Sabtu, 04 Desember 2021

Mengenal Tiga Konsep Cerita Rekaan dan Unsurnya

 


Hubungan Tiga Konsep dalam Cerita Rekaan

1. Cerkan adalah dunia imajinasi hasil kreativitas pengarang.

2. Cerkan menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama, interaksi dengan dirinya sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan.

3. Cerkan pada dasarnya merupakan cerminan perasaan, pengalaman, dan pemikiran pengarang dalam hubungannya dengan kehidupan.


Ketiga konsep cerita rekaan tersebut saling berhubungan antara satu dengan lainnya.

Jika melihat dari pengertian dari cerita rekaan sendiri yang artinya adalah sebuah karya dari imajinasi seorang pengarang. Maka sebuah imajinasi pun tidak akan bisa serta merta muncul begitu saja. Pasti ada sebuah proses yang mendasari seorang pengarang tersebut untuk membuat cerita. 

Misalnya saja saat merebaknya virus Corona saat ini, pastinya penulis tidak hanya menjadikan imajinasi dan daya khayal untuk menulis dengan tema tersebut. Namun, penulis pasti melihat berita ataupun ada tetangga atau masyarakat sekitar yang mengalami paparan virus tersebut. Jadinya, penulis membuat cerita rekaan seperti itu.

Menurut saya sendiri, tidak ada cerita yang benar-benar keluar dari imajinasi penulis. Pasti ada yang mendasari tiap ide yang akhirnya dikeluarkan oleh penulis menjadi sebuah cerita rekaan.

Baca juga: Cerpen-Saksi Mata Oleh Rikard Diku

Unsur-Unsur yang Membangun Cerita Rekaan

Kali ini kita membahas tentang unsur-unsur sebuah cerita rekaan. Banyak aspek yang menjadikan unsur-unsur ini patut dipertimbangkan, bahkan wajib masuk di dalam cerita rekaan yang nantinya akan dibuat. Ada unsur intrinsik dan ek

Apa saja unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita rekaan tersebut?

1. Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang membuat sebuah cerita rekaan terasa hidup karena menceritakan tentang si tokoh ini. Posisi tokoh di sini sangat strategis karena digunakan untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada pembaca.

Salah satu contoh bagaimana menggambarkan tentang sosok tokoh dalam sebuah cerita.

Bukan rahasia lagi jika tak ada yang mendekati Nisa karena wajahnya terlihat menyeramkan. Ada bekas jahitan memanjang di tulang pipinya, sampai hidung. Mungkin benar kata orang jika dari mata turun ke hati. Nyatanya sampai saat ini pun belum ada yang mau mempekerjakan Nisa di toko untuk melayani pembeli. Gadis itu hanya bekerja membantu masak atau mencuci piring di hajatan orang.(Istri Kedua Gus Part 1)

2. Latar

Banyak yang menganggap bahwa latar itu tidak penting, tapi ini adalah unsur penting dalam sebuah cerita. Latar atau yang biasa kita kenal sebagai setting tempat ini menggambarkan di mana cerita tersebut terjadi. Biasanya untuk sebuah latar, penulis cerita rekaan bahkan mengunjungi tempat tertentu agar bisa menuliskan latar dengan baik.

Saya menyukai sebuah cerita rekaan dengan latar yang seolah-olah mengajak kita untuk ke sana dan belajar membuat bagaimana cerita tersebut seakan hidup. Memang terlihat mudah, tapi karena dianggap mudah itu, jadi terasa sulit.

Salah satu contoh penulisan latar yang saya tulis dalam Istri Kedua Gus.

Tempat duduk dan meja dari kayu yang mereka duduki menjadi saksi bahwa kehidupan yang mereka jalani teramat sulit. Apalagi ditambah dengan langit-langit yang masih berupa genteng dengan beberapa kayu di bawahnya.

3. Plot

Plot atau yang lebih kita kenal dengan alur cerita. Banyak alur cerita yang bisa dipilih untuk menyajikan sebuah cerita rekaan. Ada alur maju, alur maju mundur, alur mundur, atau alur gabungan dari ketiganya. Alur cerita ini menyajikan peristiwa tidak hanya waktu dan temporalnya saja, tapi juga sebagai pola majemuk yang memiliki hubungan sebab akibat.

Baca juga: Cerpen 'Dari Bunda' Oleh Yoon

4. Sudut Pandang (POV)

Sudut pandang atau pusat cerita di mana pengarang berada. Misalnya saja pada POV 1 dengan sudut pandang aku/saya. Di sini seolah-olah yang merasakan adalah penulis, POV ini sangat disukai pembaca karena mereka akan terbawa masuk di dalam perasaan yang dibangun oleh penulis tersebut. Sayangnya banyak yang harus dihindari karena sudut pandang ini terbatas. Keterbatasan dalam sudut pandang ini karena tokoh 'aku' hanya bisa menuliskan apa yang dia lihat dan rasakan. Tidak bisa melihat apa yang dilihat dan dirasakan oleh orang lain.

Selanjutnya adalah POV 2. Pov kedua jarang sekali dijumpai karena menceritakan sebuah cerita dengan sudut pandang aku, tapi menceritakan orang lain. Si aku bukan tokoh utama di dalam cerita ini,tapi dia ada dan bercerita bagaimana tokoh utama tersebut ada. Jika POV 1 mudah dimengerti, POV 2 membuat pembaca menebak siapa sebenarnya si aku tersebut.

Selanjutnya tentang POV 3. Sudut pandang ini jelas disukai karena bisa dibilang adalah POV Tuhan. Penulis cerita rekaan bisa menulis semuanya, termasuk dengan batin dan apa yang dirasakan oleh tokoh antagonis. POV ini yang saya gunakan untuk membuat cerita rekaan Istri Kedua Gus dan Suami Rahasia.

5. Tema

Tema adalah gagasan atau dasar cerita. Tema di dalam cerita rekaan biasanya alasan atau motif tokoh melakukan hal tersebut. Tema di sini berbeda dengan topik. Topik sendiri adalah pokok pembicaraan.

6. Gaya bahasa

Gaya bahasa adalah bagaimana cara seorang penulis cerita rekaan menuliskan cerita tersebut. Dalam sebuah cerita, antara gaya bahasa pengarang satu dengan yang lainnya jelas berbeda. Misalnya seperti gaya penulisan Asma Nadia dan Tere Liye. Walau sama-sama penulis, gaya mereka jelas berbeda. Hal ini bisa dikenali oleh pembaca yang sudah sering membaca karya mereka.

7. Judul

Dalam sebuah cerita rekaan, yang pertama kali dibaca adalah judul, bukan isinya. Judul biasanya menggambarkan isi dalam cerita rekaan tersebut. Sangat mungkin jika judul mengacu pada tokoh, konflik, cerita, dan lain sebagainya.

Baca juga: Materi - Ada Tujuh Langkah Terbaik Dalam Menulis Cerpen untuk Pemula

Jika di dalam novel Istri Kedua Gus dan Suami Rahasia mengacu pada tokoh dan bagaimana konflik di dalamnya.

Unsur selanjutnya adalah unsur ekstrinsik. Unsur-unsur tersebut adalah unsur yang berada di luar cerita rekaan. Misalnya saja adalah biografi penulis, bagaimana situasi dan kondisi penulis saat menuliskan cerita rekaan tersebut, aliran sastra apa yang dimiliki oleh penulis, bahkan sampai pada bagaimana situasi dan kondisi, serta nilai-nilai yang ada di masyarakat saat penulis menuliskan hal tersebut.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.