Rabu, 30 Juni 2021

Elzia

 


Elzia, adalah nama pena dari penulis amatir yang lahir dan besar di Sumatera Selatan dengan garis keturunan Jawa. Penikmat benda langit bernama awan dan suka hal-hal unik, filosofis, dan estetis. Bagi El, menulis adalah seni yang bisa mengantarkan penulisnya menuai pahala karena sebuah tulisan bisa membuat orang termotivasi dan terinspirasi untuk mengerti dan memperbaiki diri. Seperti dirinya, contohnya.

Sebagai seorang awam, El ini sangat minim pengetahuan mengenai literasi. Ia pun bergabung dengan forum-forum kepenulisan untuk mendapatkan ilmu serta memperluas jaringan. Sebagai orang yang moody-an ia kerap kali oleng dari tujuan awalnya hingga membutuhkan teman yang sama-sama tengah berjuang. Namun, seiring berjalannya waktu, ia sadar bahwa semua harus diawali dari diri sendiri, maka dari itu, El memutuskan untuk pemperkuat tekad dan bersungguh-sungguh demi impiannya.

El suka membaca sejak menginjak kelas 2 sekolah dasar, ia sering pergi ke perpustakaan diwaktu luang demi menuntaskan rasa penasaran akan buku-buku yang disediakan. Ia mulai terjun ke Dunia Literasi sekitar pertengahan tahun 2019, El baru memiliki dua buku antologi yang berjudul "Penggalan Kisah Romansa" Yang diterbitkan oleh Sinar Pena Amala dan "13.00" Yang diterbitkan oleh AE Publishing Cabang Surabaya.

Masuk ke Dunia literasi membuatnya banyak belajar, ia belajar beradaptasi dengan berbagai kalangan, bersikap, dan membenahi tulisannya yang begitu berantakan. Dipertemukan dengan berbagai tipe kepribadian, membuat El semakin sadar bahwa sangat penting menghargai orang lain siapa pun dia, mengambil pelajaran berharga dari orang-orang yang ditemuinya, melihat kehidupan dari  sudut pandang berbeda, dan mereka yang tetap produktif di tengah kesibukkan.

El suka menulis sejak umur belasan. Baginya, menulis itu seperti sarana yang bisa menyalurkan perasaan yang tak terucapkan. Ia juga ingin berbagi sudut pandang dan hal-hal menarik melalui karya. Selagi bisa ia ingin terus menulis, menghasilkan karya yang bermanfaat dan estetis tentunya. Selain itu, El juga sedang belajar desain karena baik menulis atau pun desain adalah dua hal yang ia suka.

Minimnya minat baca masyarakat Indonesia membuat ia ingin menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang membenahi lingkungan dimulai dari dirinya sendiri. Apa lagi sekarang banyak disediakan forum-forum kepenulisan, event yang menarik dan hadiah besar, dan banyak orang-orang yang terjun ke dunia literasi.

Jika ditanya lebih suka nulis fiksi atau non fiksi, maka ia akan memilih fiksi karena fiksi lebih mudah. Tulisan fiksi lebih mengandalkan imajinasi meskipun logika tetap di terdepankan. Juga karena faktor ilmu yang kurang memadai.

Menulis novel cukup sulit bagi El. Ia sering kali kehilangan ide dan semangat untuk menyelesaikannya karena alur ceritanya yang panjang hingga memutuskan untuk menulis cerpen atau cermin dulu yang sekali tamat, juga mempelajari bagaimana pengolahan alur supaya epik, dan lainnya.

Mood yang suka berubah-ubah, semangat pasang surut, juga kadang kala kondisi yang tidak mendukung acapkali menjadi kendala, tetapi ia percaya bahwa dengan tekad yang kuat, usaha, serta niat yang baik insyaAllah Allah akan memudahkan jalannya.

Sejak awal  El ingin menjadi penulis yang bermanfaat juga menghasilkan cuan, juga punya pekerjaan yang bisa dikerjakan sambil rebahan. Setelah sekian waktu berlalu, tetapi ia masih berdiri di situ-situ saja. Kadang kala memaksakan diri supaya bisa konsisten, tetapi malah memperburuk keadaan sebab menulis dalam keadaan tertekan. Ia pun memutuskan untuk banyak membaca dan menambah wawasan terlebih dahulu, hingga menemukan beberapa kalimat, yaitu : "Tidak terlalu perlu memaksakan diri karena sesuatu yang dipaksakan itu tidaklah begitu baik." "Menulislah jika ingin dan berhenti jika sudah lelah."  "Biarkan semua mengalir seperti yang seharusnya, tapi tetap harus tau, kapan waktu untuk istirahat dan kapan waktu berjuang kembali."

Ketika El mengatakan ingin membeli buku antologinya dan menjelaskan bila dalam beberapa waktu belakangan belajar literasi, keluarganya tidak mendukung juga tidak melarang. Ia dibebaskan melakukan apa saja asalkan bukan hal negatif.

Saat berada dalam masa writers block ia membaca kalimat-kalimat motivasi, bertanya pada teman-teman, tetapi tidak juga membuatnya kembali bersemangat. Hingga setelah itu ia sadar. Motivasi-motivasi yang dibacanya itu tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada tekad dan keinginan yang kuat dari dalam dirinya karena hidupmu tergantung bagaimana kamu dan Tuhan tentunya.  

Itulah profil perjalanan Elzia selama kurang lebih dua tahun di Dunia Literasi.

Jika ingin mengenal sosoknya lebih dekat. Kalian bisa mengunjungi akun media sosialnya di bawah ini.

IG : El0400_

WP : El0400

FB : Elzia


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.