Selasa, 25 Februari 2020

Materi - Cara Menulis dan Mengirim Karya ke Media oleh Anggi Putri - Sastra Indonesia Org







Konsisten

Setelah seluruh tahapan telah kamu lewati dan benar-benar diperhatikan. Ternyata tulisanmu belum juga dimuat, maka satu langkah lagi yang perlu kamu lakukan yakni KONSISTEN. Jangan menyerah dan putus asa. Terkadang untuk mencapai hal yang kita inginkan hanya butuh sedikit waktu untuk bersabar.


Seperti yang telah saya katakan, bahwa redaktur juga manusia. Semakin konsisten dan fokus mengirim tulisan ke media tersebut, maka secara tidak langsung namamu pernah masuk ke meja redaksi. Percayalah, di sini kamu hanya butuh konsisten. Artinya, kamu hanya butuh terus mengirim tulisanmu sampai dimuat.



Redaktur juga manusia. Biasanya pada titik tertentu, tulisanmu akan menjadi bahan pertimbangan untuk masuk daftar tulisan yang akan dimuat. Tidak menutup kemungkinan jika kamu semakin membaik dalam menulis dan semakin bagus mengolah diksi, maka tulisanmu besok yang akan muncul.



Yakinlah, bahwa ada masa semua perjuangan yang selama ini kamu lakukan akan berakhir dengan kemenangan dan kebahagiaan. Namun, jangan niatkan mengirim ke media untuk mendapat honor. Yups, niatkan untuk berbagi dan menyebar kebaikan. Honor akan mengikuti sesuai kualitas karyamu. Nah, sudah siap menulis di media sekarang?



Baik, saya rasa itu saja yang bisa saya sampaikan. Cukup panjang, dibaca pelan-pelan, ya. Boleh sambil selonjoran atau sambil ngemil sesuatu biar rileks, hehe.



By: Anggi Putri




Baca juga:

Minggu, 23 Februari 2020

#Sabtu_Tema - Pelangi itu - Karya Aliffudin Iman - Sastra Indonesia Org






Pelangi itu
Karya: Aliffudin Iman


Badai derita kini t'lah berlalu
Membawa segala risau di hatiku
Menerbitkan sang mentari di dalam jiwaku
Membuat tersenyum manis bak bidadariku


Pelangi itu terlihat jelas di matamu
Memancarkan kebahagiaan yang tak menipu
Membawa sebuah rindu yang t'lah lama menggebu
Membuat sang pipi seketika tersipu malu


Akankah aku melihat itu selamanya?
Melihat pelangi kebahagiaan di matanya


Aku takut ....
Takut kau sama seperti pelangi lain di sana
Datang untuk menghapus luka lama
Lalu, sekejap pergi entah ke mana
Tak pernah kembali di tempat yang sama


Depok, 22 Februari 2020


Biodata:

Namaku adalah Aliffudin Iman. Lahir di Cepu, 27 April 1997. Bekerja sebagai tukang bersih-bersih kantor, dan bercita-cita menjadi seorang penulis andal seperti Raditya Dika.




Baca juga:



















Kamis, 20 Februari 2020

#Rabu_Puisi - Gejolak Ilusi oleh Lea_alean - Sastra Indonesia Org






Gejolak Ilusi
Oleh: Lea_alean


Bayu berembus
Menuntunku mencapai nirwana
Pada hangatnya biasan candra
Kala membayar sukma 'tuk ditebus


Ulah semesta, menciptakan kehangatan
Membuat dingin perlahan melebur


Kala jiwa berteman dengan kesendirian ...
Semuanya membubuhkan baying
Meronta pada waktu sepertiga malam
Disebabkan pandirnya ulah api


Manado, 19 Februari 2020


Biodata:

Hai, nama penaku Lea_alean. Aku adalah seorang gadis penikmat pantai. Lahir pada musim kemarau di akhir tahun pada 20 tahun silam. Sekarang aku mengenyam pendidikan Strata 1 di salah satu kampus yang ada di kotaku.





Baca juga:


















#Rabu_Puisi - Abu, Bukan Arang oleh Tn.Typo - Sastra Indonesia Org







Abu, Bukan Arang
Oleh: Tn.Typo

Api cintamu kian membara
Menyulut jiwa yang hampir padam
Menyalakan kembali harapku yang memudar
Menghangatkan rasa yang mulai dingin

Api rindumu membakar sukma
Memaksa diri untuk bertemu
Menyeret langkah untuk bergegas
Saling membakar dalam dekapan abadi

Api egomu lebih membara
Memaksa diriku untuk mengalah
Menerima dengan pasrah
Kibaran api yang terus membakar

Akhirnya aku gagal
Aku tak sanggup untuk bertahan
Aku kayu kering yang menjadi abu
Bukan menjadi arang

Batam, 19 Februari 2020

Biodata:

Sonang lahir di Medan, 19 November 1998. Suka membaca, menulis, dan makan. Tidak jago membuat puisi, tetapi suka menulis puisi.





Baca juga: