Kamis, 30 Desember 2021

Belajar Teknik Parafrase Agar Bebas Plagiasi

Hai Sobat Literasi, buat kalian yang pernah menempuh makalah pasti sudah tidak jauh-jauh lagi dari yang namanya artikel, proposal, makalah, tesis, skripsi, maupun disertasi. Dalam hal ini kalian harus pandai menuangkan ide dalam bentuk tulisan agar tidak kesulitan dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut. Akan menjadi masalah buat mahasiswa, jika kalian sebagai mahasiswa belum terbiasa membuat tugas artikel atau makalah. Menghadapi kesulitasn tersebut, tak jarang ada yang melakukan plagiasi.

Sayangnya, kampus sekarang sudah mempunyai sistem validasi karya ilmiah yang bisa memeriksa sebuah karya masuk kategori plagiasi maupun tidak. Jika sudah mempunyai skor standar plagiasi yang bisa ditoleransi. Oleh karena itu, tidak hanya mahasiswa, penulis artikel/blogger, atau penulis karya ilmiah lainnya perlu mengenal teknik menulis parafrase ini agar terbebas dari plagiasi.

Mungkin parafrase terdengar asing di telinga atau juga ada yang belum mengenal istilah plagiasi. Parafrase merupakan kegiatan menuangkan kembali sebuah ide atau gagasan orang lain ke dalam tulisan yang menggunakan bahasa kita sendiri, tetapi tidak mengurangi maupun menambah isi konten aslinya. Sedangkan plagiasi adalah kegiatan menyalin atau menjiplak gagasan atau karya orang lain untuk diakui sebagai karyanya.

Baca juga: Menurut Perkembangan Zaman, Berikut 5 Alat Menulis!

Dalam hal ini parafrase berfungsi untuk mencegah terjadinya tindakan plagiarisme, selain itu parafrase adalah metode efektif untuk pengutipan dalam hal menulis. Berkaitan dengan manfaatnya tersebut, parafrase bermanfaat untuk berbagai jenis karya ilmiah. Agar karyamu terbebas dari plagiasi akan lebih baik jika menggunakan teknik menulis parafrase yang baik dan benar. Yuk, belajar teknik menulis parafrase!

1. Memahami gagasan utama tulisan yang ingin diparafrase

Langkah pertama yang harus kita lakukan adalah memahami ide yang disampaikan dalam tulisan yang akan diparafrasekan. Hal ini sangat penting, karena untuk mewujudkan tulisan yang bagus kita perlu menguasai gagasan utama dalam karya yang akan kita parafrasekan. Dengan demikian, kita bisa mengotak-atik kalimatnya mulai dari kalimat induktif dan deduktif, hingga mengubah kalimat dengan gaya bahasa kita sendiri.

2. Memperkaya kosakata dan istilah

Memperkaya kosakata dan istilah membuat kita bisa mengganti salah satu atau lebih kata dalam kalimat dengan persamaan kata atau sinonim kata tersebut. Terlebih kata yang sedang populer di media sosial yang banyak dikenali dan menjadi trend sekarang. Dengan demikian, kita tidak akan kesulitan untuk membuat kalimat dengan diksi yang sesuai dan tepat dalam mengubah kata dan kalimat yang telah digunakan di tulisan awal.

Baca juga: 5 Jenis Ending untuk Akhir Cerita Menarik

3. Memperhatikan kaidah kepenulisan

PUEBI atau Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia menjadi pegangan setiap penulis untuk memahami kaidah penulisan terlebih dalam menggunakan teknik parafrase ini. Dalam menerapkan teknik parafrase, kita perlu tahu tentang kaidah pengutipan yang terdiri dari dua macam, yaitu pengutipan langsung dan tidak langsung. Selain itu, kita bisa mengubah tulisan dengan cara mengkombinasikan kalimat aktif menjadi pasif maupun sebaliknya. Hal ini juga bisa membantumu merapikan tulisan ilmiah.

4. Memperbanyak wawasan dan pengetahuan

Wawasan dan pengetahuan merupakan hal yang harus ada dalam teknik parafrase untuk mempermudah dan mempersingkat waktu dalam melakukan parafrase kepada sebuah tulisan. Jika kita memahami topik yang dibicarakan dari karya yang akan kita parafrase, tentu kita tidak akan kesulitan maupun kekurangan ide. Oleh karena itu, kita perlu rajin membaca dan mengamati berita untuk memperluas wawasan dan pengetahuan.

Rabu, 29 Desember 2021

Pengertian dan Ciri-ciri Puisi Sakmasek-Puisi Baru

PUISI SAKMASEK

Sumber: Grup Facebook Puisi Sakmasek (Muhammad Lefand: Pencetus Puisi Ini)

  • Pengertian dan Ciri-Ciri Puisi Sakmasek 

SAKMASEK (asepsap) berasal dari bahasa Madura yang terjemahan bebasnya adalah zig-zag. Istilah sakmasek juga dipakai untuk ayam betina yang mondar-mandir mencari petarangan (tempat bertelur) yang biasanya terletak di atas kandang sapi (yang biasa terjadi di Madura), yang mana ayam naik ke petarangan untuk bertelur. 

Puisi SAKMASEK adalah puisi yang memadukan empat jenis puisi (puisi lama, puisi baru, puisi kontemporer, dan puisi akrostik) dalam satu bentuk puisi yang utuh dan baru dalam perpuisian Indonesia. Sakmasek dalam perwajahannya (penampakannya) berbentuk tangga piramida, mempunyai rima, awal baris membentuk akrostik kata dari judul dan diksinya bebas. Bentuk tangga piramida mewakili jenis puisi kontemporer, rima mewakili jenis puisi lama, awal baris membentuk akrostik mewakili jenis puisi akrostik dan diksi bebas mewakili jenis puisi baru.

Baca juga: Mengenal Puisi Melipatdus dan Melipatdusku

Ciri-ciri Puisi Sakmasek :

1. Akrostik

2. Berbentuk tangga piramida

3. Berima aa

4. Jumlah bait puisi sesuai dengan jumlah kata pada judul.

5. Jumlah barisnya disesuaikan dengan jumlah huruf pada kata yang terdapat di judul.

Contoh:

1. Judul terdiri dari satu kata

 

TADARUS

 

Tentang bacaan

Aku kamu beda ejaan

Dengarkanlah suara zaman

Ada kegelisahan pada keraguan

Rasa dan rupa tak pernah tersimpan

Untuk apa kita berbohong pada ingatan?

