Rabu, 30 Juni 2021

Elzia

 


Elzia, adalah nama pena dari penulis amatir yang lahir dan besar di Sumatera Selatan dengan garis keturunan Jawa. Penikmat benda langit bernama awan dan suka hal-hal unik, filosofis, dan estetis. Bagi El, menulis adalah seni yang bisa mengantarkan penulisnya menuai pahala karena sebuah tulisan bisa membuat orang termotivasi dan terinspirasi untuk mengerti dan memperbaiki diri. Seperti dirinya, contohnya.

Sebagai seorang awam, El ini sangat minim pengetahuan mengenai literasi. Ia pun bergabung dengan forum-forum kepenulisan untuk mendapatkan ilmu serta memperluas jaringan. Sebagai orang yang moody-an ia kerap kali oleng dari tujuan awalnya hingga membutuhkan teman yang sama-sama tengah berjuang. Namun, seiring berjalannya waktu, ia sadar bahwa semua harus diawali dari diri sendiri, maka dari itu, El memutuskan untuk pemperkuat tekad dan bersungguh-sungguh demi impiannya.

El suka membaca sejak menginjak kelas 2 sekolah dasar, ia sering pergi ke perpustakaan diwaktu luang demi menuntaskan rasa penasaran akan buku-buku yang disediakan. Ia mulai terjun ke Dunia Literasi sekitar pertengahan tahun 2019, El baru memiliki dua buku antologi yang berjudul "Penggalan Kisah Romansa" Yang diterbitkan oleh Sinar Pena Amala dan "13.00" Yang diterbitkan oleh AE Publishing Cabang Surabaya.

Masuk ke Dunia literasi membuatnya banyak belajar, ia belajar beradaptasi dengan berbagai kalangan, bersikap, dan membenahi tulisannya yang begitu berantakan. Dipertemukan dengan berbagai tipe kepribadian, membuat El semakin sadar bahwa sangat penting menghargai orang lain siapa pun dia, mengambil pelajaran berharga dari orang-orang yang ditemuinya, melihat kehidupan dari  sudut pandang berbeda, dan mereka yang tetap produktif di tengah kesibukkan.

El suka menulis sejak umur belasan. Baginya, menulis itu seperti sarana yang bisa menyalurkan perasaan yang tak terucapkan. Ia juga ingin berbagi sudut pandang dan hal-hal menarik melalui karya. Selagi bisa ia ingin terus menulis, menghasilkan karya yang bermanfaat dan estetis tentunya. Selain itu, El juga sedang belajar desain karena baik menulis atau pun desain adalah dua hal yang ia suka.

Minimnya minat baca masyarakat Indonesia membuat ia ingin menjadi salah satu dari sekian banyak orang yang membenahi lingkungan dimulai dari dirinya sendiri. Apa lagi sekarang banyak disediakan forum-forum kepenulisan, event yang menarik dan hadiah besar, dan banyak orang-orang yang terjun ke dunia literasi.

Jika ditanya lebih suka nulis fiksi atau non fiksi, maka ia akan memilih fiksi karena fiksi lebih mudah. Tulisan fiksi lebih mengandalkan imajinasi meskipun logika tetap di terdepankan. Juga karena faktor ilmu yang kurang memadai.

Menulis novel cukup sulit bagi El. Ia sering kali kehilangan ide dan semangat untuk menyelesaikannya karena alur ceritanya yang panjang hingga memutuskan untuk menulis cerpen atau cermin dulu yang sekali tamat, juga mempelajari bagaimana pengolahan alur supaya epik, dan lainnya.

Mood yang suka berubah-ubah, semangat pasang surut, juga kadang kala kondisi yang tidak mendukung acapkali menjadi kendala, tetapi ia percaya bahwa dengan tekad yang kuat, usaha, serta niat yang baik insyaAllah Allah akan memudahkan jalannya.

