Gambaran tentang karakter dalam cerita seringkali diabaikan
karena penulis lebih fokus kepada alur cerita untuk menarik pembaca, bahkan tak
jarang karakter tidak sesuai dengan yang digambarkan di awal cerita sebut saja
tidak konsisten. Padahal penggambaran karakter sangat diperlukan dalam karya
fiksi untuk mengubah dan meneguhkan suasana dalam cerita. Deskripsi ini
menciptakan kesan terhadap suatu alur untuk pembaca, hal ini juga membantu penulis
menjelaskan imajinasinya pada pembaca.
Karakter merupakan hal paling penting yang harus
diperhatikan di mana penulis mengembangkan kepribadian orang-orang dalam cerita
menjadi sebuah individu utuh yang menarik. Cara menggambarkan karakter lewat deskripsi
fisik, sedangkan karakterisasi dapat digambarkan lewat bagaimana cara mereka
berpikir, mengatakan sesuatu, dan bertindak. Deskripsi tokoh membantu kita menjelaskan
detail tempat, karakter, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam cerita. Penggambaran
karakter sendiri bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu:
1. Teknik penokohan analitik yang menggambarkan karakter tokoh secara langsung melalui uraian, deskripsi, atau penjelasan pengarang secara langsung.
Baca juga: Pentingnya Konsistensi Karakter Tokoh
2. Teknik penokohan dramatik adalah cara
menggambarkan karakter tokoh secara tidak langsung dengan cara membiarkan tokoh
memperlihatkan karakternya masing-masing melalui tingkah laku, peristiwa yang
terjadi, dialog antartokoh, bentuk fisik tokoh, dan lainnya.
Nah, itulah cara umum untuk menggambarkan karakter tokoh
dalam ceritamu, tentunya kita harus membuat karakter yang unik dan menarik
untuk pembaca. Tak hanya alur cerita yang harus diperhatikan karena kesesuaian
karakter dengan cerita dari awal, hingga akhir juga perlu dipertimbangkan. Di
saat penulis tidak konsisten dalam menggambarkan karakter akan terlihat jika
penulis tidak menjiwai karakter yang dibangun olehnya. Berikut cara menulis
deskripsi karakter yang dapat menarik pembaca:
1.
Memberikan deskripsi melalui tindakan
Tindakan yang dilakukan oleh tokoh bisa menjadi cara
sederhana untuk menunjukkan karakternya. Namun, di saat memperkenalkan karakter
tokoh dengan tindakan kita perlu menambahkan deskripsi fisik mereka. Contohnya:
Di balkon kamar kusambut pagi dengan buku dan kopi di meja
yang setia menemani waktu santai ini, selagi Mentari masih hangat-hangatnya
mengenai kulit. Kuabaikan teriakan dari dalam rumah yang terus memanggil
namaku, menjadi egois beberapa menit tak akan membuatku dibenci. Jemari lentik
meraih buku di meja untuk dibaca, lalu dengan lihai membalik
halaman-halamannya. Musik pun kunyalakan, berdendang indah di telinga lewat
earphone yang kupakai. Tersenyum tipis sembari berdendang mendengarkan lagu, teriakan
itu tak terdengar lagi.
2.
Menggunakan majas metafora dan simile
Bahasa kiasan menjadi cara yang efektif dan memberi kesan
tersendiri dalam menggambarkan penampila karakter kita secara tepat dan halus.
Contohnya:
Terdengar melodi piano samar-samar dari bawah balkon kafe, begitu
melihat ke bawah kudapati seorang pria dengan kaos putih dibalut jas hitam.
Gigi putih dan rapinya tersenyum kepada langit yang cerah, netra sipitnya
menahan silau hingga ia menyadari mata seseorang mengawasinya. Kali ini
pandangannya terarah padaku, bibir tipisnya mengerucut dan menatapku tak
senang. Dengan cepat kehilangan kemanisan di wajahnya, berganti tatapan tajam
yang seakan tak ingin aku memandangnya lagi.
Baca juga: Menghindari Penggunaan Karakter Tokoh yang Tidak Wajar
3.
Menggunakan detail fisik untuk kepribadian,
bukan hanya untuk visual
Hal yang sering kita temui penulis menggunakan detail fisik
untuk menggambarkan karakter tokoh, contohnya:
Di panggung megah itu seorang pria berambut ungu menyanyikan
lagu berjudul Ephiphany yang sukses membuat penonton larut dalam perasaannya. Netra
sendu dan kosongnya seakan kehilangan kebahagiaan dalam dirinya, sedangkan
rambut ungu memberi kesan tentang kuatnya cinta pada diri sendiri sesuai makna
lagu. Keringat peluh memenuhi wajah saat mencapati high note dalam tiga kali
yang berhasil membuat penonton hening.
4.
Menggunakan deskripsi dengan perspektif narrator
(Pengamat)
Deskripsi karakter yang baik juga menceritakan siapa yang menggambarkannya,
seakan memberitahukan pada pembaca tentang sudut pandang dari narrator yang
sedang mendeskripsikannya. Sebuah cerita akan mengalir sesuai sikap dan sudut
pandang narrator yang diciptakan penulis. Jika narrator cerita suka menghakimi
dan kritis, maka karakter pun tak akan lepas dari kritikannya. Tentu saja deskripsi
dari narrator akan mempengaruhi deskripsi kita. Contohnya:
Untuk pertama kalinya gadis itu membuat artikel dengan
kemampuannya yang terbilang standard, bahkan butuh waktu lama Menyusun satu
kalimat. Saat interview pun ia sangat gugup, terlihat dari tangan yang gemetar
dan caranya memandang HRD di hadapannya. Sekilas melirik dengan rasa takut,
hingga keringat peluh menghias dahinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.