Rabu, 12 Januari 2022

5 Kesalahan dalam Menulis Novel Bergenre Based On True Story

Hai Sobat Literasi, belakangan ini novel bergenre based on true story banyak sekali digemari karena berasal dari kisah nyata yang tak biasa. Penulis pun tertarik menulis cerita dari kisah nyatanya untuk mengungkapkan perasaannya tentang apa yang dialaminya sendiri. Cerita bergenre based on true story pun mulai banyak dijumpai karena beberapa orang merasa ini lebih real atau relateable. Apa kisah nyata kita seseru itu atau malah membosankan?

Menulis kisah nyata ke dalam novel atau karya sastra lainnya juga tidak buruk, apalagi jika kita merasa hidup penuh konflik, kejadian berkesan, pengalaman, dan drama mungkin malah bermanfaat untuk orang lain. Oleh karena itu, tulis saja yang ingin diceritakan, jika memang tidak ingin ketahuan kalau kisah tersebut dari kisah nyata, kita bisa mengemasnya dengan berbagai hal dalam tulisannya. 

Pasti dari kalian ada yang ingin menuliskan kisah pribadi ke dalam novel, bahkan ingin mengisahkan sesuai dengan kisah aslinya, menulis apa adanya. Itulah yang membuat pembaca bingung dengan beberapa hal. Oh iya, perlu diingat jika based on true story dan true story itu beda. Based on true story adalah cerita berdasarkan kisah nyata dengan kata lain kita mengisahkan kembali true story atau kisah nyata ke dalam bentuk cerita. Ada 5 kesalahan yang sering dilakukan penulis dalam menulis cerita bergenre based on true story, sebagai berikut:

Baca juga: Kelinci Tua - Trie R.M

1. Tidak mendramatisir cerita

Biasanya saat menulis kisah nyata kita menganggap kisah hidup yang dituliskan sudah menarik, sehingga saat menulis tidak lagi diberikan dramatisasi. Saat kenyataannya memang sudah begitu, kita perlu mengolahnya dengan pemilihan kata yang tepat untuk membuat pembaca merasakan kedramatisannya. Jangan menulis kisah tersebut apa adanya, karena dalam dramatisasi kita memerlukan kebahagiaan, kesedihan, tragedi, dan yang lainnya juga sampai pada pembaca. Pasti dalam menulis kisah nyata, kita juga ingin pembaca merasakannya 'kan?

2. Menuliskan setiap adegan secara kronologis

Sering bukan menulis setiap adegan per adegan ke dalam ceritaa secara terperinci dan sesuai dengan urutaan kejadian yang kita alami. Hemm, jika dipikir itu akan terasa membosankan, apalagi hidup kita sangat lama akan sulit jika setiap kejadian sehari-harinya ditulis di dalam sana. Memang banyak sekali kejadian yang sudah dialami dan kenangan yang berkesan, tetapi kita tak perlu menulisnya secara terperinci dan urut.

Sobat Literasi bisa mengambil bagian penting yang menguatkan plot dan cerita. Sebab, memasukkan kejadian secara detail dan urut bisa membuat pembaca bosan dan merasa adegan itu tidak penting. Padahal saat bagian tersebut dihapus pun tidak mengganggu jalannya cerita atau saat dihapus malah membuat ceritanya lebih baik. Jadi, kita harus pintar-pintar memilih antara bagian yang memang harus dihapus karena tidak penting atau bagian penting yang membuat cerita tersebut terasa melompat atau kurang saat dihapus.

3. Terlalu banyak tokoh

Nah, dalam kisah nyata biasanya banyak tokoh yang datang dan pergi begitu saja bahkan bisa mencapai ribuan. Oleh karena itu, kita hanya perlu mengambil tokoh yang penting karena banyaknya tokoh yang hadir bisa membuay pembaca pusing. Bahkan, nantinya banyak tokoh yang akhirnya terasa tidak penting. Maka dari itu, siasati dengan menyatukan beberapa tokoh ke dalam satu tokoh. 

Baca juga: Cinta yang Klise dan Tipuan ala Asma Nadia dalam Novel Assalamualaikum, Beijing!

Kalau Sobat Literasi bisa menghidupkan banyak karakter akan bagus, tetapi jika tidak bisa malah akan membuatmu keteteran. Ada baiknya menghindari memasukkan banyak tokoh, munculkan saja tokoh yang memiliki tujuan jelas. Usahakan keberadaan toko tersebut pun hadir dalam cerita dan berkontribusi. Tak ada hitungan pasti berapa jumlah ideal tokoh dalam novel.