Sejak awal  El ingin menjadi penulis yang bermanfaat juga menghasilkan cuan, juga punya pekerjaan yang bisa dikerjakan sambil rebahan. Setelah sekian waktu berlalu, tetapi ia masih berdiri di situ-situ saja. Kadang kala memaksakan diri supaya bisa konsisten, tetapi malah memperburuk keadaan sebab menulis dalam keadaan tertekan. Ia pun memutuskan untuk banyak membaca dan menambah wawasan terlebih dahulu, hingga menemukan beberapa kalimat, yaitu : "Tidak terlalu perlu memaksakan diri karena sesuatu yang dipaksakan itu tidaklah begitu baik." "Menulislah jika ingin dan berhenti jika sudah lelah."  "Biarkan semua mengalir seperti yang seharusnya, tapi tetap harus tau, kapan waktu untuk istirahat dan kapan waktu berjuang kembali."

Ketika El mengatakan ingin membeli buku antologinya dan menjelaskan bila dalam beberapa waktu belakangan belajar literasi, keluarganya tidak mendukung juga tidak melarang. Ia dibebaskan melakukan apa saja asalkan bukan hal negatif.

Saat berada dalam masa writers block ia membaca kalimat-kalimat motivasi, bertanya pada teman-teman, tetapi tidak juga membuatnya kembali bersemangat. Hingga setelah itu ia sadar. Motivasi-motivasi yang dibacanya itu tidak akan berarti apa-apa jika tidak ada tekad dan keinginan yang kuat dari dalam dirinya karena hidupmu tergantung bagaimana kamu dan Tuhan tentunya.  

Itulah profil perjalanan Elzia selama kurang lebih dua tahun di Dunia Literasi.

Jika ingin mengenal sosoknya lebih dekat. Kalian bisa mengunjungi akun media sosialnya di bawah ini.

IG : El0400_

WP : El0400

FB : Elzia


Aurumi Azzati

Lahir dan tumbuh dewasa di Kota Gudeg—Yogyakarta. Kesehariannya, perempuan lulusan Pendidikan Bahasa Prancis ini menekuni usaha di bidang craft dan menjadi teman main anak istimewanya. 

Menulis baginya ibarat bernapas—sebuah kebutuhan penting bagi kehidupan. Berawal hanya dari sekadar suka, berlanjut menjadi wadah berekspresi. Lama-lama menulis itu menjadi obat tersendiri—saat sedih, terluka, jatuh terpuruk, marah, takut, bahkan bahagia. Saat berusaha ditahan, akan menyesakkan dada. Meski hanya sepenggal kalimat, itu sudah cukup melegakan. Melalui tulisan itulah semua peristiwa akan abadi dan bisa menjadi pengingat kenangan yang sering kali terlupa.  

Dia mengawali terjun di dunia literasi saat salah satu komunitas literasi mengadakan event menulis cerita mini di media sosial. Tidak disangka, empat dari sekian tulisannya diangkut dan ikut dibukukan, padahal kala itu dirinya hanya iseng mencoba. Dari sanalah candu itu dimulai. Perempuan berhijab ini mulai mengikuti kelas-kelas menulis, berpartisipasi dalam event menulis, dan bergabung dengan beberapa komunitas menulis.

Suatu ketika, dia ditawari menjadi penanggung jawab event menulis di salah satu komunitas yang diikuti. Hal ini berlanjut hingga sekarang, bahkan tidak hanya di satu komunitas. Sudah beberapa event antologi cerpen dia pegang hingga naik cetak. Dirinya juga melebarkan sayap di dunia penyuntingan. Kini, mantan pengajar ekstrakurikuler Matematika sekolah dasar ini menjadi editor di salah satu komunitas menulis.

Untuk karya, perempuan berkacamata ini sudah memiliki sekitar tiga puluh buku antologi bersama penulis lain, baik fiksi maupun nonfiksi. Satu buku nonfiksi tentang craft terbit di Stiletto Indie Book, empat buku antologi nonfiksi tentang kehidupan terbit di Motivaksi Inspira, empat buku antologi fiksi terbit di AE Publishing, empat buku antologi fiksi terbit di DD Publishing, dan sisanya adalah buku antologi fiksi terbit di Pilar Pustaka. Sedangkan untuk buku solo, novel perdananya sedang dalam proses terbit.

Pengalaman demi pengalaman luar biasa didapatnya. Bertemu teman baru, dapat ilmu, belajar banyak hal selain menulis, dan rasa syukur ketika mendapat royalti. Poin terakhir memang tidak bisa dimungkiri. Hal ini juga menjadi salah satu tujuan menyelam di dunia literasi, meskipun hal itu ada di nomor ke sekian.

