Sabtu, 03 Juli 2021

Kenalan yuk sama Sa-saka (Sajak Satu Kata)

 


Sa-saka adalah singkatan dari sajak satu kata, puisi ini merupakan gagasan Indra Intisa (Piano Putih). Eits, jangan salah ini bukan puisi satu kata! Puisi ini menekankan pada kekuatan rima atau persamaan bunyi di setiap larik dan kata. Disebut sajak satu kata karena dalam setiap larik hanya boleh menyisipkan satu kata yang berbeda, setiap kata harus mempunyai kalimat, larik atau kosakata yang berima sama (a,a,a,a), baik kata, kalimat atau larik sebelumnya maupun sesudah.

Seringkali kita lebih suka dengan puisi yang mengandung rima karena selain indah juga enak dibaca, meski begitu adanya rima memudahkan penyair memilih diksi yang tepat walau tak seketat sa-saka. Adanya sa-saka tentu membuat penyair tertantang untuk memperbanyak kosakata sekaligus melatih otak kanan dan kiri untuk mencari kosakata yang berima sama. Nah, apa sih tujuannya membuat puisi sa-saka? Berikut tujuannya:

Baca juga: Puisi - Tentang Pengagum Rahasia

  1. Agar enak dilihat
  2. Agar enak dibaca
  3. Agar enak didengar
  4. Tak mengurangi makna dan tujuannya

Dari rumit membuatnya dan penekanannya pada keselarasan rima membuat kita berpikir jika puisi ini hanya memerhatikan keindahan rima, tanpa makna seperti tong kosong nyaring bunyinya. Suaranya saja yang keras, tetapi isinya tidak ada. Menariknya sa-saka tak melupakan hakikatnya sebagai puisi yang harus memiliki makna dan isi walau terikat dengan persajakan atau kesamaan bunyi.

Terdengar menarik saat  menggema di telinga, tetapi sulit untuk dipraktikkan secara nyata. Ini sederet peraturan dalam puisi sa-saka:

1. Sa-saka harus mempunyai judul

2. Sa-saka harus mempunyai kata yang berima sama

Contoh : Bud(ak) mengar(ak) dongkr(ak)

3. Sa-saka harus mempunyai larik berima sama

Contoh :

Budak mengarak dongkr(ak)

Sajak mendesak congk(ak)

4. Sa-saka harus mempunyai kata dan larik berima sama

Contoh :

Bud(ak) mengar(ak) dongkr(ak)

Saj(ak) mendes(ak) congk(ak)

Baca juga: Puisi, Tanpa Alih

5. Sa-saka wajib memiliki kata berima sama minimal dua buah hurup terakhir dalam setiap larik

Contoh: Asma(ra) menggelo(ra)

Aksa(ra) la(ra)

Salah:

Asma(ra) menggelo(ra)

Aksa(ra) nelangs(a)

6. Sa-saka harus mempunyai kata minimal dua buah dalam setiap larik

Contoh :

Manik lentik

7. Sa-saka harus mempunyai larik minimal dua buah

Contoh:

Manik lentik

Cantik melirik

8. Untuk satu kata yang berima tak sama hanya boleh diletakkan di awal dan di tengah larik

9. Jika Sa-saka telah memenuhi telah terbentuk dua larik, maka dibolehkan larik sebelumnya atau berikutnya terdiri dari satu buah kata saja, tetapi tetap menggunakan rima yang sama.

Contoh :

 

PENYAMUN

 

Aku

Buruk laku terpaku

Isi saku berbuku-buku

 

Atau

 

Buruk laku terpaku

Isi saku berbuku-buku

Aku

Nah itu, tentang puisi sa-saka yang unik dan menarik walau dalam pembuatannya sangatlah rumit. Puisi ini bukan hal baru lagi, melainkan puisi yang mengembangkan aturan-aturan dalam puisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.