Hayati dan Aziz akhirnya berpisah, Aziz mati bunuh diri dan
Hayati menjanda. Zainuddin yang dermawan tak ingin melihat Hayati menderita. Meskipun
telah menjadi janda, Zainuddin tak menikahinya.
Hayati diminta untuk pulang ke Padang menaiki kapal Belanda
termewah yaitu Kapal Van der Wijck yang berlabuh ke laut Andalas. Hingga
saatnya tiba dia pulang dan tak kembali lagi seiring dengan kecelakaan yang
menenggelamkan Kapal Van der Wijck tersebut. Nyawa Hayati tak dapat
diselamatkan. Zainuddin merasa menyesal atas keputusannya menyuruhnya kembali
ke Padang.
Setelah meninggal dalam peristiwa itu, Zainuddin setiap hari
mendatangi kubur sang pujaan hati. Ia hidup dalam bayang cinta yang tetap ada
di hati. Ia semakin rapuh dan sakit-sakitan, dirinya yang terkenal dengan
karya-karya hikayatnya kini telah tenggelam bersama bayang dan angan bersama
Hayati. Hingga setahun kemudian, Zainuddin menyusul Hayati ke alam abadi.
Zainuddin meninggalkan harta benda melimpah dan karya-karya sastranya yang
indah.
Saat maut menjemput, Zainuddin menyelesaikan kisah hikayat
cintanya bersama Hayati dalam tulisan terkahirnya yang berjudul Tenggelamnya Kapal Van der Wijck. Ia pun
dikubur bersama angan dan cintanya yang abadi di samping kubur Hayati—sang
kekasih abadinya.
By: Putri
Muhaiminah Asy.syifa
Baca juga:
0 Response to "Materi - Bedah Buku Tenggelamnya Kapal Van der Wijck oleh Putri Muhaiminah Asy.syifa cucu Buya Hamka - Sastra Indonesia Org"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.