Saat ini, dunia literasi sedang berkembang pesat. Apalagi situasi pandemi seperti sekarang, memaksa banyak kalangan memutar ide menjadi lebih kreatif dan aktif. Salah satunya adalah dengan menulis. Banyak penulis baru muncul dari berbagai lapisan usia, turut meramaikan kancah literasi. Banyak platform menulis hadir dan begitu menggoda karena menjanjikan pundi-pundi yang tidak sedikit.

Penulis bertubuh ramping ini pun pernah menjelajahi beberapa platform menulis. Ada Novelme, KBM app, Kwikku, Noveltoon, Wattpad, dan Dreame. Namun, akhirnya dia lebih memilih menulis buku cetak dan hiatus dari semua platform yang sempat dia jamah.

Menulis fiksi atau nonfiksi? Perempuan ini menyukai keduanya. Hanya saja, dia belum begitu mendalami tentang artikel. Kisah nonfiksi yang dia tulis, semuanya berbentuk story telling. Rencananya penulis yang hobi bebenah ini akan mengikuti kelas menulis skenario dalam waktu dekat.  

Ketika mojok dengan gadget atau laptop, terkadang ide lenyap, menguap ke udara. Tidak jarang hal seperti ini membuatnya terhenti mengukir cerita. Belum lagi ditambah pekerjaan di dunia nyata dan jadwal ke rumah sakit, hingga menyita hampir sebagian waktunya. Namun, meski begitu, dia tidak serta merta berhenti begitu saja. Me time dengan membaca buku atau menonton film adalah salah satu caranya mengembalikan mood menulis. Bagi ibu muda beranak satu ini menulis ibarat candu, sehingga tidak akan ada henti jemari lentiknya merangkai kata demi kata demi kewarasan jiwa.

Dalam menulis, motivasi terbesar Aurumi adalah suami dan anak. Keluarga besar pun mendukung apa yang telah menjadi pilihannya. Bahkan, nama pena yang dia pakai saat ini adalah nama pemberian keluarganya. Perempuan ini tanpa pikir panjang berkenan menggunakan nama itu. Bagi perempuan itu, nama adalah doa. Harapannya ada doa yang senantiasa mengiri setiap langkah yang dia tempuh di dunia baru—dunia literasi ini.

Apa yang telah dia capai pun tidak lantas membuatnya berbangga diri. Dia masih terus belajar, belajar, dan belajar dari mana saja, untuk mengasah kemampuan menulisnya yang masih seujung kuku.

Semoga buku yang ditulisnya dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya dan penulis pada khususnya.

Jika kalian ingin berkenalan dengan penulis yang satu ini, silakan hubungi media sosialnya, yaitu Facebook: Aurumi Azzati dan Instagram: @aurumiazzati dan @nuzullar_myjoy. Dia sangat senang dan terbuka sekali bagi siapa saja yang ingin menjalin silaturahmi dengannya.


Selasa, 29 Juni 2021

Jeda Singkat


Jeda Singkat

Oleh: Faizzma


Aku lelah

Aku pasrah

Aku tak berdaya

Akan tetapi

Di ujung sana

Kulihat baskara sedang menyombongkan sinarnya

Diriku merenung

Mengapa aku tak bisa seperti baskara

Dia tetap bersinar walaupun tak dipandang

Jikalau begitu aku harus bangkit

Ayo! Berdirilah ragaku

Yakinkan batinmu

Teruslah maju menggapai anganmu

Malang, 29 Juni 2021

Senin, 28 Juni 2021

SiMooza

 


SiMooza - iya betul, itu nama penaku. Aku seorang perempuan yang lahir di kota kecil di Jawa Barat, Sukabumi. Aku akan perlihatkan fotoku agar bisa lebih mengenal, ya. 

