Rabu, 04 Agustus 2021

Tips Menghidupkan Cerita, Imajinasi Kuncinya

Pernah gak sih kalian baca cerita yang rasanya tuh hidup? Tidak sekadar nyaman di baca, tetapi kalian juga merasa kejadian dan tokohnya itu ada. Sulit, ya? Mungkin terbilang tidak pernah karena lebih enak baca yang singkat, tapi ngena ke hati atau yang menghibur bikin ketawa sampai terbahak-bahak. Kesulitannya sama saja, tetapi tujuan cerita tidak hanya sekadar menghibur dan menarik. 

Tujuan utama sebuah cerita adalah membuat pembaca masuk ke dalamnya. Masuk ke dalam cerita? Apa memakai sudut pandang pertama seperti kita yang menjadi tokoh utamanya? Salah besar. Maksud dari masuk ke dalam sebuah cerita apapun karakter si tokoh utama kalian bisa merasa kalian menjadi dia saat membaca termasuk merasakan perasaannya.

Nah, tertarik gak sih buat cerita gitu? Atau pengin baca yang seperti itu tetapi jarang? Banyak penulis yang menggunakan imajinasinya, sehingga menimbulkan kesan hidup kepada ceritanya. Misal, saya sendiri membayangkan bagaimana sosok Alister jikalau dihadapkan situasi seperti ini atau bagaimana menciptakan suasana agar karakter Alister ini terbaca. Saya praktikkan penerapan imajinasi, misal Alister digambarkan sebagai sad boy yang nyanyi di kafe. Ok, bayangkan diri kalian sebagai orang lain yang berada di kafe melihat Alister.

Baca juga: Tips Mengatasi Writer's Block

    Terdengar suara merdu dari dalam kafe saat baru saja meneguk kafe late. Begitu menoleh mendapati sosok pria yang memainkan gitar dengan jemari lentik, ia dendangkan sebuah lagu dengan netra terpejam. Seiring lirik mellow ia menunduk, terlihat jelas kegelisahan di wajahnya sampai ia mengakhiri pertunjukan malam ini dengan satu ayunan yang membelai setiap senar gitar. 

    "Hingga kau pun berlabuh di akhir ujung jalanmu," lirihnya. Lirik lagu Threesixty yang berjudul Sampai Nanti masih menggema di ruang hati, membekas begitu lama hingga bibir pun enggan bergeming. Tiba-tiba pria itu mengarahkan pandangan kepada gadis di ujung balkon yang sedari tadi mengawasinya. Tatapan sendu bertemu dengan netra sayu gadis bernama Aster itu.

    "Sampai nanti ...." Hanya kalimat itu yang keluar dari bibir tipis dan pucat pasinya. Senyum perlahan terkembang, dilambaikannya tangan untuk menyampaikan sampai jumpa. Berpamit seperti senja yang baru saja terbenam, hilang cahaya indahnya di ufuk barat meninggalkan kenang.

Cukup guys, kebawa suasana saya. Kutipan di atas jelas menggambarkan suasananya tanpa kehilangan keseimbangan, karena apa? Saya fokus kepada satu situasi yang membuat pembaca terhanyut dan mendalaminya. Kesimpulannya, imajinasi membuat cerita lebih hidup dan mudah dibaca. Mungkin berbeda dengan cerita lain yang menggunakan teknik tell, saya lebih suka menggunakan teknik show. 

Baca juga: Tips Membuat Puisi Ala Khalil Gibran

Sedikit mengulas tentang teknik yang disebutkan di atas, teknik tell atau menceritakan sangat sering dipakai. Daripada menjelaskan kekecewaan, cinta, kegembiraan, teknik ini langsung mengatakannya dengan gamblang. Misal, aku kecewa karena pembacaku sedikit. Berbeda dengan teknik show atau menunjukkan yang akan menggambarkan bagaimana rasa kecewa itu. Misal; kutatap sendu layar ponsel, jemari pun tak lelah menggulirnya sampai ke bawah, tetapi tak ada notifikasi. Semangat menulis yang tadinya mengembangkan senyum di bibir kini memudar begitu saja. Tangan lunglai ke meja, handphone tergeletak di sana tanpa guna sama seperti tubuh yang merosot ke kursi panjang. Menatap lurus ke lantai, berpikir panjang tentang angka view yang tak bertambah.

Selain menghidupkan cerita, memperindah narasi, imajinasi juga membuat kita lega guys. Kok bisa? Secara tidak langsung imajinasi akan mempengaruhi pemikiran kita dan membuat hidup menjadi lebih berwarna. Yang tadinya dipenuhi beban bisa kita ubah dengan menghadirkan khayalan. Misal, saat author kecewa karena menghadapi hidup sendirian berimajinasi saja menghadirkan tokoh fiksi yang seolah membantu. Ini seperti terapi fisik yang akan menyembuhkan batin kita sendiri.

Baca juga: Tips Mencintai Karya Sendiri

Misal,

Di ruang gelap aku sendiri merengkuh diri dalam sepi, hanya bisa menangis meratapi nasib. Menjadi beban keluarga yang dirundung rasa bersalah, seakan hidup tanpa guna. Air mata keluar tanpa henti selama hati masih tersakiti, hingga sebuah tangan terulur. Begitu kugenggam cahaya masuk ke ruangku. Namun, ditariknya tanganku untuk bangkit. Dialah ego yang ingin aku bermimpi, membawaku ke kehidupan nyata untuk mewujudkannya.

Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan atau menciptakan gambar kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang secara umum. Istilah ini secara teknis dipakai dalam psikologi sebagai proses membangun kembali persepsi dari suatu benda yang terlebih dahulu diberi persepsi (dikutip dari wikipedia). Itulah imajinasi yang membuat hidup kita menjadi berwarna, sebagai penulis tentu kita sangat membutuhkannya. Terlepas dari menghidupkan cerita, memperindah narasi, dan mewarnai hidup imajinasi adalah gagasan yang harus digali oleh diri kita sendiri. Pemikiran itu berasal dari kita sendiri okay.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.