Sehingga yang kita baca hanya jadi kenangan

 Baca juga: Materi - Puisi Patidusa - Sastra Indonesia Org

2. Judul terdiri dari dua kata

 

DOA KESEMBUHAN

 

Dengan doa

Oh, Tuhan Yang Esa

Atas kuasa-Mu alam semesta

 

Kepada

Engkau saja

Sembuh kuminta

Engkau Yang Kuasa

Menyembuhkan muka

Berjerawat dari deritanya

Ubah jadi wajah bercahaya

Hingga tak ada keresahan kata

Agar hari-harinya selalu bahagia

Nyata dari senyum yang tak rahasia

 

3. Judul terdiri dari tiga kata

 

MENAHAN GODAAN MANTAN

 

Mana mungkin bisa?

Engkau menahan goda

Nikmat rayu begitu mesra

Apalagi kenangan masih ada

Hanya berpura-pura tidak suka

Antara hati dan mata berbeda rasa

Nestapa masa lalu tak membuat jeda

 

Godaan mantan itu ....

Obat pelipur rasa rindu

Dalam kesendirian waktu

Adalah coba keteguhan pilu

Alur kisah yang menabur rayu

Namun, engkau jangan pilih ragu

 Baca juga: Mengenal Kesusastraan Puisi Jepang

Mana mungkin bisa?

Angkuh kalahkan rasa

Noktah tak ’kan pernah lupa

Terhadap luka yang dibuatnya

Apakah engkau ingat akan dusta?

Nafsu keegoisannya, jangan tergoda!

 

4. Judul terdiri dari empat kata

 

LELAKI DI BAWAH TERIK

 

Lelaki di bawah terik

Engkau tak pernah pekik

Lelah tak membuatmu terusik

Akan kehidupan yang penuh intrik

Kau tak mau tertipu, detik demi detik 

Ikhlas menjalani lapar puasa tanpa hardik

 

Dalam keringat yang mengalir

Inti ketabahan hidup selalu berzikir

 

Begitu banyak orang hidup

Alpa dan goyah hatinya redup 

Walau harta melimpah, tak cukup

Anugerah hilang kesadaran tertutup

Hidupnya dihantui rasa takut dan gugup

 

Tetapi, lelaki di bawah terik tabah

Enggan mengeluh kepada pasrah

Rezeki dicari demi kewajiban nafkah 

Iman di dadanya kuat, tak pernah kalah

Kepada ujian hidup dijalani dengan tabah


Selasa, 28 Desember 2021

3 Dosa dalam Menulis Dialog yang Jarang Diketahui

 


Hai Sobat Literasi, pasti tidak asing lagi dengan apa yang disebut dialog. Dalam sebuah cerita dialog menjadi bagian terpenting, bagian yang menghidupkan cerita tersebut. Dialog sendiri adalah percakapan antara dua orang atau lebih. Dialog juga memiliki banyak manfaat dalam sebuah karya seperti cerpen, novel, cerbung, hingga karya non fiksi. Fungsinya membuat tulisan lebih bervariasi dan dinamis, sehingga tidak monoton dan hanya berisi narasi saja.

Biasanya dalam tulisan non fiksi dialog disematkan sebagai bagian dari ilustrasi cerita agar lebih menarik. Selain itu, dialog juga bermanfaat untuk memperkuat karakter atau penokohan dalam cerita. Namun, dalam penulisannya terkadang masih ada kesalahan yang tidak pernah disadari atau bahkan dianggap sudah benar. 

Oleh karena itu, sebagai penulis perlu mengetahui apa sebenarnya yang salah dalam penulisan dialognya agar tidak salah kaprah kedepannya. Sebelumnya, kita sudah pernah membahas tentang kesalahan menulis dialog yang sering dilakukan penulis pemula di postingan sebelumnya, lho!


1. Gaya dialog semua tokoh sama

Biasanya dalam menulis kita memberikan jiwa kepada tokoh atau karakter dalam tulisan tersebut, termasuk gaya atau cara berbicara tokohnya. Dalam hal ini ada kemungkinan besar, kita memberikan gaya dialog yang sama pada setiap tokohnya, yaitu gaya bicara kita sendiri. Oleh karena itu, kita tidak boleh terjebak dalam gaya bicara sendiri dengan mengamati percakapan di sekitarnya, seperti teman kantor, keluarga, tetangga, dan lainnya.

Jika gaya bicara orang lain yang kita dengarkan tertangkap dengan baik bisa kita terapkan pada karakter di tulisan. Jika kita bisa menangkap percakapan orang tersebut dengan baik, maka gaya orang tersebut bisa membuat dialog tokoh yang kita buat lebih konsisten. Jadi, orang di sekitar bisa kita jadikan inspirasi karakter tokoh dalam cerita dan bisa dijadikan rujukan dalam membuat dialog agar lebih konsisten.

2. Kurang mengerti tata bahasa dalam penulisan dialog

Banyak sekali yang tidak memerhatikan penulisan dialog yang masih salah dan semakin sering dilakukan. Oleh karena itu, ada beberapa penulisan dialog yang perlu kita perhatikan, nih, sebagai berikut:
  1. Dialog selalu masuk ke alinea atau paragraf baru, kecuali dialog dipotong, lalu dilanjutkan.
  2. Huruf pertama tidak dispasi dengan kutip buka dan tanda baca, begitu pula huruf terakhir dengan tanda kutip atau tanda baca terakhir.
  3. Huruf besar di awal dialog.
  4. Titik, koma, tanda tanya, dan tanda seru di akhir kalimat berada di dalam tanda petik, bukan di luarnya. Selain itu, tanda baca juga tidak dispasi dengan tanda petik penutup.
  5. Titik digunakan jika dialog berhenti tanpa keterangan narasi, jika dialog berhenti dengan narasi menggunakan koma.
  6. Jika sebelum dialog diawali dengan narasi, maka sebelum tanda petik diberi tanda koma terlebih dahulu tanpa spasi dengan huruf terakhir kalimat narasi, lalu petik buka.
Contohnya:


Nora tersenyum, lalu berkata, "Aku tidak mudah percaya dan paling tidak bisa kau bohongi."