Menulis sudah menjadi obat dalam kehidupanku, hal-hal yang tidak bisa kuungkapkan bisa tersampaikan hanya dengan deretan huruf acak ini. Terkadang membayangkan dunia hanya berputar pada tulisan membuatku tergugah, meski adakalanya menulis menjadi pembuat buntu di akhir hari. Menulis sama halnya seperti hidup, menyimpan banyak kenangan yang bisa saja terlupakan. Dia mengikat semua hal yang bahkan tak ingin kuikat. Aku sangat menyukai dunia ini, itulah sebabnya banyak hal kulakukan agar kemampuanku tidak jalan di tempat, salah satunya dengan bergabung bersama komunitas yang berisi penulis hebat. Sudah lama sekali, menulis menjadi salah satu gelar yang diikutkan ketika seseorang menyebutkan namaku, sejak SMP lebih tepatnya, meski begitu Sekolah Dasar membawaku ke dunia kepenulisan dan mulai mengikuti berbagai lomba hingga sekarang - kuliah.

Aku ingin sekali menerbitkan buku solo, sayangnya aku belum menyelesaikannya – tentu saja aku akan menerbitkan tulianku segera! Aku banyak mengikuti lomba-lomba yang akhirnya membukukan karyaku, mengikuti Nulis Bareng di berbagai tempat menulis. Sampai saat ini, aku campuran dari buku lomba dan Nubar sudah lebih dari 15 buku, buku lomba pertamaku adalah ‘Belahan Jiwa’ yang terbit di AE Publishing diikuti buku Nubar ‘Tahun yang Tak Berulang’ kemudian buku lomba selanjutnya berjudul ‘5 Masa 5 Makna’, ’05:00 Buku Kelima’, ‘Terisolasi Puisi’, ‘Balasan’, ‘Melukis Tulis’, ‘Terima Kasih’, ‘Party’, ‘Langit Desember’, ‘4 Minggu di Bulan Mei’, ‘Afeksi’, ‘Goodbye’, ‘Selasar Maya’, ‘Senyum Ibu’, dan ‘Kulacino’. Ke-14 buku itu diterbitkan di Ellunar Publisher dan Puspamala  Pustaka.

Banyak sekali pengalaman yang aku dapat dari dunia kepenulisan. Contohnya cara menulisku lebih baik, terkadang saat melihat tulisan zaman dulu rasanya ingin tertawa. Lalu, aku memiliki banyak kenalan dari penulis-penulis hebat. Aku juga masih ingat saat pertama mendapat royalty dari menulis.

Aku pernah mendapat penghargaan dalam menulis, saat sekolah aku menjadi juara pavorit Juri dan harapan 3 dalam FLS2N. Memenangkan berbagai macam lomba saat Lomba antarsekolah. Kemudian, dalam event di AE Publishing aku mendapatkan juara 3 dalam buku Belahan Jiwa. Lalu, selalu menjadi naskah pilihan Juri di berbagai lomba menulis.

Aku sering mendengar pertanyaan ini, tentu saja rasa cintaku terhadap menulis tidak bisa kugambarkan karena terlalu besar. Karena, saat masalah yang kuhadapi terlalu berat, aku tidak bisa mengungkapkan keinginanku, tidak mendapat apa yang kuinginkan jalan terakhirnya yaitu menulis. Menulis selalu ada, karena menulis adalah hidup.

Seandainya aku bisa tahu sampai kapan aku akan menulis, aku akan menjawabnya dengan lantang. Se-lantang penolakanku untuk tidak melakukannya, aku hanya istirahat tidak berhenti, mungkin itu gambaran terbaik saat nanti.

Menurutku, Literasi di Indonesia sangat minim, padahal media literasinya melimpah. Namun, semakin berjalan waktu yang membuat banyak pula perubahan di negara tercinta ini, aku rasa Indonesia bisamencoba bangkit. Banyak penerbit yang mulai menyediakan wadah bagi para pemula, komunitas yang saling memberikan dukungan kepada sesama, dan tentu saja semoga disusul dengan minat baca dari kaum muda.

Entahlah, yang pasti aku suka keduanya. Karena mereka punya tantangan tersendiri, jujur saja saat pertama kali menulis aku lebih senang menulis non fiksi, karena aku piker setelah mengalaminya aku bisa lebih tahu dan lebih banyak memberikan rasa cintaku terhadap tulisan. Namun, fiksi tidak kalah menarik. Aku sering membuat cerita dengan gendre ini dan mendapatkan umpan balik yang baik, tentu saja keduanya sangat kusukai.

