Lahir dan tumbuh dewasa di Kota Gudeg—Yogyakarta. Kesehariannya, perempuan lulusan Pendidikan Bahasa Prancis ini menekuni usaha di bidang craft dan menjadi teman main anak istimewanya.
Menulis baginya ibarat bernapas—sebuah kebutuhan penting bagi kehidupan. Berawal hanya dari sekadar suka, berlanjut menjadi wadah berekspresi. Lama-lama menulis itu menjadi obat tersendiri—saat sedih, terluka, jatuh terpuruk, marah, takut, bahkan bahagia. Saat berusaha ditahan, akan menyesakkan dada. Meski hanya sepenggal kalimat, itu sudah cukup melegakan. Melalui tulisan itulah semua peristiwa akan abadi dan bisa menjadi pengingat kenangan yang sering kali terlupa.
Dia mengawali terjun di dunia literasi saat salah satu komunitas literasi mengadakan event menulis cerita mini di media sosial. Tidak disangka, empat dari sekian tulisannya diangkut dan ikut dibukukan, padahal kala itu dirinya hanya iseng mencoba. Dari sanalah candu itu dimulai. Perempuan berhijab ini mulai mengikuti kelas-kelas menulis, berpartisipasi dalam event menulis, dan bergabung dengan beberapa komunitas menulis.
Suatu ketika, dia ditawari menjadi penanggung jawab event menulis di salah satu komunitas yang diikuti. Hal ini berlanjut hingga sekarang, bahkan tidak hanya di satu komunitas. Sudah beberapa event antologi cerpen dia pegang hingga naik cetak. Dirinya juga melebarkan sayap di dunia penyuntingan. Kini, mantan pengajar ekstrakurikuler Matematika sekolah dasar ini menjadi editor di salah satu komunitas menulis.
Untuk karya, perempuan berkacamata ini sudah memiliki sekitar tiga puluh buku antologi bersama penulis lain, baik fiksi maupun nonfiksi. Satu buku nonfiksi tentang craft terbit di Stiletto Indie Book, empat buku antologi nonfiksi tentang kehidupan terbit di Motivaksi Inspira, empat buku antologi fiksi terbit di AE Publishing, empat buku antologi fiksi terbit di DD Publishing, dan sisanya adalah buku antologi fiksi terbit di Pilar Pustaka. Sedangkan untuk buku solo, novel perdananya sedang dalam proses terbit.
Pengalaman demi pengalaman luar biasa didapatnya. Bertemu teman baru, dapat ilmu, belajar banyak hal selain menulis, dan rasa syukur ketika mendapat royalti. Poin terakhir memang tidak bisa dimungkiri. Hal ini juga menjadi salah satu tujuan menyelam di dunia literasi, meskipun hal itu ada di nomor ke sekian.
Saat ini, dunia literasi sedang berkembang pesat. Apalagi situasi pandemi seperti sekarang, memaksa banyak kalangan memutar ide menjadi lebih kreatif dan aktif. Salah satunya adalah dengan menulis. Banyak penulis baru muncul dari berbagai lapisan usia, turut meramaikan kancah literasi. Banyak platform menulis hadir dan begitu menggoda karena menjanjikan pundi-pundi yang tidak sedikit.
Penulis bertubuh ramping ini pun pernah menjelajahi beberapa platform menulis. Ada Novelme, KBM app, Kwikku, Noveltoon, Wattpad, dan Dreame. Namun, akhirnya dia lebih memilih menulis buku cetak dan hiatus dari semua platform yang sempat dia jamah.
Menulis fiksi atau nonfiksi? Perempuan ini menyukai keduanya. Hanya saja, dia belum begitu mendalami tentang artikel. Kisah nonfiksi yang dia tulis, semuanya berbentuk story telling. Rencananya penulis yang hobi bebenah ini akan mengikuti kelas menulis skenario dalam waktu dekat.
Ketika mojok dengan gadget atau laptop, terkadang ide lenyap, menguap ke udara. Tidak jarang hal seperti ini membuatnya terhenti mengukir cerita. Belum lagi ditambah pekerjaan di dunia nyata dan jadwal ke rumah sakit, hingga menyita hampir sebagian waktunya. Namun, meski begitu, dia tidak serta merta berhenti begitu saja. Me time dengan membaca buku atau menonton film adalah salah satu caranya mengembalikan mood menulis. Bagi ibu muda beranak satu ini menulis ibarat candu, sehingga tidak akan ada henti jemari lentiknya merangkai kata demi kata demi kewarasan jiwa.
Dalam menulis, motivasi terbesar Aurumi adalah suami dan anak. Keluarga besar pun mendukung apa yang telah menjadi pilihannya. Bahkan, nama pena yang dia pakai saat ini adalah nama pemberian keluarganya. Perempuan ini tanpa pikir panjang berkenan menggunakan nama itu. Bagi perempuan itu, nama adalah doa. Harapannya ada doa yang senantiasa mengiri setiap langkah yang dia tempuh di dunia baru—dunia literasi ini.
Apa yang telah dia capai pun tidak lantas membuatnya berbangga diri. Dia masih terus belajar, belajar, dan belajar dari mana saja, untuk mengasah kemampuan menulisnya yang masih seujung kuku.
Semoga buku yang ditulisnya dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.
Jika kalian ingin berkenalan dengan penulis yang satu ini, silakan hubungi media sosialnya, yaitu Facebook: Aurumi Azzati dan Instagram: @aurumiazzati dan @nuzullar_myjoy. Dia sangat senang dan terbuka sekali bagi siapa saja yang ingin menjalin silaturahmi dengannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.