Hubungan Tiga Konsep dalam Cerita Rekaan
1. Cerkan adalah
dunia imajinasi hasil kreativitas pengarang.
2. Cerkan
menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan
lingkungan dan sesama, interaksi dengan dirinya sendiri, serta interaksinya
dengan Tuhan.
3. Cerkan pada dasarnya merupakan cerminan perasaan, pengalaman, dan pemikiran pengarang dalam hubungannya dengan kehidupan.
Ketiga konsep cerita rekaan
tersebut saling berhubungan antara satu dengan lainnya.
Jika melihat dari pengertian dari
cerita rekaan sendiri yang artinya adalah sebuah karya dari imajinasi seorang
pengarang. Maka sebuah imajinasi pun tidak akan bisa serta merta muncul begitu
saja. Pasti ada sebuah proses yang mendasari seorang pengarang tersebut untuk
membuat cerita.
Misalnya saja saat merebaknya
virus Corona saat ini, pastinya penulis tidak hanya menjadikan imajinasi dan
daya khayal untuk menulis dengan tema tersebut. Namun, penulis pasti melihat
berita ataupun ada tetangga atau masyarakat sekitar yang mengalami paparan
virus tersebut. Jadinya, penulis membuat cerita rekaan seperti itu.
Menurut saya sendiri, tidak ada
cerita yang benar-benar keluar dari imajinasi penulis. Pasti ada yang mendasari
tiap ide yang akhirnya dikeluarkan oleh penulis menjadi sebuah cerita rekaan.
Baca juga: Cerpen-Saksi Mata Oleh Rikard Diku
Unsur-Unsur yang Membangun Cerita Rekaan
Kali ini kita membahas tentang unsur-unsur sebuah
cerita rekaan. Banyak aspek yang menjadikan unsur-unsur ini patut
dipertimbangkan, bahkan wajib masuk di dalam cerita rekaan yang nantinya akan
dibuat. Ada unsur intrinsik dan ek
Apa saja unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita
rekaan tersebut?
1. Tokoh
Tokoh adalah pelaku yang membuat sebuah cerita rekaan
terasa hidup karena menceritakan tentang si tokoh ini. Posisi tokoh di sini
sangat strategis karena digunakan untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada
pembaca.
Salah satu contoh bagaimana menggambarkan tentang
sosok tokoh dalam sebuah cerita.
Bukan rahasia lagi jika tak ada yang mendekati
Nisa karena wajahnya terlihat menyeramkan. Ada bekas jahitan memanjang di
tulang pipinya, sampai hidung. Mungkin benar kata orang jika dari mata turun ke
hati. Nyatanya sampai saat ini pun belum ada yang mau mempekerjakan Nisa di
toko untuk melayani pembeli. Gadis itu hanya bekerja membantu masak atau
mencuci piring di hajatan orang.(Istri Kedua Gus Part 1)
2. Latar
Banyak yang menganggap bahwa latar itu tidak penting,
tapi ini adalah unsur penting dalam sebuah cerita. Latar atau yang biasa kita
kenal sebagai setting tempat ini menggambarkan di mana cerita tersebut terjadi.
Biasanya untuk sebuah latar, penulis cerita rekaan bahkan mengunjungi tempat
tertentu agar bisa menuliskan latar dengan baik.
Saya menyukai sebuah cerita rekaan dengan latar yang
seolah-olah mengajak kita untuk ke sana dan belajar membuat bagaimana cerita
tersebut seakan hidup. Memang terlihat mudah, tapi karena dianggap mudah itu,
jadi terasa sulit.
Salah satu contoh penulisan latar yang saya tulis
dalam Istri Kedua Gus.
Tempat duduk dan meja dari kayu yang mereka
duduki menjadi saksi bahwa kehidupan yang mereka jalani teramat sulit. Apalagi
ditambah dengan langit-langit yang masih berupa genteng dengan beberapa kayu di
bawahnya.