Aku lebih suka menulis Novel – meski naskahku belum selesai, aku pernah coba membuat naskah scenario, tetapi seperti bukan fashionku. Karena novel selalu memuat ide dan tema cerita aku lebih suka menulis Novel. Sedari kecil, aku melihat penulis yang hebat menerbitkan buku yang bagus dan itu tetap membuatku kagum sampai sekarang.

Tantangan dan hambatan saat menulis banyak sekali, aku pernah rehat dari menulis saat SMA karena saat itu banyak temanku yang berkata aku sok puitis. Banyak orang yang kadang mengolok-olok, kok bisa aku ingin menjadi penulis? Padahal gajinya tidak besar dan pasti melelahkan. Terkadang tantangan dan hambatan terberat datangnya dari orang terdekat dan itu cukup melelahkan. Namun, setelah dewasa aku mulai berpikir bahwa semua itu tidak bisa lagi menghentikanku dan sekarang aku membuat semua itu sebagai lecutan sehingga dapat bertumbuh.

Aku seorang mahasiswa semester 3 dan itumenyita banyak waktu dari tugas akademik dan organisasi. Aku selalu mengusahakan menulis dalam tiap kesempatan, meski kusadari saat ini menulis bukan prioritas utamaku. Aku akan terus menulis sampai nanti dia menjadi prioritas dan tidak terganti.

Aku ingat sekali, orang tuaku tidak pernah melarang apa pun yang membuatku bahagia asal dalam konteks yang baik. Tentu saja keluargaku mendukung, mereka adalah support system terbaik. Meski terkadang lelucon terus bermunculan saat aku mulai menulis, tidak apa, itu masih dalam batas wajar – aku masih bisa menganggapnya sebagai candaan.

Saat pertama kali menulis, aku hanya merasaingin menulis. Kemudian waktu berlalu dan banyak hal yang terjadi, aku punya seseorang yang membuatku ingin terus menulis. Bahkan saat buntu, dengan mengingatnya aku bisa perlahan memikirkan cara agar aku tidak stuck di sana, meski aku yakin orang itu tidak tahu aku terus mengaguminya.

Mimpi Tak Bertepi

 Oleh : Yanti Fariidah 


Rindu itu membiru 

Pada sosok tak terindra 

Ratusan masa terlewat sendu 

Tanpa hadirnya raga  


Lembayung senja tertepis 

Pada jiwa yang merana 

Mimpi itu terhempas 

Pada rindu tak bermakna 


Lelah sudah raga ini 

Tuk telusuri mimpi nan merona 

Pagi buta terus hiasi 

Pada mimpi-mimpi tak bertepi 


Allahu Rabbi 

Tolonglah kami 

Tuk terus rangkai mimpi 

Hingga semua terwujudi 


Magelang, 28 Juni 2021, 09.54


Sabtu, 26 Juni 2021

Puisi: Tanpa Alih



Tanpa Alih

Oleh: Arienha Albana


Di detik waktu yang tak berhenti
Ia menemukan ...
Mawar yang tak pernah mati
Sekalipun direndam perairan

Ia takjub
sekaligus tak peduli
Hatinya menguncup
Tapi tak tertutup

Di detik berikutnya,
ia melewati perkampungan
Menemukan banyak pandang yang menatap tajam

Ia abai,
namun memilih mengulurkan tangan
Ia tak tersenyum,
namun banyak mendapatkan kebahagiaan

Ia sadar
Telinganya berbicara
Matanya mendengar
Lisannya melihat

Perjalanannya menyenangkan
sekaligus menjemukan

Meski begitu
Ia terus maju
Menuju keabadian

Menulis, Mimpi yang Besar?

SiMooza

Johannes Plenio

Kamu dapat memilih untuk melanjutkan mimpi atau terus bermimpi, karena mimpi terus bersamamu saat matamu menatap atau menutup. - SiMooza


    
Semua manusia memiliki mimpi dalam hidupnya dengan segala hal yang membuat mereka terus berorientasi pada tujuan. Mimpi adalah hal yang secara tidak langsung tertanam di dalam isi kepala semua orang, meski hanya secuil keinginan. Kata mimpi sering disangkutkan dengan harapan besar sehingga sudah tidak asing lagi apabila kita sering mendengar istilah mimpi besar.