"Hanya kau yang paling memahamiku 'kan?" tanya Naza sembari tersenyum, "Lagipula hal yang kau benci tidak akan berani kulakukan."

3. Kata pengiring dialog yang tidak bervariasi

Dialog diikuti dialog tag yang tidak bervariasi memang sering terjadi, padahal ini membuat cerita terlihat monoton. Contohnya seperti berikut:

"Mas, jangan lupa makan siangnya, awas kalau tidak makan," ujar Balqis.

"Iya," ujar Naufal.

"Walaupun sibuk dengan pekerjaan jangan sampai melupakan makan siang, nanti kalau tidak makan siang, sakit, lho. Mas, harus makan siang pokoknya," ujar Balqis.

Jika dilihat dialog yang digunakan hanya ujar dan ujar lagi, hal ini bisa membuat pembaca jenuh. Padahal ada banyak dialog tag lain yang bisa dipakai seperti ancam, kata, tegas, balas, respon, dan lain-lain. Oleh karena itu, hindari penggunaan dialog tag yang sama, kalian bisa menggantinya dengan kosakata lain. Berikut variasi yang bisa digunakan dari dialog di atas:

"Mas, jangan lupa makan siangnya, awas kalau tidak makan," ancam Balqis.

"Iya," balas Naufal.

"Walaupun sibuk dengan pekerjaan jangan sampai melupakan makan siang, nanti kalau tidak makan siang, sakit, lho. Mas, harus makan siang pokoknya," tutur Balqis.


Jumat, 24 Desember 2021

5 Jenis Ending untuk Akhir Cerita Menarik

 

Hai Sobat Literasi, pasti sering mengalami kebingungan dalam menentukan ending dari ceritamu. Ya, ending sendiri menjadi bagian yang penting untuk membuat pembaca tertarik dengan cerita kita. Selain, alur menarik dan karakter yang kuat, ending juga berperan penting dalam sebuah cerita. Ending sendiri merupakan penentu apa cerita tersebut akan berkesan di hati pembaca atau dilupakan karena membuat mereka kecewa.

Ada berbagai cara untuk menutup cerita, dari akhir yang menyedihkan, membahagiakan, mengundang rasa penasaran, mengejutkan, dan lainnya. Nah, berikut 7 jenis ending yang bisa kamu kenali untuk menentukan mana yang cocok digunakan untuk ceritamu!

Baca juga:  Seberapa Penting Sebuah Ending Dalam Cerita? - Sastra Indonesia Org

1. Happy Ending

Happy ending atau akhir bahagia adalah jenis penutup yang banyak digunakan karena dalam ending ini harapan dan keinginan tokoh tercapai. Namun, hal teersebut tidak mengurangi kesannya di hati para pembaca, padahal cerita ini malah mudah ditebak. Dalam hal ini, penulis harus membangun kekuatan lain agar ceritanya menarik, seperti alur yang rumit, konflik yang aneh, atau karakter yang kuat. Agar pembaca bisa mengambil pelajaran, jika akhir yang bahagia juga membutuhkan perjuangan yang keras.

2. Sad Ending

Sad ending atau akhir menyedihkan berkebalikan dengan happy ending, karena penutup jenis ini membuat pembaca merasa sedih. Umumnya, cerita sad ending berakhir dengan hal yang tidak disukai seperti kematian, kehilangan, atau kegagalan. Jarang ada cerita yang menggunakan ending ini karena banyak pembaca yang kecewa dan tidak menyukainya. Tetapi, jika dieksekusi dengan baik, cerita dengan penutup sad ending bisa meninggalkan kesan tersendiri di hati pembacanya.

Baca juga: Ending Harus Berkesan - Sastra Indonesia Org

3. Surprise Ending

Surprise ending atau akhir mengejutkan lebih dikenal dengan plot twist yang merupakan penutup di mana pembaca dibuat terkejut dengan akhir cerita. Ending ini bisa mematahkan ekspektasi dan dugaan pembaca dengan menghadirkan sesuatu yang tidak terduga. Biasanya penulis membuat alur yang bertillak belakang dengan ending agar akhir cerita sulit ditebak. Ending ini berhasil membuat pembaca tertipu, terkejut, dan tak percaya sehingga berkesan di benak pembaca bahkan ada keinginan untuk kembali membacanya.

4. Question Ending

Question ending biasa saya sebut dengan ending menggantung karena cerita berakhir dengan banyak pertanyaan yang belum terjawab. Ending ini biasanya karena terdapat pada cerita bersambung atau novel berseri. Ending ini bertujuan membangkitkan rasa penasaran, sehingga pembaca menunggu kisah selanjutnya.

5. Circular Ending

Circular ending atau akhir melingkar, di mana akhir dari cerita tersebut adalah awal cerita itu sendiri. Biasanya cerita ini di bagian penutupnya akan mengajak pembaca menelusuri kembali perjalanan tokoh, mulai dari pengenalan, konflik, klimaks, sampai resolusi. Jadi, ending tersebut berhubungan dengan awal cerita.

Rabu, 22 Desember 2021

Menurut Perkembangan Zaman, Berikut 5 Alat Menulis!

Menulis merupakan hobi yang bisa dijadikan profesi, ya, kegiatan yang satu ini jika diasah bisa mewujudkan mimpi seperti penulis sastra, penulis konten, dan lain-lain. Media dalam menulis pun beragam, tetapi utamanya untuk melakukan pekerjaan ini dengan media kertas. Namun, seiring perkembangan zaman alat atau media yang digunakan untuk menghasilkan karya tersebut terus berkembang. Nah, pasti jarang ada yang tahu apa media pertama untuk menulis. Oleh karena itu, yuk simak apa aja media yang digunakan oleh penulis dari waktu ke waktu yang semain canggih.

Berikut 5 media yang digunakan para penulis mengikuti perkembangan zaman:

1. Pena Bulu

Buat yang sering melihat drama kerajaan pasti tidak asing dengan bulu panjang yang ujungnya runcing. Pena bulu ini mulai diperkenalkan sejak abad ke-16. Dengan ujungnya yang runcing pena bulu mudah digunakan dan biasanya diambil dari bulu burung besar. Pena ini menjadi alat tulis yang praktis untuk masyarakat pada zamannya. Penggunaannya pun dengan mencelupkan ujungnya pada tinta, lalu memakainya untuk penulis. 