3. Plot
Plot atau yang lebih
kita kenal dengan alur cerita. Banyak alur cerita yang bisa dipilih untuk
menyajikan sebuah cerita rekaan. Ada alur maju, alur maju mundur, alur mundur,
atau alur gabungan dari ketiganya. Alur cerita ini menyajikan peristiwa tidak
hanya waktu dan temporalnya saja, tapi juga sebagai pola majemuk yang memiliki
hubungan sebab akibat.
Baca juga: Cerpen 'Dari Bunda' Oleh Yoon
4. Sudut Pandang (POV)
Sudut pandang atau
pusat cerita di mana pengarang berada. Misalnya saja pada POV 1 dengan sudut
pandang aku/saya. Di sini seolah-olah yang merasakan adalah penulis, POV ini
sangat disukai pembaca karena mereka akan terbawa masuk di dalam perasaan yang
dibangun oleh penulis tersebut. Sayangnya banyak yang harus dihindari karena
sudut pandang ini terbatas. Keterbatasan dalam sudut pandang ini karena tokoh
'aku' hanya bisa menuliskan apa yang dia lihat dan rasakan. Tidak bisa melihat
apa yang dilihat dan dirasakan oleh orang lain.
Selanjutnya adalah POV 2. Pov kedua jarang sekali
dijumpai karena menceritakan sebuah cerita dengan sudut pandang aku, tapi
menceritakan orang lain. Si aku bukan tokoh utama di dalam cerita ini,tapi dia
ada dan bercerita bagaimana tokoh utama tersebut ada. Jika POV 1 mudah
dimengerti, POV 2 membuat pembaca menebak siapa sebenarnya si aku tersebut.
Selanjutnya tentang POV 3. Sudut pandang ini jelas
disukai karena bisa dibilang adalah POV Tuhan. Penulis cerita rekaan bisa
menulis semuanya, termasuk dengan batin dan apa yang dirasakan oleh tokoh
antagonis. POV ini yang saya gunakan untuk membuat cerita rekaan Istri Kedua
Gus dan Suami Rahasia.
5. Tema
Tema adalah gagasan atau dasar cerita. Tema di dalam
cerita rekaan biasanya alasan atau motif tokoh melakukan hal tersebut. Tema di
sini berbeda dengan topik. Topik sendiri adalah pokok pembicaraan.
6. Gaya bahasa
Gaya bahasa adalah bagaimana cara seorang penulis
cerita rekaan menuliskan cerita tersebut. Dalam sebuah cerita, antara gaya
bahasa pengarang satu dengan yang lainnya jelas berbeda. Misalnya seperti gaya
penulisan Asma Nadia dan Tere Liye. Walau sama-sama penulis, gaya mereka jelas
berbeda. Hal ini bisa dikenali oleh pembaca yang sudah sering membaca karya
mereka.
7. Judul
Dalam sebuah cerita rekaan, yang pertama kali dibaca
adalah judul, bukan isinya. Judul biasanya menggambarkan isi dalam cerita
rekaan tersebut. Sangat mungkin jika judul mengacu pada tokoh, konflik, cerita,
dan lain sebagainya.
Baca juga: Materi - Ada Tujuh Langkah Terbaik Dalam Menulis Cerpen untuk Pemula
Jika di dalam novel Istri Kedua Gus dan Suami Rahasia mengacu pada tokoh dan bagaimana konflik di dalamnya.
Unsur selanjutnya adalah unsur ekstrinsik. Unsur-unsur tersebut adalah unsur yang berada di luar cerita rekaan. Misalnya saja adalah biografi penulis, bagaimana situasi dan kondisi penulis saat menuliskan cerita rekaan tersebut, aliran sastra apa yang dimiliki oleh penulis, bahkan sampai pada bagaimana situasi dan kondisi, serta nilai-nilai yang ada di masyarakat saat penulis menuliskan hal tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.