4. Menjejalkan konflik ke dalam cerita

Biasanya semakin banyak konflik yang dimasukkan akan semakin menarik sebuah cerita, tetapi apa benar kita tidak pusing dan bisa menyelesaikannya dengan baik? Kita perlu mengingat konflik utama dan konflik kecil yang mendukung konflik utamanya. Jika memang konflik dalam hidup begitu banyak, tentukan apa konflik terbesar yang mengubah hidup dan karakter kita. Lalu, pilihlah konflik paling besar untuk dijadikan konflik utama.

5. Karakter tokoh yang tidak jelas

Ini sering sekali kita temui, tokoh dalam novel kurang bahkan tidak jelas karakternya. Hal ini terjadi karena penulis merasa mengenal tokohnya sehingga penggambaran tokoh tidak ditulis dengan jelas, padahal pembaca tidak mengenal mereka. Oleh karena itu, gambarkan karakter tokoh dengan jelas secara fisik, kebiasaan, dan sifat.

Selain itu, pemeran utama biasanya diambil dari karakter diri sendiri yang digambarkan dengan sempurna. Hal inilah yang membuat pembaca bosan, oleh karena itu hindari membuat tokoh yang sempurna. Dalam penulisan nama pun kita harus teliti agar tidak kecolongan menuliskan nama aslinya. Ada baiknya, kita membuat daftar sifat bagus dan jelek para tokoh agar tidak mengalami kebingungan dalam menulisnya.

Sabtu, 08 Januari 2022

Cara Menghindari Plot Hole dalam Novel

Hai Sobat Literasi, kita sudah sering mendengar istilah plot hole, yaitu sebuah kejanggalan dalam alur cerita. Di mana terdapat kesalahan dalam alur ceritanya atau ada adegan yang dilewatkan, sehingga terdapat lubang kesalahan yang membuat pembaca bisa terperosok. Hal ini sering terjadi karena penulis terburu-buru atau tidak fokus dalam menulis cerita. Apalagi penulis yang sering kejar tayang karena target hariannya harus menulis berapa ribu kata, terlebih penulis platform online sekarang.

Oleh karena itu, sebagai penulis kita harus menghindari plot hole dalam novel, berikut tipsnya:

Baca juga: Konsep Alur dan Plot - Sastra Indonesia Org

1. Mengurangi kebetulan

Dalam menulis cerita, tentunya kita perlu mempersiapkan alur atau jalan cerita tersebut. Oleh karena itu, saat menulis perlu menyesuaikan dengan outline atau catatan yang kita punya. Adegan kebetulan memang perlu dikurangi karena akan mempengaruhi cerita selanjutnya, jika tak ada pengaruhnya dengan bab lainnya ada baiknya tidak perlu.

2. Mencari solusi yang logis

Tentunya, dalam cerita terdapat konflik yang membutuhkan cara masuk akal untuk menyelesaikannya. Sebab, membuat teka-teki konflik juga membutuhkan jawaban dan penyelesaian yang masuk akal. Contohnya, ada mayat di hotel di tahun 2021 yang tidak diketahui penyebab kematiannya. Itu merupakan kejanggalan karena di tahun 2021 sudah banyak CCTV di hotel, selain itu bisa dilakukan autopsi.

Tak hanya itu, untuk membuat konflik semakin menarik buatlah pertanyaan-pertanyaan besar yang bisa dimunculkan di beberapa bab, tetapi siapkan juga jawaban untuk itu. Dalam hal ini, kalian bisa menaburkan petunjuk atau clue dari pertanyaan tersebut untuk membuat pembaca semakin penasaran. Begitu pun pertanyaan-pertanyaan kecil yang ada, harus sudah memiliki jawaban. Maka dari itu, outline dan catatan kecil sangatlah penting.

Baca juga: Hindari Penggunaan POV Orang ke-2 - Sastra Indonesia Org

3. Perhatikan setting

Biasanya dalam cerita ada yang menggunakan alur maju, alur mundur, atau alur maju-mundur. Apalagi biasanya satu bab cerita memiliki cerita yang panjang, sehingga ada suatu scene di mana kejadian masa lalu ditampilkan. Biasanya flashback atau kilas balik masa lalu akan membingungkan pembaca maupun penulisnya. Maka dari itu, gunakan transisi waktu, misalnya membuat si tokoh menceritakan tentang masa lalunya. Tak hanya waktu, tempat pun juga harus diatur apalagi jika cerita tersebut masih berkaitan dengan dunia nyata. Tentunya harus sesuai, sehingga membutuhkan riset.

4. Kesesuaian karakter dengan kepribadian

Biasanya dalam menulis cerita akan semakin banyak tokoh yang terlibat sehingga membuat kita semakin pusing. Padahal kita tetap konsisten agar kepribadian si tokoh tidak berubah saat menghadapi konflik. 

5. Konsisten dengan detail informasi

Ketika ingin memberikann informasi kita harus mengetahui detailnya dengan mencari ide dan melakukan riset secara bersamaan. Selain itu, agar bisa tetap konsisten kita harus mempunyai detail informasi adegannya. Hal yang paling penting buat penulis pemula, jangan menggunakan bahasa ilmiah karena akan membuat banyak plot hole di cerita kalian.

 

Rabu, 05 Januari 2022

Cara Mengatasi Rasa Tertekan saat Menulis

Hai Sobat Literasi, kalau berbicara soal menulis kebanyakan penulis mengganggap ini sebagai hobi. Ya, karena itu menulis menjadi kegiatan yang menyenangkan setiap kita menekuni hal tersebut. Namun, dari masa ke masa penulis mempunyai masa jenuhnya sendiri terlebih saat hobi berubah menjadi pekerjaan. 

Nah, sejak itu memunculkan gagasan atau ide dengan cepat dan mengejar deadline menjadi tuntutan. Hal inilah yang membuat penulis tertekan. Beruntungnya dalam sebuah event, Samuel Ray menyampaikam tips untuk para penulis agar bisa mengatasi rasa tertekan tersebut. Berikut cara mengatasi rasa tertekan saat menulis:

Baca juga: Tips Membangkitkan Mood Menulis

1. Ganti media menulis

Sebagai penulis, kita bisa mencoba mengganti media menulis misal jika biasanya menggunakan blog bisa beralih menulis di platform lain. Atau jika biasanya mengetik di laptop, komputer, maupun ponsel cobalah ganti dengan menulis tangan. Selain itu, bisa di instagram dengan membuat mini blog di mana kita bisa mencantumkan foto terbaik yang pernah kita ambil. Hal ini bisa menjadi pengalaman baru yang lebih menyenangkan dan membuat kita tidak bosan.

2. Mind mapping

Sobat Literasi pasti tidak asing lagi dengan mind mapping yang merupakan metode berpikir dengan membuat gambar diagram berisi kata kunci dari sebuah ide yang disesuaikan. Hal ini bisa memudahkan kita saat menyusun gagasan, bahkan nantinya akan lebih mudah menangkap ide dan menguraikannya ke dalam paragraf. Mind mapping bisa melatih kinerja otak kanan dan otak kiri dalam waktu bersamaan. Nah, dengan menerapkan metode ini Sobat Literasi akan terhindar dari rasa tertekan karena memikirkan ide tulisan.

3. Istirahat yang cukup

Menulis merupakan kegiatan yang bisa menguras tenaga karena mengandalkan kinerja otak, tak heran jika kita lelah setelah duduk untuk menulis selama beberapa jam. Oleh karena itu, luangkan waktu sejenak untuk beristirahat. Sobat Literasi bisa mencoba tidur, merenggangkan badan, atau menghirup udara segar di luar. Hal sederhana tersebut bisa mempengaruhi stamina tubuh dan otak, serta menjauhkan diri dari stress.

Baca juga:  Tips Mengatasi Writer's Block, Menulis ala Haruki Murakami

4. Olahraga

Olahraga tak hanya memulihkan kondisi jasmani, tetaapi juga bisa me-refresh pikiran yang sudah lelah karena terlalu lama menulis. Nah, Sobat Literasi bisa melakukan beberapa jenis olahraga yang murah dan mudah seperti jogging di pagi atau sore hari sambil menikmati suasana di luar. Selain olahraga, Sobat Literasi bisa mencoba meregangkan badan, dan menggerakkan bagian tubuh yang lain dengan sederhana.

5. Mencari hobi lain sejenak

Jika melakukan hobi menulis membuat kita tertekan, Sobat Literasi bisa mencoba hobi lain. Bisa saja kita hanya merasa jenuh dan bosan dengan kegiatan yang ditekuni terus-menerus. Usahakan hobi tersebut bisa membuat diri menjadi lebih santai dan jauh dari perasaan tertekan, misalnya memasak makanan favorit atau menonton serial komedi.