Baca juga: Kisah Inspiratif Nenek Usia 104 Belajar Membaca dan Menulis

Oleh karena itu, sulit untuk membuat tulisan yang lasngsung panjang. Terlebih tintanya yang mudah menetes pada kertas, maka dari itu dalam menggunakannya harus berhati-hati. Pastinya buat kalian hal ini menguji kesabaran, rasa kesal pun muncul dalam setiap momennya apalagi saat harus mengganti yang baru dan menulis ulang. Oleh karena itu, saat ingin menulis dengan pena bulu harus mencoba untuk teliti. Hal ini bertujuan agar usahamu membuahkan hasil yang masksimal.

2. Pulpen

Pada abad ke-19 pena berbahan logam mulai disebarluaskan tepat 300 tahun setelah penggunaan bulu burung. Pena jenis ini awalnya harus dicelupkan ke dalam tinta, kemudian Lewis Waterman merasa hal itu tidak praktis. Lalu, Lewis memanfaatkan udara dan membuat dua saluran agar terhubung dengan tinta. Lewis berhasil menciptakan alat yang bisa menghambat alur tinta ketika dimasukkan pada semua media. 

Akhirnya, karya Lewis ini dikenal dengan nama pulpen. Pulpen sendiri memang lebih mudha digunakan, tetapi masih memiliki kelemahan. Tintanya kurang tebal atau tiba-tiba habis, beberapa bagian patah, dan masalah lainnya. Oleh karena itu, saat menulis menggunakan alat ini memerlukan cadangan.

3. Pensil

Pensil awalnya terbuat dari grafit murni yang dikembangan dengan mencampurkan bahan lain, yaitu tanah liat. Lalu, keduanya dibalur dengan kayu. Grait sendiri merupakan senyawa karbon yang lunak. Pensil dan pulpen mempunyai kelebihan yang sama, yaitu mengasah kemampuan tulisan tangan dan menjadikannya identitas. Yap, kita tidak hanya ingat dengaan isi cerita, tetapi mengenal tulisan tangannya apalagi jika termasuk dalam kategori unik. 

Namun, pensil memiliki kekurangan, yaitu warna yang dihasilkan tipis dan mudah hilang saat terkena keringat atau gesekan. Pensil juga mudah patah dan perlu diserut. Hal paling menyebalkannya, kita harus menulis ulang dari awal saat ada kesalahan dalam penulisan.

Baca juga: Tips Membangkitkan Mood Menulis

4. Mesin tik

Mesin tik merupakan alat elektronik yang digunakan oleh penulis dan karyawan sejak 1870 sampai tahun 2000. Dalam hal ini tidak ada layar, melainkan kertas yang memperlihatkan hasil ketikanmu. Alat ketik ini tidak memerlukan listrik, tetapi suaranya yang berisik sangat mengganggu. Terlebih, kita harus teliti dalam meletakkan kertas agar tidak terjadi penumpukan huruf. Jika sudah terjadi, kita perlu menggunakan tombol koreksi dengan nama Ko-Rec-Type yang terdapat di beberapa mesin tik.

5. Gadget

Terakhir gadget yang merupakan alat elektronik yang telah dikembangkan dengan beragam teknologi canggih, sehingga menjadi lebih praktis. Jumlah penggunanya pun terus meningkat setiap tahun, bahkan bisa dikatakan hampir seratur persen. Gadget bisa digunakan untuk apapun seperti mencari informasi, belajar, berkomunikasi, hiburan, dan bekerja yang meliputi membuat tulisan. Kita bisa membuat karya berbasis teks dengan ponsel, komputer, dan laptop.

Menulis dengan gadget memiliki banyak kelebihan seperti adanya aplikasi yang memudahkan dalam mengoreksi kata. Ada yang bisa menyalin suara menjadi tulisan, dan lain-lain. Namun, gadget masih memiliki kelemahan, yaitu merusak mata dan alat tersebut jika digunakan terus menerus. Apalagi dalam penggunaannya perlu menggunakan listrik.

Sabtu, 18 Desember 2021

Puisi Kun! Fayakun Oleh: Hida AK

 


Kun! Fayakun

Oleh: Hida AK

 

Di muka bumi, insan itu makhluk sempurna

dari tin, ditakhlikkanlah Adam oleh Sang Paripurna

berwujud bahari, juga pesona

 

Rangkaian fosil-fosil temu, aksioma Darwin berunjuk; bahwa, sebab alam berseleksi, spesies berevolusi, terjadi bentuk-bentuk transisi.

 

Mulanya dunia suwung, tak bernyawa

lantas terciptalah raga

yang kemudian Gusti mengenalkan nama-nama isi semesta dan jenisnya

 

Terlahir tidak tahu, hingga diberikan-Nya ilmu

berada di masa yang tak sistematis, menuju peradaban agamis

 

Jikalau an-nus si kera

ingat, manusia bisa berbicara

Tuhan mengajarkan sesuatu yang tabu menjadi tahu

mendidik yang sukar menjadi benar

 

Anasa, adalah saripati tanah

setetes mani yang hina, air yang tertumpah, pula terpancar

menggantung dalam rahim sebongkah darah, menjelma gumpalan daging

bertiup ruh Sang Kuasa

 

Dengan kehendak-Nya, maka jadilah dia, sebagai manusia

 

Pacitan, 14 Muharrom 1443 H.


Hida AK lahir dan besar di Batang 20 tahun yang lalu. Perempuan yang memiliki hobi membaca dan menulis ini adalah alumnus Perguruan Islam Pondok Tremas. Ia belajar puisi di Asqa Imagination School (AIS). Ia termasuk peserta yang lolos Karantina II Anugerah COMPETER 2022, sebuah ajang sastra yang pemenangnya akan diumumkan per 1 Januari 2022 mendatang. Tunak di Community Pena Terbang (COMPETER) - Indonesia. IG: @hidaak16. No. WA: 082313863754 

Rabu, 15 Desember 2021

Banyak Kata Gaul Masuk KBBI, Begini Syaratnya!