    Di samping itu, banyak orang ingin menjadi seorang penulis untuk memenuhi hasrat menulis yang besar yang ada pada dirinya dan hanya dapat disalurkan dalam bentuk tulisan. Meski banyak orang meyakini bahwa siapapun bisa menjadi penulis, tetapi tidak sedikit pula yang merasa bahwa menjadi penulis adalah sebuah mimpi besar. Lantas, apakah menjadi penulis adalah sebuah mimpi besar?

    Tentu saja, banyak hal yang bisa mendefinisikan mimpi besar. Mimpi adalah gambaran diri kita dan itu tidak hanya tentang bagaimana persiapan kita untuk masa depan. Mimpi yang besar banyak macamnya dan skala besar bagi setiap orang tentu saja berbeda. Ada orang yang sudah merasa mimpinya besar hanya sampai mendapatkan nilai terbaik di sekolahnnya dan ada pula yang belum merasa mimpinya besar bila sekuruh Indonesia belum mengenalnya.

    Lalu, apakah seorang penulis bisa dikategorikan sebagai salah satu mimpi besar? Jawabannya bisa iya dan bisa pula tidak. Karena mimpi adalah milik si pemimpi, maka semua keputusan ada padanya. Apabila si pemimpi merasa belum cukup memiliki mimpi besar apabila hanya menjadi seorang penulis, maka pertanyaan itu jawabnnya tidak. Begitu, pun dengan pemikiran lain dari si pemimpi yang sudah merasa memiliki mimpi yang besar saat mencoba menjadi penulis.

    Semua tetap sama, tidak ada yang benar dan salah dalam hal ini. Semua kembali padamu, apakah kamu merasa cukup dengan mimpimu sebagai penulis atau butuh mimpi lain untuk menggandeng mimpimu?

    Tidak ada yang bisa mengendalikan mimpimu, percayalah hal-hal yang kamu mimpikan bisa kamu wujudkan. Sekecil apapun keinginanmu atau mungkin kemustahilan ada pada mimpimu, percayalah semuanya tetap besar dan mungkin. Kamu hanya perlu sudut pandangmu untuk menilai mimpimu, karena semua orang punya standar besar yang berbeda.

    Karena bentuk mimpi punya banyak jenisnya, ada yang hanya berorientasi pada dirinya atau lingkungan sekitarnya, ada juga yang melibatkan banyak orang seperti perubahan dalam Negeri. Maka, jika dilihat dari macam dan jenis mimpi besar yang umum ini dapat kita ambil kesimpulan bahwa mimpi besar sesuai dengan apa yang kita definisikan.

    Bagaimanpun, menulis bukan hanya tentang membangun mimpi-besar atau kecil. Namun, perihal cara menyalurkan tulisan dengan penuh rasa yang dapat membuatmu lega setelahnya. bukan tentang bagaimana caramu menjadi besar karena mimpi penulismu, tetapi tentang bagaimana caranya membuat karyamu besar karena mimpimu.

     Setiap hati punya rasa yang berbeda dan setiap kepala memiliki isi yang tidak serupa, maka bukan hal baru bila standar mimpi tidak sama. Mulailah dengan mimpi kecil, lalu merangkaklah dan bangun mimpi besarmu agar terwujud. Tidak apa-apa bila menulis belum bisa membuatmu puas, karena dengan ketidakpuasan itu kamu akan lebih bertumbuh.


TIPS JITU MEMENANGKAN LOMBA MENULIS



Oleh: Caia Andara

Saat ini, event lomba menulis baik gratis maupun berbayar masih terus digelar oleh berbagai pihak mulai dari lomba menulis puisi, cerpen, novel dan karya sastra lainnya dari berbagai genre, yang salah satu tujuan event tersebut agar minat baca tulis masyarakat terus tumbuh seiring dengan perkembangan zaman,. Akses lomba-lomba itu pun semakin mudah kita dapat mulai dari mesin pencarian google, website, sosial media instagram, facebook, maupun YouTube.

