Selasa, 28 April 2020

Materi - Ngobrol Seputar Fiksi Mini oleh Ariqy Raihan - Sastra Indonesia Org







Fiksi mini adalah sebuah jenis cerita yang sangat menantang. Bisa dibilang susah-susah gampang.

Apa sih fiksi mini itu? Sebuah cerita mini yang memiliki jumlah katanya kurang dari 250 kata. Ada juga yang bilang minimal 250 kata. Sedangkan merujuk pada definisi dari kemendikbud (2017) jumlah yang diizinkan ialah 140 karakter.

Bisa jadi ini disebabkan fiksi mini sempat populer di Twitter dengan jumlah karakter yang sama. Agus Noor termasuk yang bikin ini jadi populer. Namun, jika kamu bertanya definisinya secara simple, fiksi mini adalah cerpen super pendek yang juga biasa disebut cerita mini. Aku sih biasa mendefinisikannya sebuah cerita pendek yang memiliki jumlah kata kurang dari 250 kata. Kalau fiksi mini, aku pernah menuliskannya dengan format maksimal 100 kata. Kebanyakan akhirnya aku bukukan.

Kalau macamnya ada beberapa, flash fiction dan fiksi mini/ cerita mini. Ini yang kutahu dan pernah kucoba.

Baik flash fiction dan fiksi mini/ cerita mini merupakan cerita pendek yang dibedakan dari jumlah katanya saja. Flash fiction biasanya 500-750 kata, kalau cerita mini itu sekitar 250-500 kata. Di bawah itu juga masih bisa dikategorikan fiksi mini.

By: Ariqy Raihan





Baca juga:












#Kamis_Cerpen - Tahun ini Berbeda oleh Coklat Vanille - Sastra Indonesia Org






Tahun ini Berbeda
Oleh: Coklat Vanille


Drrk! Aku tutup telepon kabel yang terhubung dengan rumah sakit tempatku bekerja. Panggilan kesekian kalinya dari calon pasien yang menanyakan tentang pembuatan surat keterangan sehat, cek kesehatan dan beberapa hal lainnya. Sebenarnya urusan ini sudah biasa aku hadapi. Tapi ini sudah kapiran rasanya, jangankan untuk menelan roti tawar yang dibeli dengan buru-buru saat ke kantin tadi, mau menyandarkan punggung saja tidak ada waktu. Lihatlah map yang menumpuk di depanku ini, menggunung. Data-data pasien baru membludak. Update data laporan pasien lama belum selesai, sudah datang pasien baru. Tulisan di kertas dan di layar komputer rasanya seperti menari-nari. Entah berapa kali aku terlihat memijit keningku sendiri.
Aku bukan bagian dari garda depan yang menanggung beban kerja yang lebih beresiko, tapi sedikitnya aku tetaplah bagian dari mereka, meski hanya membantu dengan merekap segala data keperluan rumah sakit tapi ini sungguhan membuatku bekerja lebih keras dari biasanya. Aku bisa merasakan bagaimana letihnya paramedis di sana dan bagaimana mereka mengalahkan rasa lelah serta kerinduan mendalam terhadap rumah dan orang-orang yang menungguinya.
Pandemi ini sudah memasuki gerbang Ramadhan, tapi masih saja melesat kencang tanpa ada tanda-tanda mengurangi kecepatan. Jika bisa aku juga ingin mudik dan Ramadhan bersama keluarga tercinta, tapi tentu saja tidak aku lakukan. "Nad, sudah kau selesaikan rekapan pasien tadi pagi?" Dokter Rudi sekaligus seniorku ini menepuk bahuku. Mengagetkan. "B-belum," jawabku sambil menggaruk kepala yang tidak gatal. "Oi, sebaiknya kau cepat selesaikan itu. Jangan melamun macam ikan kembung!" Tukasnya sambil berlalu. "Siap!" Balasku singkat. Aduh, baiklah, bukan waktunya memikirkan hal lain. Apalagi membayangkan berbuka dengan Mamak di kampung.

Yogyakarta, 23 April 2020

Biodata:

Coklat Vanille. Lahir di Jakarta, Agustus 1996. Memiliki nama asli, Rian Nofitri. Hobi menata diksi.




Baca juga:














#Rabu_Puisi - Di Balik Pintu oleh Yanti Damayanti - Sastra Indonesia Org







Di Balik Pintu
Oleh: Yanti Damayanti


Di balik pintu itu
Tersungkur dalam tangisan tertahan
Dada telanjang merasakan impitan
Logika bertarung melawan perasaan
Raga terpojok tak bisa menahan

Di balik pintu itu
Tangisan tersamar dalam senyum
Resah meredup dalam kilah
Menyediakan indra untuk membantu
Meyakinkan semua baik-baik saja

Di balik pintu itu
Tak berharap ada yang tahu
Derita hati yang mendera
Jeritan tak bersuara dalam kalbu
Lelah diri karena tak berdaya
Letih pikir sebab coba mengerti

Di balik pintu itu
Menyimpan semua untuk sendiri
Membaginya hanya pada Sang Maha
Dalam sunyi semua luruh
Menghadirkan senyum dalam ikhlas


Kuningan, 22 April 2020


Biodata:

Yanti Damayanti, seorang ibu rumah tangga yang sedang belajar menulis.




