Gerimis
Menyapa Part 1
Oleh:
Kheira SZL
Berlari agar terhindar dari sentuhan hujan yang
mengguyur. Di bawah atap pertokoan yang berada tepat di sudut jalan, Kina
berteduh. Berawal dari gerimis hingga berujung menjadi hujan yang begitu lebat.
Kina belum juga beranjak dari tempatnya. Tidak hanya Kina, ada juga beberapa
orang yang turut berteduh dari derasnya hujan.
"Aduh," kaget Kina. Seorang lelaki menarik
paksa Kina yang hampir terkena cipratan mobil, "Apaan sih!" kesal
Kina.
Melihat wajah Kina yang begitu kesal, lelaki itu
langsung melepas genggamannya dan berlalu pergi, "Sorry."
Wajah kesal Kina pun berubah setelah pandangannya
melihat jaket lelaki itu kotor karena becek. Merasa bersalah, Kina lalu
mengejarnya. Namun, terlambat. Lelaki itu sudah pergi menaiki bus yang setia
menunggu para penumpangnya.
***
"Kucel banget wajahmu Kin?! Lupa disetrika
ya?"
"Apaan sih Lan. Berisik!" ketus Kina.
Kina duduk di samping Lani yang sedang menyeruput
minumannya. Meletakkan tasnya di atas tas milik Lani. Dan menutup wajahnya
dengan lipatan tangan di atas meja.
"Kamu kenapa Kin? Ada masalah?" tanya
Lani.
"Enggak ada sih!" cemberut Kina.
"Cuma ...," Kina mengerucutkan bibirnya sambil melirik ke arah Lani,
"Aku lupa minta maaf sama orang yang sudah menolongku tadi pagi."
"Lah! Apa yang terjadi?" heran Lani.
Lalu Kina mulai menceritakan kejadian yang
dialaminya tadi pagi. Lani mendengar dengan bijak tanpa memotong sepatah kata
yang keluar dari mulut Kina.
"Makanya ... jangan suka merepet sebelum tahu
sebabnya. Kebiasaan itu," ucap Lani.
Kina tidak membantah. Gadis itu menundukkan
kepalanya lagi. Dan berpikir untuk meminta maaf bila bertemu dengan lelaki yang
sudah menolongnya tadi pagi.
***
"Ada rencana pergi?" tanya Simo.
"Enggak. Kenapa?" Kina balik bertanya
dengan mulut yang mengunyah permen karet.
"Enggak apa. Hanya bertanya," balas Simo.
"Kin ...." Terdengar teriakan Lani dari
arah kantin. Menghampiri Kina yang duduk di taman bersama Simo. "Tumben!
Ada apa Bro?" tanya Lani pada Simo.
"Pengganggu datang. Mulai berisiklah ini,"
kesal Simo. Karena kehadiran Lani, Simo pun beranjak dari tempatnya,
"Kalau begitu aku duluan ya Kin."
"Baru juga duduk. Dia malah kabur,"
celetuk Lani.
"Sudah biarkan saja."
Tak ingin membuang waktu, kedua gadis itu lalu pergi
ke sebuah kafe yang tidak jauh dari kampus. Dengan berjalan kaki, mereka sudah
sampai ke tempat yang dituju. Sebuah kafe favorit tempat keduanya menghabiskan
waktu.
Keramaian memenuhi kafe bernuansa potret lawas itu.
Hiruk pikuk suara pun terdengar memenuhi ruangan yang berukuran sedang.
Keduanya mulai memesan menu masing-masing.
"Ada perlu apa si Simsim tadi?" tanya Lani
yang menggelari Simo dengan sebutan Simsim.
"Entah ... enggak tahu apa perlunya." Kina
mengangkat bahu sambil mengutak-atik ponselnya, "Mungkin hanya sekedar
menegur saja."
"Aku pikir ada udang di balik soto," ucap
Lani.
"Jangan kelihatan sekali lapernya. Malu
tahu," kekeh Kina.
Tak berapa lama, pesanan mereka datang. Keduanya langsung
menikmati hidangan itu.
Menikmati hidangan dengan tambahan senda gurau
bersama. Memberikan kebahagiaan keduanya.
Kring ....
Dalam selingan, tiba-tiba ponsel Lani berdering.
Kina menatap lekat wajah Lani yang berubah seketika. Sadar akan sikap itu, Kina
langsung menyuruhnya tenang.
Ponsel Lani berdering lantaran Leo, adiknya
memberitahukan kalau ayah mereka masuk rumah sakit. Lani yang sebelumnya tampak
bahagia dan menikmati hidangannya, berubah murung lantaran kabar dari Leo.
Kemudian, Lani meminta maaf pada Kina dan
meninggalkannya seorang diri di kafe. Dengan senyuman Kina membalas Lani. Gadis
itu tidak ingin membuat Lani merasa bersalah karena telah meninggalkan dirinya.
Lani pun pergi meninggalkan Kina seorang diri. Gadis
itu tidak merasa kesepian. Dengan nikmatnya, Kina melanjutkan makannya.
***
Gerimis pagi mengundang raga untuk terus berbaring.
Kina masih santai dengan piyama doraemonnya. Dan berharap tidak beranjak kemana
pun karena dukungan dingin yang menghampiri.
Pandangan menerawang karena baru saja terbangun dari
tidur panjangnya. Tubuh menggeliat mencari gawai yang terletak di nakas dekat
tempat tidur. Lantaran dering ponsel yang berbunyi telah membangunkan tidur
lelapnya.
Panggilan masuk dari Lani, "Halo Kin. Maaf aku
tidak bisa ke kampus. Kamu sendirian di kampus tidak masalahkan?" ucap
Lani dari balik ponselnya.
Hanya berdeham yang dilontarkan Kina pada Lani,
"Memangnya anak kecil. Iya ... tidak masalah. Aku masih mengantuk
nih!" ucap Kina yang masih menutup matanya.
"Jangan tidur saja. Sudah jam 9 nih! Nanti
terlambat. Jam 10, Pak Putra masuk kelas pengganti," sentak Lani.
Kina yang masih menutup netranya, tersentak
mendengar nama 'Pak Putra' dosen yang dikenal tegas dan disiplin waktu.
Kina pun bergegas bangkit dari tempat tidur dan
langsung menuju kamar mandi. Membersihkan diri dan menyusun perlengkapan tempur
kuliah agar tidak ada yang terlupa. Tanpa sarapan Kina pun berangkat.
Gerimis pagi sudah mulai redah. Kina berjalan ke
arah halte, tempat yang tidak jauh dari rumahnya. Ketika asyik berjalan
bertemankan mentari pagi, tiba-tiba gerimis turun kembali. Menyuruh Kina
berlari cepat menuju halte. Mengingat kalau dirinya telah melupakan senjata
ampuh bila hujan turun - payung biru bermotif - yang tertinggal di dalam laci.
Syukurnya tidak semua tubuhnya basah. Hanya sebagian
saja. Tak berapa lama, Kina tiba di halte dengan selamat. Tetapi, tasnya
sedikit basah lantaran menggunakannya sebagai penutup kepala. Mengingat cuaca
ini, pikirannya teringat dengan lelaki yang telah menolongnya kala itu.
Tersirat dengan tindakannya, membuat Kina ingin cepat meminta maaf. Namun,
tidak terjawab dengan situasi. Karena Kina belum bertemu dengannya sama sekali.
Medan, 10 Januari 2020
Biodata:
Seorang pemula yang ingin berbagi tulisan walau
sadar masih harus belajar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.