Bagi kamu pegiat literasi, tidak boleh melewatkan kesempatan ini, karena ada berbagai hadiah menarik yang ditawarkan, mulai dari pulsa, buku, medali, bahkan uang tunai. Sangat menggiurkan bukan? Selain hadiah-hadiah tersebut, setiap event lomba menulis juga memberikan reward atau skill yang bisa dirasakan langsung oleh pesertanya, seperti menjadi lebih kreatif dan memiliki daya saing di dunia kepenulisan yang lebih luas.

Terlepas dari keberuntungan, ada beberapa tips atau trik jitu untuk memenangkan event menulis yang tentunya bisa dicoba. Apa saja itu? Yuk simak!

1. Perhatikan Syarat dan Ketentuan

Pertama adalah perhatikan baik-baik syarat dan ketentuan dari penyelenggara, jangan sampai melewatkan satu syarat pun. Baik syarat umum seperti, memfollow akun sosial media penyelenggara atau membagikan info lomba di media sosial kita, maupun syarat dan ketentuan khusus naskah, entah itu jumlah minimal maksimal kata, penggunaan font tulisan, atau cara pengirimannya. Hal-hal seperti ini jangan sampai disepelekan yah! Karena sebaik apapun naskah kita, jika syarat dan ketentuannya tidak terpenuhi maka akan mempengaruhi peluang kita untuk menang, bahkan bisa saja didiskualifikasi.

2. Buat Ide Menarik dan Unik Sesuai Tema

Setelah mengikuti syarat dan ketentuan penyelenggara, yang perlu diperhatikan selanjutnya ialah tema yang diperlombakan, kemudian buatlah ide yang menarik dan unik yang tentunya tidak keluar dari tema. Ide menarik dan unik adalah ide yang memiliki ciri khas atau pembeda dari biasanya tetapi tidak harus benar-benar pertama kali ada, artinya meskipun secara garis besar ide ceritanya pasaran, namun jika kita bisa lebih kreatif menghadirkan sesuatu yang unik juga akan dilirik oleh tim juri.

3. Konsep Ide dengan Outline

Outline merupakan kerangka atau poin-poin penting dalam suatu cerita. Dengan adanya outline, penulis akan lebih mudah dan terkonsep untuk mengeksekusi cerita, sehingga fase writers block atau menghilangnya ide di tengah jalan dapat dihindari, dan dengan begitu penggunaan waktu untuk mengerjakan sebuah naskah bisa lebih efisien. Umumnya, outline digunakan untuk menulis novel, namun bukan berarti tidak dapat digunakan saat menulis cerpen atau karya sastra lainnya.

4. Sebaik Mungkin Hindari Kesalahan EYD

Kesalahan EYD biasa terjadi di kalangan penulis, baik senior apalagi pemula. Entah penggunaan tanda baca, typo, penggunaan kata depan, kata sambung, dan masih banyak lagi yang lainnya. Terlepas dari tidak ada manusia yang luput dari kesalahan, kita juga harus selalu belajar dan memperbaiki diri. Untuk itu, cara terbaik yang bisa kita lakukan untuk menghindari kesalahan EYD ialah dengan membaca dan mengecek berulang kali naskah kita sebelum dikirim ke penyelenggara. Jangan sampai kesalahan tanda baca menjadikan naskah kita gugur atau penilaiannya berkurang.

5. Kirim Naskah Sebelum Deadline

Mengirim naskah sebelum deadline bisa memberikan nilai lebih bagi kita. Bahkan beberapa penyelenggara biasanya memberikan reward bagi pengirim tercepat. Namun, bukan berarti naskah yang kita kirim amburadul dan tidak sesuai ketentuan. Hal itu justru menjadi bumerang untuk kita. Maka kuncinya ialah siapkan naskah terbaik dan tidak lewat dari deadline.

6. Optimis dan Berdoa

Tips terakhir yang tidak kalah penting ialah optimis dan berdoa. Optimis menjadikan kita percaya diri dengan usaha yang telah dilakukan dan diiringi doa yang tulus, karena biar bagaimanapun selalu ada campur tangan Sang Kuasa di dalamnya. Pikiran dan sugesti positif akan menjadi dorongan untuk terus melakukan yang terbaik.