Baca juga:






#Rabu_Puisi - Shhh .... oleh Erna Saniman - Sastra Indonesia Org






Shhh ....
Oleh: Erna Saniman


Shhh...,
Biarlah malam menguburnya dalam gelap
Jangan sampai mimpi turut hadir
Jangan sampai angin tahu
Jangan sampai ranting-ranting saling menyentuh



Shhh ...,
Biarkan kulit, daging, dan tulang
Menyembunyikannya
Supaya degup jantung tidak terdengar
Supaya hati dan bibir tetap sama, berdusta
Supaya mata mampu menipu kebenarannya



Shhh ...,
Biarlah puisi menyamarkan
Pada bait demi bait
Pada ritme-ritme yang indah
Pada alur simpang siurnya

Shhh ....



Palembang, 22 April 2020

Biodata:

Erna Saniman nama pena dari pemilik akun Facebook Ayuek Virgo. Hanyalah penikmat tulisan yang bermimpi suatu saat nanti memiliki karya solo.




Baca juga:





Selasa, 21 April 2020

Materi - Cara Mempublikasikan Cerpen di Media Massa oleh Gusti Trisno - Sastra Indonesia Org







Bagaimana caranya mempublikasikan cerpen di media massa? Sebelum mempublikasikan cerpen, kita sering bertanya, apa sih yang didapatkan dari media massa?

Uang? Populer? Atau yang lain?

Saya mengawali menulis cerpen itu di tahun 2012, lalu baru berhasil tembus media massa 2015. Cerpen pertama yang dimuat pun bukan dari media yang berbayar. Alias saya tidak mendapat honor.

Saat itu, saya sudah bahagia sekali. Karena tulisan bisa dibaca semua orang dan berkat itu ada yang inbox sekadar say hello.

Lambat laun, saya tersadar jika tidak selamanya saya bisa berlaku seperti itu. Saya harus menantang diri agar bisa tembus media yang memberikan honor.

Perjalanan panjang itu membuat saya berani mengirimkan cerpen ke beberapa media. Hingga akhirnya, ya, tulisan termuat meskipun lebih banyak yang ditolak.

Beberapa media di antaranya: Republika, Pikiran Rakyat, Apajake, dan lain-lain. Walaupun begitu, ada beberapa trik yang biasa saya lakukan sebelum mengirimkan naskah ke media massa.

1. Membaca cerpen media tujuan.

Lah, kalau misalnya saya tinggal di kota A, tetapi ingin dimuat di media yang di kota B gimana? Gampang, kok. Kalian tidak perlu takut. Saat ini, ada Lakon Hidup yang memuat ulang cerpen di webnya. Kalian tinggal cek saja lakonhidup.com

2. Mengirimkan cerpen ke media tujuan.

Mengirimkannya tentu ada yang via email, ada yang via pos. Kalian harus memastikan hal tersebut. Kalau via email ya, biasanya saya menulis pengantar. Sebagai tambahan ya, biasanya saya menulis subjek di email dengan ketentuan berikut:

Cerpen_Judul Cerpen_Nama Penulis

Nah, ada anggapan mengirimkan cerpen itu sebaiknya di hari Senin - Kamis. Sebab, biasanya katanya sih, kalau Jumat itu pasti sudah ada putusan cerpen siapa yang akan dimuat. Anggapan ini tidak bisa dikatakan salah ataupun benar. Namun, dari pengalaman, saya pernah mengirimkan cerpen cuma 3 hari langsung dimuat. Kirim Rabu, Sabtunya dimuat.

3. Pantau naskah dan tetap mengirimkan cerpen.

Pantau naskahnya gimana? Biasanya ya, saya memantaunya di grup Sastra Minggu atau Sastra Koran Majalah. Di grup itu update banget cerpen siapa dan dimuat di mana. Selain itu, ada juga teman yang berbaik hati memberikan kabar baik.

By: Gusti Trisno






Baca juga:











Minggu, 19 April 2020

#Sabtu_Tema - Semesta Merestui oleh Kesatria Pena - Sastra Indonesia Org







Semesta Merestui
Oleh: Kesatria Pena



Kala sang surya memancar indahnya
Riuh burung pun ikut memberi warna
Dedaunan menari menikmati harinya
Mengisi waktu walau hari penuh tanda tanya


Diri ini terbang bak angin yang mengisi imaji
Menuju kayangan menjemput bidadari
Bidadari dalam bayang yang akan segera kumiliki


Semesta kini t'lah merestui
Alam pun terus mengamini
Kala hati bertambat ke bidadari
Serta intuisi yang selalu ingin mencintai


Jakarta, 18 April 2020

Biodata:

Kesatria Pena adalah nama pena dari sang penulis Aliffudin Iman. Lahir 27 April 1997, berdomisili di Jakarta.




Baca juga: