Hai Sobat Literasi, belakangan ini novel bergenre based on true story banyak sekali digemari karena berasal dari kisah nyata yang tak biasa. Penulis pun tertarik menulis cerita dari kisah nyatanya untuk mengungkapkan perasaannya tentang apa yang dialaminya sendiri. Cerita bergenre based on true story pun mulai banyak dijumpai karena beberapa orang merasa ini lebih real atau relateable. Apa kisah nyata kita seseru itu atau malah membosankan?
Menulis kisah nyata ke dalam novel atau karya sastra lainnya juga tidak buruk, apalagi jika kita merasa hidup penuh konflik, kejadian berkesan, pengalaman, dan drama mungkin malah bermanfaat untuk orang lain. Oleh karena itu, tulis saja yang ingin diceritakan, jika memang tidak ingin ketahuan kalau kisah tersebut dari kisah nyata, kita bisa mengemasnya dengan berbagai hal dalam tulisannya.
Pasti dari kalian ada yang ingin menuliskan kisah pribadi ke dalam novel, bahkan ingin mengisahkan sesuai dengan kisah aslinya, menulis apa adanya. Itulah yang membuat pembaca bingung dengan beberapa hal. Oh iya, perlu diingat jika based on true story dan true story itu beda. Based on true story adalah cerita berdasarkan kisah nyata dengan kata lain kita mengisahkan kembali true story atau kisah nyata ke dalam bentuk cerita. Ada 5 kesalahan yang sering dilakukan penulis dalam menulis cerita bergenre based on true story, sebagai berikut:
Baca juga: Kelinci Tua - Trie R.M
1. Tidak mendramatisir cerita
Biasanya saat menulis kisah nyata kita menganggap kisah hidup yang dituliskan sudah menarik, sehingga saat menulis tidak lagi diberikan dramatisasi. Saat kenyataannya memang sudah begitu, kita perlu mengolahnya dengan pemilihan kata yang tepat untuk membuat pembaca merasakan kedramatisannya. Jangan menulis kisah tersebut apa adanya, karena dalam dramatisasi kita memerlukan kebahagiaan, kesedihan, tragedi, dan yang lainnya juga sampai pada pembaca. Pasti dalam menulis kisah nyata, kita juga ingin pembaca merasakannya 'kan?
2. Menuliskan setiap adegan secara kronologis
Sering bukan menulis setiap adegan per adegan ke dalam ceritaa secara terperinci dan sesuai dengan urutaan kejadian yang kita alami. Hemm, jika dipikir itu akan terasa membosankan, apalagi hidup kita sangat lama akan sulit jika setiap kejadian sehari-harinya ditulis di dalam sana. Memang banyak sekali kejadian yang sudah dialami dan kenangan yang berkesan, tetapi kita tak perlu menulisnya secara terperinci dan urut.
Sobat Literasi bisa mengambil bagian penting yang menguatkan plot dan cerita. Sebab, memasukkan kejadian secara detail dan urut bisa membuat pembaca bosan dan merasa adegan itu tidak penting. Padahal saat bagian tersebut dihapus pun tidak mengganggu jalannya cerita atau saat dihapus malah membuat ceritanya lebih baik. Jadi, kita harus pintar-pintar memilih antara bagian yang memang harus dihapus karena tidak penting atau bagian penting yang membuat cerita tersebut terasa melompat atau kurang saat dihapus.
3. Terlalu banyak tokoh
Nah, dalam kisah nyata biasanya banyak tokoh yang datang dan pergi begitu saja bahkan bisa mencapai ribuan. Oleh karena itu, kita hanya perlu mengambil tokoh yang penting karena banyaknya tokoh yang hadir bisa membuay pembaca pusing. Bahkan, nantinya banyak tokoh yang akhirnya terasa tidak penting. Maka dari itu, siasati dengan menyatukan beberapa tokoh ke dalam satu tokoh.
Baca juga: Cinta yang Klise dan Tipuan ala Asma Nadia dalam Novel Assalamualaikum, Beijing!
Kalau Sobat Literasi bisa menghidupkan banyak karakter akan bagus, tetapi jika tidak bisa malah akan membuatmu keteteran. Ada baiknya menghindari memasukkan banyak tokoh, munculkan saja tokoh yang memiliki tujuan jelas. Usahakan keberadaan toko tersebut pun hadir dalam cerita dan berkontribusi. Tak ada hitungan pasti berapa jumlah ideal tokoh dalam novel.
4. Menjejalkan konflik ke dalam cerita
Biasanya semakin banyak konflik yang dimasukkan akan semakin menarik sebuah cerita, tetapi apa benar kita tidak pusing dan bisa menyelesaikannya dengan baik? Kita perlu mengingat konflik utama dan konflik kecil yang mendukung konflik utamanya. Jika memang konflik dalam hidup begitu banyak, tentukan apa konflik terbesar yang mengubah hidup dan karakter kita. Lalu, pilihlah konflik paling besar untuk dijadikan konflik utama.
5. Karakter tokoh yang tidak jelas
Ini sering sekali kita temui, tokoh dalam novel kurang bahkan tidak jelas karakternya. Hal ini terjadi karena penulis merasa mengenal tokohnya sehingga penggambaran tokoh tidak ditulis dengan jelas, padahal pembaca tidak mengenal mereka. Oleh karena itu, gambarkan karakter tokoh dengan jelas secara fisik, kebiasaan, dan sifat.
Selain itu, pemeran utama biasanya diambil dari karakter diri sendiri yang digambarkan dengan sempurna. Hal inilah yang membuat pembaca bosan, oleh karena itu hindari membuat tokoh yang sempurna. Dalam penulisan nama pun kita harus teliti agar tidak kecolongan menuliskan nama aslinya. Ada baiknya, kita membuat daftar sifat bagus dan jelek para tokoh agar tidak mengalami kebingungan dalam menulisnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.