Hai Sobat Literasi, kalian pasti tidak jauh-jauh dari KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia yang merupakan kamus yang disusun dan dikembangkan oleh Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa di bawa naungan KEMENDIKBUD RISTEK (Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi). KBBI ini bertujuan untuk memberi informasi kepada masyarakat dan memberikan fasilitas masyarakat dalam pengembangan kosakata bahasa Indonesia.

Pada tahun 1988, KBBI pertama kali diluncurkan dan telah terbit lima edisi serta terus mengalami perkembangan sampai sekarang. Edisi kelima diluncurkan pada peringatan ke-88 Hari Sumpah Pemuda, tepat pada 23 Oktober 2016. KBBI ini terdiri dari dua bentuk, yaitu KBBI Daring yang bisa diakses di kbbi,kemdikbud.go.id dan KBBI Luring yang bisa diakses melalui platform Android dan iOS. 

Fitur KBBI menyajikan pencarian dan pengayaan kosakata yang memungkinkan masyarakat untuk menyumbangkan kosakata. Ada etimologi yang menjelaskan asal-usu sebuah kata. Kosakata baru yang masuk KBBI mengikuti perkembangan era keterbukaan dan kecanggihan teknologi. Nah, seperti belakangan ini yang muncul kata gaul atau istilah kekinian yang sering kita temui dalam pergaulan dan percakapan anak zaman sekarang.

Baca juga: Mengenal Bahasa Sanskerta dan Pentingnya untuk Bahasa Indonesia

Kata gaul atau bisa disebut istilah kekinian bisa berupa kata dasar, kata imbuhan, kata serapan, terjemahan, bahasa daerah, bahasa asing, akronim, dan padanan. Kosakata baru itu misalnya baper, mager, gaptek, ambyar, pansos, bucin, gebetan, naraavlog, hamper, gocujang, dan lain-lain. Ternyata adanya kosakata itu dalam KBBI berkaitan dengan persetujuan dan subyektivitas para anggota tim penyusun KBBI dengan latar belakang berbeda.

KBBI eedisi sebelumnya menerima dan memasukkan kata cakapan setelah bertahan selama beberapa generasi. Oleh karena itu, tidak sembarang kata bisa langsung dimasukkan dalam KBBI. Dilansir dari kompas.com sekitar 10 hingga 15 tahun lalu, saat era media cetak masih terkenal di Indonesia dan media daring belum banyak dikenal. Saat itu tim penyusun KBBI memperhatikan frekuensi kata baru di majalah, surat kabar, dan berbagai jenis media massa lainnya.

Jika sebuah kata baru sering muncul dan banyak digunakan setidaknya di 10 media massa dan bisa bertahan beberapa tahun di ruang lingkup nasional, kata baru tersebut bisa dipertimbangkan untuk masuk KBBI. Oleh karena itu, dengan syarat tertentu kosakata baru bisa masuk ke dalam KBBI asal memenuhi persyaratan berikut:

1. Sesuai kaidah bahasa Indonesia

Kata itu bisa dibentuk dan membentuk kata lain dengan kaidah pembentukan kata bahasa Indonesia seperti pengimbuhan dan pemajemukan.

Baca juga: Mengenal Kesusastraan Puisi Jepang

2. Tidak berkonotasi negatif

Kata berkonotasi negatif tidak dianjurkan masuk karena kemungkinan tidak diterima di kalangan pengguna tinggi, misalnya beberapa kata yang bermakna sama dan belum ada di bahasa Indonesia. Beberapa kata tersebut akan dipilih untuk masuk KBBI merupakan kata yang memiliki konotasi lebih positif. Contohnya kata lokalisasi dan pelokalan yang mempunyai makna sama, maka dianjurkan lebih memilih bentuk terakhir karena berkonotasi lebih positif.

3. Unik

Kata yang disarankan berasal dari bahasa daerah dan bahasa asing dan memiliki makna yang belum ada dalam bahasa Indonesia. Kata tersebut berguna untuk menutup rumpang leksikal atau kekosongan makna dalam bahasa Indonesia.

4. Sering dipakai

Sebuah kata yang sering digunakan diukur menggunakan frekuensi dan julat. Frekuensi merupakan kekerapan kemunculan kata dalam korpus, sementara julat adalah ketersebaran kemunculan kata itu di beberapa wilayah. Sebuah kata dianggap sering dipakai jika frekuensi kemunculannya tinggi dan wilayah kemunculannya tersebar luas.

5. Eufonik atau enak didengar

Kata yang mengandung bunyi tidak dalam bahasa Indonesia tidak diusulkan. Dengan kata lain, kata itu harus sesuai dengan kaidah fonologi bahasa Indonesia. Persyaratan ini bertujuan untuk mudah dilafalkan oleh penutur bahasa Indonesia dengan beragam latar bahasa ibu.

Sabtu, 11 Desember 2021

Dua Boneka Barbie Oleh Hida AK

 


Dua Boneka Barbie

Oleh: Hida AK

 

Langkah kaki mungil,

lucu menarik hati

dituntun oleh bocah

yang sedang berperan menjalani kehidupan ratu istana

 

Boneka barbie,

berambut panjang dan berlekuk tubuh seksi

bibir tipis dan senyum manis

memikat si gadis cilik berponi tipis

 

Barbie berjalan anggun

berlenggak-lenggok ke sana-sini, saling salam-menyalami

berdandan molek, dandan-mendandani

bergaun peri

lagi-lagi,

gadis kecil terpukau pada si barbie

 

Drama boneka barbie masih terjadi

anak kecil bermain sendiri

mengeluarkan celoteh-celoteh basi

layaknya barbie berbicara dengan satu teman barbie

 

Sangat mengesankan,

di balik peran dua barbie

di balik cerita ilusi

ada kenang. bukan malang

 

Pacitan, 1443 H.

 

Bionarasi:

Hida AK lahir dan besar di Batang 20 tahun yang lalu. Perempuan yang memiliki hobi membaca dan menulis ini adalah alumnus Perguruan Islam Pondok Tremas. Ia belajar puisi di Asqa Imagination School (AIS). Ia termasuk peserta yang lolos Karantina II Anugerah COMPETER 2022, sebuah ajang sastra yang pemenangnya akan diumumkan per 1 Januari 2022 mendatang. Tunak di Community Pena Terbang (COMPETER) - Indonesia. IG: @hidaak16. No. WA: 082313863754 

Rabu, 08 Desember 2021

Kisah Inspiratif Nenek Usia 104 Belajar Membaca dan Menulis

 


Hai Sobat Literasi, seperti yang kita ketahui literasi untuk generasi muda selalu digiatkan agar masa depan bangsa semakin cerah. Membaca dan menulis memang harusnya diajarkan sejak dini agar kedepannya anak bisa menghadapi kemajuan teknologi dan bersaing di dunia. Namun, bagaimana dengan orang tua yang tidak mengerti tentang huruf, bahkan bisa dikatakan buta huruf. Bagi beberapa orang akan sulit untuk kembali belajar di masa tua karena daya ingat dan kinerja otaknya tidak setajam saat kecil.

Namun, hal itu tak mengurungkan niat nenek berusia 104 yang ingin bisa membaca dan menulis. Ya, nenek yang berasal dari India ini dinyatakan lulus tes membaca dan menulis tingkat dasar. Di usianya yang renta dan pemandangan pun sudah kabur, ia bersikeras untuk mengikuti tes membaca dan menulis di Kerala State Literacy Mission pada 10 November. Tes yang diadakan Pemerintah Negara Bagian Kerala ini memiliki misi pembelajaran seumur hidup dan memberantas buta huruf di sana.

Baca juga: Aurumi Azzati

Hal ini menjadi perwujudan pemerintah untuk memberantas buta huruf di Negara Bagian Kerala yang berhasil. Salah satunya, Nenek bernama Kuttiyamma Konthi ini yang mendapatkan nilai 89 dari skala 100. Dalam tes tersebut, ada lebih dari 500 orang bersama dengan Kuttiyamma sebagai yang tertua. Di acara tersebut, mereka mengikuti berbagai kegiatan tes seperti membaca, menulis, dan aritmatika selama tiga jam dalam bahasa daerah Malayalam. 

Walaupun di usianya yang sudah menginjak angka 100, Kuttiyamma tetap percaya diri mengikuti tes dan menjawab semua pertanyaan. Prestasinya ini dibagikan oleh Menteri Pendidikan Negara Bagian Kerala V Sivankutty di Twitter. Ibu dari lima anak yang sudah memiliki satu cucu ini sebelumnya tak menempuh pendidikan di bangku sekolah. Bahkan, ia menikah saat berusia 16 tahun.


Padahal, sebelumnya ia tidak bisa menulis, hanya bisa membaca beberapa kata pendek. Barulah tahun lalu, ia mendaftarkan diri dalam program keaksaraan di dewan desa. Lalu, Kuttiyamma mendapatkan pembelajaran secara reguler di rumahnya oleh seorang guru bernama Rehana John. Kabar baiknya, Kuttiyama sekarang bisa menulis surat dan ingin melanjutkan studinya. Usai menyelesaikan tes dasar dengan nilai tertinggi, Kuttiyamma bisa mengikuti ujian tingkat keempat, lho!

Walaupun usianya sudah menginjak angka 100, niat Kuttiyamma tidak berkurang sedikit pun bahkan ia berhasil mendapatkan nilai tertinggi di tengah keterbatasannya. Kita perlu belajar dari semangatnya yang tetap ingin belajar menulis dan membaca, selain itu selama ada waktu dan masih bisa mewujudkan impian lakukanlah pasti akan berhasil. 

Senin, 06 Desember 2021

Mengenal Kesusastraan Puisi Jepang

Hai Sobat Literasi, kalian pasti tidak asing dengan haiku yang termasuk ke dalam jenis puisi Jepang. Selain haiku masih ada puisi Jepang yang perlu diketahui, lho! Haiku sendiri memiliki keunikan, yaitu satu bait puisinya menerapkan pembagian suku kata 5, 7, 5. Artinya di baris pertama harus menggunakan 5 suku kata, baris kedua tujuh suku kata, dan baris ketiga lima suku kata. 

Pasalnya setiap negara mempunyai ciri khas sendiri dalam membuat karya sastranya sesuai budaya dan kebiasaan mereka. Begitu pun negara Jepang yang memiliki karya sastra puisi. Penyair Jepang seperti Matshuo Basho yang buku puisinya sudah populer dan ada yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia juga, lho! 

Matsuo Basho sendiri adalah orang yang mempopulerkan haiku. Isi dari haikunya berbau filosofis dan dramatis, menganalogikan keindahan alam menjadi suatu pemikiran yang dalam. Basho menulis kumpulan haiku yang berjudul “ookuno hosho michi”(narrow road to the north)  hasil dari perjalanannya berkelana dari Edo sampai ke Honshu kemudian Kembali ke Edo. Masih banyak lagi penyair Jepang yang memiliki kelebihan tersendiri dalam puisinya. 

Ragam puisi Jepang terbagi menjadi 7, yuk, kita bahas satu persatu! Berikut ragam puisi Jepang:

1. Waka (Puisi Kuno)

Waka merupakan bentuk pertama puisi di Jepang, di mana penulisannya terdiri dari 31 suku kata uang dibagi menjadi 5, 7, 5, 7, 7 suku kata berurutan dari baris pertama sampai kelima. Umumnya pemilihan kata yang digunakan menunjukkan rasa, ekspresi, ciri, dan pemikiran penyair.

Contoh:

Embun membeku

Malam hening sekali

Tak ada sinar

Hilang suara jangkrik

Senyap di kegelapan

2. Haikai

Haikai merupakan bentuk puisi Jepang yang bergenre jenaka, 

3. Haiku

Haiku adalah puisi Jepang yang terdiri dari satu bait dengan pembagian suku kata 5, 7, 5. Masaoka Shiki beranggapan jika bait pertama dari waka dengan komposisi tersebut bisa dijadikan sebuah puisi baru yang disebut Haiku. 

Mekar berbunga

Musim semi yang indah

Daun-daun menghijau

4. Kyoka

Kyoka menggunakan bahasa yang bebas, bisa dikatakan penggunaan kata-katanya kurang sopan karena dibuat dengan gaya penyairnya sendiri. Kyoka populer karena pedagang-pedagang dari Osaka pada tahun 1781-1789, hingga puisi Jepang ini mencapai puncak kepopulerannya.