 Nah, itu dia beberapa tips yang tidak ada salahnya dicoba untuk memenangkan lomba menulis. Namun, sekali lagi tips-tips tersebut akan percuma jika tidak diiringi usaha yang maksimal. Jangan pernah bosan dan mudah menyerah yah!


Memotivasi diri dengan Quotes

  


Menjalani hidup itu memerlukan sebuah motivasi. Supaya  hidup yang dijalani penuh dengan semangat dapat  membawa kebaikan bagi diri sendiri maupun  orang lain. 

Karena semangat itu sifatnya bisa naik turun maka harus selalu dijaga. Cara menjaganya kita bisa berdoa memohon pada Allah.

 Disamping itu bisa juga dengan membaca kata -kata mutiara. Membaca quotes bisa juga untuk membangkitkan dan mengobarkan  semangat juang dalam meniti hidup. 

Ada beberapa Quotes dari saya

Untuk mewujudkan cita -cita yang sudah ditetapkan,  diperlukan  tindakan yang istikamah dengan semangat yang berapi-api

-setyowatie-


"Bersandarlah kepada-Nya dalam menghadapi semua problem hidup,  niscaya engkau bisa kuat dan tegar seperti batu karang di lautan.  Meskipun diterjang ombak berkali-kali,  masih tetap tegak berdiri memandang kehidupan"

-Setyowatie--


"Manusia hanya


Harmonisasi Pernikahan



Oleh : Yanti Fariidah 

Menikah itu menyatukan dua pemikiran, dua sikap, dan dua keluarga. Dalam prosesnya, pernikahan itu menyatukan perbedaan. Butuh keseimbangan rasa dalam biduk rumah tangga. 

Awal menikah pasti merasakan hal yang berbeda. Kok gini sih? Kok gitu sih? Keluarga kita kok berbeda yaa? Terus muncul sedikit salah paham. Si istri ngambek. Si suami bingung dan cuek bebek. Duh kalau sudah begini pusing deh keduanya. 

Kita tuh sebenarnya harus tahu. Bahwa rumah tangga itu ada prosesnya. Tidak ujug-ujug langsung suka selamanya. Tanpa ada duka sedikitpun. Seperti dunia khayalan kalau begitu.

Proses berumahtangga itu dimulai dengan ta'aruf. Biasanya bertukar biodata antara calon mempelai. Dilanjutkan majlis khitbah dan jatuhnya khitbah dari pihak calon mempelai laki-laki. Kemudian ijab qabul, dan walimatul ursy. 

Nah jika sudah selesai akad nikah, berarti kedua mempelai telah sah dan halal bersandingan. MasyaAllah pada tahap ini bahagia itu menyatu. Senyum, sapa, dan sayang mulai muncul. 

Sehari, sebulan, setahun, dan bertahun-tahun biduk rumah tangga itu berjalan. Suami menjadi imam. Istri menjadi makmum. Asam garam kehidupan mulai terasa. Ada tawa bahagia, ada tangis kecewa, ada emosi tak teredam. Duh benar-benar mengaduk perasaan nih. 

Semua itu yang dinamakan proses dalam berumah tangga. Biar permasalahan tak berlarut. Dan ada solusi pada permasalahan tadi. Butuh ilmu berumah tangga dong pastinya. Yuuk coba ikutan majlis ilmu berumah tangga. Banyak banget lho majlis-majlis tadi. Ada yang offline, adapula yang online. Kita tinggal pilih mana yang kita suka. Ingat lho ya, saat milih majlis ilmu. Pilihlah yang membuat kita nyaman dan bisa berpikir sampai akhirat. Tentu pilih yang bisa membuat pernikahan kita harmonis. 

Sejatinya pernikahan harmonis itu bila suami dan istri sudah saling legowo. Menerima peran masing-masing. Komunikasi lancar antar suami istri. Nafkah lahir batin pun lancar. Luar biasa tuh keberkahannya. 


Nah yuuk raih harmonisasi pernikahan itu. Biasakan take and give dengan pasangan. Luangkan quality dan family time. Rajut kasih sayang berdasarkan ridho Illahi. Dan jangan lupa berharap bisa sehidup sesurga dengan pasangan. 

Magelang, 26 Juni 2021, 12.40