Kelas menulis melalui grup WhatsApp Sastra Indonesia Org kembali bergairah. Kelas pertama pada Senin (08/06/2020) lalu diampu oleh PJ Anjar Lembayung, S. Pd. selaku pemilik Rumah Boleh Tanya.
Apa, sih, Rumah Boleh Tanya itu?
Ya, setiap harinya di grup WhatsApp Sastra Indonesia membuka kelas dengan tema berbeda-beda. Nah, Rumah Boleh Tanya ini mengizinkan para peserta bertanya apa pun mengenai tata tulis naskah baik cerpen maupun novel. Kali ini pertanyaan menarik hadir dari Kak Luluk Kamilia.
Pertanyaannya adalah, bagaimana cara memperkuat karakter dalam novel?
Menjawab pertanyaan tersebut, Anjar memberikan beberapa solusi untuk mengatasinya. Sebelum menulis isi naskah, alangkah baiknya kita buat draft karakternya dahulu. Buat semacam tabel yang isinya; nama, ciri fisik, sifat, hobi, hal yang dibenci, pekerjaan, dan status. Mari, kita bahas satu per satu.
1. Nama
Berikan nama tokoh yang unik, menarik, tapi tidak susah untuk diingat pembaca. Anggaplah kita orang tua, mau kasih nama ke anak kita sendiri. Hukumnya wajib memberikan nama yang baik agar kelak menjadi sosok yang baik pula.
Contohnya tokoh dalam novel karya Tere Liye. Namanya sederhana, tapi mudah diingat. Soke Bahtera (dalam novel Hujan), Tegar Karang (dalam novel Sunset & Rossie). Unik, menarik, sederhana, dan mudah diingat.
Jangan lupa sesuaikan nama dengan setting. Misal memiliki latar dari keluarga Jawa, boleh dikasih nama seperti; Ratsih, Joko, Bagus, Wulan, Sri Ningsih, dan masih banyak lagi nama dari Jawa yang enak didengar. Misal tokoh berasal dari kota metropolitan, kita bisa memberikannya nama yang lebih populer dan keren seperti; Rama, Gita, Maya, Aya, Rei, Nara, dan lain sebagainya.
2. Ciri Fisik
Jangan membuat ciri fisik yang semua tokohnya dibilang ganteng dan cantik. Ganteng dan cantik itu relatif. Pembaca cenderung sulit membayangkan bagaimana gambaran dari masing-masing tokoh.
Jangan pula memberikan ciri fisik yang sama semua pada tokoh. Terkadang ada naskah yang semua tokoh cowok ciri-cirinya; ganteng, hidung mancung, kulit putih, tinggi semampai, orang kaya.
Semua tokohnya begitu. Padahal di dunia nyata mana ada, sih, orang yang begitu itu, kecuali kembar. Iya, kan?
Bubuhkan ciri fisik khas untuk tokoh kita. Misal punya lesung pipi hanya satu di sebelah kanan. Bisa juga sebutkan warna manik mata; cokelat, hitam pekat, abu-abu, atau biru. Warna dan gaya rambut pun bisa menjadi alternatif dalam memberikan gambaran tentang tokoh yang kita buat pada pembaca.
3. Sifat
Sifat yang kita terapkan ke tokoh sebaiknya konsisten. Misalkan si A itu pendiam, ya, jangan jadikan tokohnya cerewet di dalam naskah dan sering mendominasi pembicaraan. Penakut, ya, jangan tiba-tiba berani keluar tengah malam tanpa sebab dan alasan yang jelas. Sesuaikan cara tokoh menghadapi situasi dalam setiap adegan dengan watak mereka.
4. Hobi
Tunjukkan apa kesukaan si tokoh. Misal hobi masak, tunjukkan dia suka membuat masakan dengan resep baru untuk kekasihnya, misal. Jangan hanya sekadar tempelan belaka. Semua tidak cukup tergambar apabila dalam naskah kita hanya menyebutkan si A suka memasak. Pembaca itu perlu bukti yang kuat dan petunjuk bahwa si tokoh memang benar-benar hobi memasak.
5. Hal yang Dibenci
Tokoh si A benci setengah mati dengan ketinggian. Dia punya phobia. Ya ... jangan dibuat adegan bahagia, berpelukan sambil naik bianglala bersama kekasih tanpa sebab dan alasan yang jelas. Semua butuh proses. Pembaca diberi tahu bahwa si A tidak suka itu, lalu, untuk mengubah ketakutannya itu, pembaca butuh tahu juga apa sebab perubahan si tokoh. Tokoh yang berkembang sesuai prosesnya akan membuat pembaca terpikat dan percaya pada apa yang dibaca karena alurnya logis, tidak tiba-tiba berubah tanpa alasan yang jelas.
6. Pekerjaan
Kalau kita berani ambil tokoh seorang dokter, wajib hukumnya kita tahu gaya hidup dan pekerjaan seorang dokter seperti apa. Jangan hanya asal memberikan gambaran pakai jas putih saja saat bekerja. Dokter kecil di SD juga begitu rupanya kalau sekadar pakai jas putih, sih. Hehehe.
Untuk itu, riset berperan penting dalam memperkuat karakter dalam naskah. Lakukan penelitian mengenai kedokteran apabila kita ambil profesi dokter sebagai tokoh. Cermati gaya hidupnya dan aplikasikan dalam diri si tokoh.
7. Status
Sudah menikahkah, single-kah, dudakah, jandakah? Seorang wanita yang sudah menikah akan memiliki pola hidup yang berbeda dengan wanita yang belum menikah. Jadi, gunakan kolom status ini sebagai acuan pola hidup si tokoh dalam naskah.
Nah, sudah jelaskan bagaimana cara memperkuat karakter dalam novel? Selalu jadikan draft karakter ini sebagai acuan menulis, ya.
Semoga tulisan ini bermanfaat. :)
Terima kasih.
0 Response to "Memperkuat Karakter dalam Novel"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.