5. Renga

Renga memiliki konsep, satu orang penyair selesai menuliskan baitnya, lalu disambung dengan penyair lainnya, tetapi tetap dengan tema yang sama. Sederhananya, terdapat dua orang penyair menggabungkan ide menjadi sebuah puisi yang disebut renga.

6. Senryu

Senryu mirip dengan haiku, tetapi senryu menggunakan bahasa yang santai untuk mengekspresikan diri, berbedaa dengan haiku yang elit dan serius. Tidak ada aturan khusus dalam membuat puisi ini, sehingga isi dan bait dari puisi ini bisa menjadi sebuah lawakan.

7.  Kindai Shi (Puisi Modern)

Puisi modern Jepang berbentuk syair yang merupakan serapan dari budaya yang masuk pada 1882. Sejak itu, puisi Jepang mengalami banyak perubahan baik dari segi jumlah suku kata, bait atau baris seperti pada peraturan yang ada di Waka. 


Sabtu, 04 Desember 2021

Mengenal Tiga Konsep Cerita Rekaan dan Unsurnya

 


Hubungan Tiga Konsep dalam Cerita Rekaan

1. Cerkan adalah dunia imajinasi hasil kreativitas pengarang.

2. Cerkan menceritakan berbagai masalah kehidupan manusia dalam interaksinya dengan lingkungan dan sesama, interaksi dengan dirinya sendiri, serta interaksinya dengan Tuhan.

3. Cerkan pada dasarnya merupakan cerminan perasaan, pengalaman, dan pemikiran pengarang dalam hubungannya dengan kehidupan.


Ketiga konsep cerita rekaan tersebut saling berhubungan antara satu dengan lainnya.

Jika melihat dari pengertian dari cerita rekaan sendiri yang artinya adalah sebuah karya dari imajinasi seorang pengarang. Maka sebuah imajinasi pun tidak akan bisa serta merta muncul begitu saja. Pasti ada sebuah proses yang mendasari seorang pengarang tersebut untuk membuat cerita. 

Misalnya saja saat merebaknya virus Corona saat ini, pastinya penulis tidak hanya menjadikan imajinasi dan daya khayal untuk menulis dengan tema tersebut. Namun, penulis pasti melihat berita ataupun ada tetangga atau masyarakat sekitar yang mengalami paparan virus tersebut. Jadinya, penulis membuat cerita rekaan seperti itu.

Menurut saya sendiri, tidak ada cerita yang benar-benar keluar dari imajinasi penulis. Pasti ada yang mendasari tiap ide yang akhirnya dikeluarkan oleh penulis menjadi sebuah cerita rekaan.

Baca juga: Cerpen-Saksi Mata Oleh Rikard Diku

Unsur-Unsur yang Membangun Cerita Rekaan

Kali ini kita membahas tentang unsur-unsur sebuah cerita rekaan. Banyak aspek yang menjadikan unsur-unsur ini patut dipertimbangkan, bahkan wajib masuk di dalam cerita rekaan yang nantinya akan dibuat. Ada unsur intrinsik dan ek

Apa saja unsur-unsur intrinsik yang membangun cerita rekaan tersebut?

1. Tokoh

Tokoh adalah pelaku yang membuat sebuah cerita rekaan terasa hidup karena menceritakan tentang si tokoh ini. Posisi tokoh di sini sangat strategis karena digunakan untuk menyampaikan pesan atau amanat kepada pembaca.

Salah satu contoh bagaimana menggambarkan tentang sosok tokoh dalam sebuah cerita.

Bukan rahasia lagi jika tak ada yang mendekati Nisa karena wajahnya terlihat menyeramkan. Ada bekas jahitan memanjang di tulang pipinya, sampai hidung. Mungkin benar kata orang jika dari mata turun ke hati. Nyatanya sampai saat ini pun belum ada yang mau mempekerjakan Nisa di toko untuk melayani pembeli. Gadis itu hanya bekerja membantu masak atau mencuci piring di hajatan orang.(Istri Kedua Gus Part 1)

2. Latar

Banyak yang menganggap bahwa latar itu tidak penting, tapi ini adalah unsur penting dalam sebuah cerita. Latar atau yang biasa kita kenal sebagai setting tempat ini menggambarkan di mana cerita tersebut terjadi. Biasanya untuk sebuah latar, penulis cerita rekaan bahkan mengunjungi tempat tertentu agar bisa menuliskan latar dengan baik.

Saya menyukai sebuah cerita rekaan dengan latar yang seolah-olah mengajak kita untuk ke sana dan belajar membuat bagaimana cerita tersebut seakan hidup. Memang terlihat mudah, tapi karena dianggap mudah itu, jadi terasa sulit.

Salah satu contoh penulisan latar yang saya tulis dalam Istri Kedua Gus.

Tempat duduk dan meja dari kayu yang mereka duduki menjadi saksi bahwa kehidupan yang mereka jalani teramat sulit. Apalagi ditambah dengan langit-langit yang masih berupa genteng dengan beberapa kayu di bawahnya.

3. Plot

Plot atau yang lebih kita kenal dengan alur cerita. Banyak alur cerita yang bisa dipilih untuk menyajikan sebuah cerita rekaan. Ada alur maju, alur maju mundur, alur mundur, atau alur gabungan dari ketiganya. Alur cerita ini menyajikan peristiwa tidak hanya waktu dan temporalnya saja, tapi juga sebagai pola majemuk yang memiliki hubungan sebab akibat.

Baca juga: Cerpen 'Dari Bunda' Oleh Yoon

4. Sudut Pandang (POV)

Sudut pandang atau pusat cerita di mana pengarang berada. Misalnya saja pada POV 1 dengan sudut pandang aku/saya. Di sini seolah-olah yang merasakan adalah penulis, POV ini sangat disukai pembaca karena mereka akan terbawa masuk di dalam perasaan yang dibangun oleh penulis tersebut. Sayangnya banyak yang harus dihindari karena sudut pandang ini terbatas. Keterbatasan dalam sudut pandang ini karena tokoh 'aku' hanya bisa menuliskan apa yang dia lihat dan rasakan. Tidak bisa melihat apa yang dilihat dan dirasakan oleh orang lain.

