat penataan bunyi, irama, dan makna khusus.
Beberapa ahli juga menjelaskan pengertian puisi, salah satunya menurut H.B Jassin yang menjelaskan apabila puisi adalah karya sastra yang diungkapkan dengan perasaan, gagasan, dan pemikiran. Beliau pun mengatakan puisi sebagai bentuk karya sastra yang singkat, tetapi padat dengan makna kiasan atau imajinatif serta diberi irama bunyi. Sederhananya, puisi adalah gagasan atau pemikiran penyair yang diungkapkan melalui ragam pilihan kata indah untuk memikat pembaca atau pendengarnya. Ok, yuk langsung saja pada inti pembahasan yaitu puisi patidusa.
Baca juga: 7 Jenis Puisi Baru yang Perlu Penyair Ketahui
Puisi patidusa merupakann salah satu puisi kontemporer yang dicetuskan oleh Agung Wibowo guna menciptakan suasana baru di dunia literasi puisi Indonesia. Puisi Patidusa adalah salah satu jenis puisi baru yang memiliki format 4 kata, 3 kata, 2 kata, dan 1 kata. Format patidusa memiliki keindahan bentuk yang terdiri dari sayap dan kerucut. Kekhasan puisi ini bisa dibaca terbalik dari baris bawah ke atas pada baitnya tanpa mengubah makna.
Bentuk standar patidusa;
A A A A
B B B
C C
D
E
F F
G G G
H H H H
Puisi Patidusa terdiri minimal dua bait. Ketika seorang penulis merasa kurang cocok pada penggunaan salah satu format, maka bisa mengubah karyanya ke bentuk formasi lain sampai menemukan kecocokan dengan cara membalik formasi baris pada baitnya. Berdasar ketentuan estetika RASA RIMA RUNUT dan IMAJI sebuah puisi.
Ketentuan Format Patidusa:
Baca juga: Tips Menulis Puisi Agar Menjadi Indah
1, Puisi Patidusa bukanlah puisi pemenggalan kalimat. Baris baitnya saling melengkapi satu sama lain seakan memiliki makna mandiri yang menjelaskan atau dijelaskan oleh baris sesudah atau sebelumnya.
2. Hindarilah kata hubung pada kalimat akhir baris karena akan menimbulkan konotasi pemenggalan yang menggantung makna. Misal:
Contoh salah:
Aku
Renta yang
Hina dina antara
Sepanjang jalan lintas berliku
Kalimat puisi di atas adalah seolah dipaksakan untuk berformat patidusa dan bila dipanjangkan menjadi "Aku renta yang hina dina antara sepanjang jalan lintas berliku".
3. Patidusa tidak menggunakan tanda elipsis pada puisinya dan digantikan dengan tanda koma ( , ). Alasan tidak digunakannya karena akan disalahartikan dalam bentuk sebuah puisi yang kurang memiliki keindahan pada kalimat puisinya. Sebagai contoh salah:
.... .... ..... ....
.... .... ....
.... ....
....
Kau
Indah sekali
Mewarna pelangi diam
Tiada kekata terucap asa
Keterangan; bait pertama adalah elipsis.
4. Pada pengulangan kata sempurna dan atau yang berawalan depan, dihitung satu kata majemuk. Sebagai contoh:
Awan-awan
Angin-angin
Orang-orang
Berbaris-baris
Meratap-ratap
Berbeda dengan pengulangan kata yang berubah bentuk, dan atau berawalan pada akhir kata karena dihitung dua kata. Semisal:
Hilir mudik
Hitam putih
Macam ragam
Antah berantah
Puisi Patidusa ada 4 formasi bentuk.
Baca juga: Tips Menulis Puisi ala Sapardi Djoko Damono, Ini Wejangannya!
1. PATIDUSA ASLI / ORIGINAL
4-3-2-1, 1-2-3-4, 4-3-2-1, dst
Dalam contoh:
JELITAKU
Cantik berlekuk halus sempurna
Jengkal indah wajahmu
Biarkan kuraba
Diamlah!
Bahagia
Siratkan makna
Kebisuan penuhi rongga
Menatapmu, desirkan relung dada
Sekuat janji terikat padu
Berpeluk erat menyatu
Arungi bahteraku
Jelita
2. PATIDUSA BIAS
1-2-3-4, 4-3-2-1, 1-2-3-4, dst
JELITAKU
Diamlah!
Biarkan kuraba
Jengkal indah wajahmu
Cantik berlekuk halus sempurna
Menatapmu, desirkan relung dada
Kebisuan penuhi rongga
Siratkan makna
Bahagia
Jelita
Arungi bahteraku
Berpeluk erat menyatu
Sekuat janji terikat padu
3. PATIDUSA CEMARA
1-2-3-4, 1-2-3-4, 1-2-3-4 dst
JELITAKU
Diamlah!
Biarkan kuraba
Jengkal indah wajahmu
Cantik berlekuk halus sempurna
Bahagia
Siratkan makna
Kebisuan penuhi rongga
Menatapmu, desirkan relung dada
Jelita
Arungi bahteraku
Berpeluk erat menyatu
Sekuat janji terikat padu
4. PATIDUSA TANGGA
4-3-2-1, 4-3-2-1, 4-3-2-1 dst.
JELITAKU
Cantik berlekuk halus sempurna
Jengkal indah wajahmu
Biarkan kuraba
Diamlah!
Menatapmu, desirkan relung dada
Kebisuan penuhi rongga
Siratkan makna
Bahagia
Sekuat janji terikat padu
Berpeluk erat menyatu
Arungi bahteraku
Jelita
Puisi Patidusa memiliki ciri khas sendiri, yaitu penulisan puisi yang bisa dibaca terbalik dari baris bawah ke atas di tiap baitnya. Serta bisa juga dibaca dari bait sembarang sebagai awalan bait. Namun, harus tetap sesuai alur cerita yang akan disampaikan. Selain itu, setiap baris pada bait seakan mempunyai makna mandiri yang menjelaskan dan dijelaskan oleh baris sebelum atau sesudahnya. Sehingga membentuk alur kalimat yang bercerita dan patidusa bukan pemenggalan kalimat.