Hai Sobat Literasi, pasti tidak asing dengan istilah dialog saat berkecimpung dengan dunia kepenulisan. Menurut KBBI, dialog adalah karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih. Dialog sendiri berfungsi untuk menguatkan karakter atau tokoh dalam cerita, mengembangkan alur dan menjelaskan isi cerita kepada pembaca, dan masih banyak lagi. Walaupun dialog lebih sering digunakan dalam karya berupa cerpen atau novel untuk membuat tulisan lebih menarik, agar tidak monoton di narasi saja.
Namun, dalam menulis dialog banyak penulis pemula yang melakukan kesalahan yang bisa merusak keutuhan cerita berikut. Yuk, kita kupas kesalahan apa saja yang sering terjadi! Dilansir dari buku 101 Dosa Penulis Pemula karya Isa Alamsyah, ada sembilan kesalahan dalam menulis dialog, yaitu sebagai berikut:
Baca juga: Materi Dialog Tag
1. Dialog tidak alami
Seperti yang kita tahu dialog adalah milik tokoh, di mana jika tokoh tersebut seorang penjahat yang tidak mengerti etika pastinya akan menggunakan bahasa yang tidak harus sesuai dengan KBBI atau EYD. Tentunya, akan terdengar aneh jika penjahat tidak menggunakan bahasa yang jahat, malah formal, baku, dan sesuai dengan EYD. Maka, hal seperti itu tidak akan sesuai dengan karakter tokohnya.
Awalnya ini dikarenakan penulis pemula mematuhi EYD di mana dialog penulisan pun diwajibkan mematuhi ejaan yang disempurnakan. Sehingga kebiasaan tersebut dilakukan penulis pemula yang menulis dialog dengan bahasa yang tak sesuai karakter tokoh. Oleh karena itu, untuk membuat dialog yang alami atau sesuai dengan karakter tokoh kita tidak harus patuh sepenuhnya pada EYD.
2. Dialog dipengaruhi gender penulis
Cara wanita dan pria saat berbicara pastinya berbeda, walau terkadang sulit untuk membedakannya. Pemilihan kata dan kalimat memang dipengaruhi oleh cara berpikir pria dan wanita yang jelas berbeda. Ya, begitu pun saat penulis perempuan menulis dialog pria, terkadang cara berpikir dan pemilihan katanya masih terasa seperti seorang perempuan, begitupun sebaliknya.
Baca juga: Hindari Penggunaan Dialog Pingpong
Oleh karena itu, kita harus menyiasati agar hal ini tidak terjadi. Akan sulit untuk melakukannya, tetapi pada intinya perempuan lebih banyak bermain dengan perasaan, sedangkan lelaki lebih sering memakai logika. Kalaupun ingin membuat diaog perempuan yang sesuai logika harus ada alasannya, begitupun sebaliknya.
3. Dialog tidak konsisten
Sering sekali penulis pemula membuat dialog dengan gaya yang berbeda, padahal yang mengucapkan masih satu tokoh, berbicara pada lawan bicara yang sama, dan dalam suasana yang tak berbeda. Misalnya, di awal menggunakan dialog yang tidak resmi atau anak SMA biasanya, lalu berubah menjadi formal atau resmi. Contohnya:
"Put, lo gak ke kantin? Udah istirahat, tuh!"
"Nggak, males gue."
"Ayolah, aku mau membeli banyak makanan kalau tidak ditemani sulit membawanya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.