Selanjutnya adalah POV 2. Pov kedua jarang sekali dijumpai karena menceritakan sebuah cerita dengan sudut pandang aku, tapi menceritakan orang lain. Si aku bukan tokoh utama di dalam cerita ini,tapi dia ada dan bercerita bagaimana tokoh utama tersebut ada. Jika POV 1 mudah dimengerti, POV 2 membuat pembaca menebak siapa sebenarnya si aku tersebut.

Selanjutnya tentang POV 3. Sudut pandang ini jelas disukai karena bisa dibilang adalah POV Tuhan. Penulis cerita rekaan bisa menulis semuanya, termasuk dengan batin dan apa yang dirasakan oleh tokoh antagonis. POV ini yang saya gunakan untuk membuat cerita rekaan Istri Kedua Gus dan Suami Rahasia.

5. Tema

Tema adalah gagasan atau dasar cerita. Tema di dalam cerita rekaan biasanya alasan atau motif tokoh melakukan hal tersebut. Tema di sini berbeda dengan topik. Topik sendiri adalah pokok pembicaraan.

6. Gaya bahasa

Gaya bahasa adalah bagaimana cara seorang penulis cerita rekaan menuliskan cerita tersebut. Dalam sebuah cerita, antara gaya bahasa pengarang satu dengan yang lainnya jelas berbeda. Misalnya seperti gaya penulisan Asma Nadia dan Tere Liye. Walau sama-sama penulis, gaya mereka jelas berbeda. Hal ini bisa dikenali oleh pembaca yang sudah sering membaca karya mereka.

7. Judul

Dalam sebuah cerita rekaan, yang pertama kali dibaca adalah judul, bukan isinya. Judul biasanya menggambarkan isi dalam cerita rekaan tersebut. Sangat mungkin jika judul mengacu pada tokoh, konflik, cerita, dan lain sebagainya.

Baca juga: Materi - Ada Tujuh Langkah Terbaik Dalam Menulis Cerpen untuk Pemula

Jika di dalam novel Istri Kedua Gus dan Suami Rahasia mengacu pada tokoh dan bagaimana konflik di dalamnya.

Unsur selanjutnya adalah unsur ekstrinsik. Unsur-unsur tersebut adalah unsur yang berada di luar cerita rekaan. Misalnya saja adalah biografi penulis, bagaimana situasi dan kondisi penulis saat menuliskan cerita rekaan tersebut, aliran sastra apa yang dimiliki oleh penulis, bahkan sampai pada bagaimana situasi dan kondisi, serta nilai-nilai yang ada di masyarakat saat penulis menuliskan hal tersebut.

Rabu, 01 Desember 2021

Kesalahan dalam Dialog yang Sering Dilakukan Penulis Pemula


Hai Sobat Literasi, pasti tidak asing dengan istilah dialog saat berkecimpung dengan dunia kepenulisan. Menurut KBBI, dialog adalah karya tulis yang disajikan dalam bentuk percakapan antara dua tokoh atau lebih. Dialog sendiri berfungsi untuk menguatkan karakter atau tokoh dalam cerita, mengembangkan alur dan menjelaskan isi cerita kepada pembaca, dan masih banyak lagi. Walaupun dialog lebih sering digunakan dalam karya berupa cerpen atau novel untuk membuat tulisan lebih menarik, agar tidak monoton di narasi saja.

Namun, dalam menulis dialog banyak penulis pemula yang melakukan kesalahan yang bisa merusak keutuhan cerita berikut. Yuk, kita kupas kesalahan apa saja yang sering terjadi! Dilansir dari buku 101 Dosa Penulis Pemula karya Isa Alamsyah, ada sembilan kesalahan dalam menulis dialog, yaitu sebagai berikut:


1. Dialog tidak alami

Seperti yang kita tahu dialog adalah milik tokoh, di mana jika tokoh  tersebut seorang penjahat yang tidak mengerti etika pastinya akan menggunakan bahasa yang tidak harus sesuai dengan KBBI atau EYD. Tentunya, akan terdengar aneh jika penjahat tidak menggunakan bahasa yang jahat, malah formal, baku, dan sesuai dengan EYD. Maka, hal seperti itu tidak akan sesuai dengan karakter tokohnya.

Awalnya ini dikarenakan penulis pemula mematuhi EYD di mana dialog penulisan pun diwajibkan mematuhi ejaan yang disempurnakan. Sehingga kebiasaan tersebut dilakukan penulis pemula yang menulis dialog dengan bahasa yang tak sesuai karakter tokoh. Oleh karena itu, untuk membuat  dialog yang alami atau sesuai dengan karakter tokoh kita tidak harus patuh sepenuhnya pada EYD.

2. Dialog dipengaruhi gender penulis

Cara wanita dan pria saat berbicara pastinya berbeda, walau terkadang sulit untuk membedakannya. Pemilihan kata dan kalimat memang dipengaruhi oleh cara berpikir pria dan wanita yang jelas berbeda. Ya, begitu pun saat penulis perempuan menulis dialog pria, terkadang cara berpikir dan pemilihan katanya masih terasa seperti seorang perempuan, begitupun sebaliknya.


Oleh karena itu, kita harus menyiasati agar hal ini tidak terjadi. Akan sulit untuk melakukannya, tetapi pada intinya perempuan lebih banyak bermain dengan perasaan, sedangkan lelaki lebih sering memakai logika. Kalaupun ingin membuat diaog perempuan yang sesuai logika harus ada alasannya, begitupun sebaliknya.

3. Dialog tidak konsisten

Sering sekali penulis pemula membuat dialog dengan gaya yang berbeda, padahal yang mengucapkan masih satu tokoh, berbicara pada lawan bicara yang sama, dan dalam suasana yang tak berbeda. Misalnya, di awal menggunakan dialog yang tidak resmi atau anak SMA biasanya, lalu berubah menjadi formal atau resmi. Contohnya:

"Put, lo gak ke kantin? Udah istirahat, tuh!"

"Nggak, males gue."

"Ayolah, aku mau membeli banyak makanan kalau tidak ditemani sulit membawanya."