Senin, 27 Januari 2020

#Jumat_Cerbung - Gerimis Menyapa Part 1 oleh Kheira SZL - Sastra Indonesia Org







Gerimis Menyapa Part 1
Oleh: Kheira SZL


Berlari agar terhindar dari sentuhan hujan yang mengguyur. Di bawah atap pertokoan yang berada tepat di sudut jalan, Kina berteduh. Berawal dari gerimis hingga berujung menjadi hujan yang begitu lebat. Kina belum juga beranjak dari tempatnya. Tidak hanya Kina, ada juga beberapa orang yang turut berteduh dari derasnya hujan.
"Aduh," kaget Kina. Seorang lelaki menarik paksa Kina yang hampir terkena cipratan mobil, "Apaan sih!" kesal Kina.
Melihat wajah Kina yang begitu kesal, lelaki itu langsung melepas genggamannya dan berlalu pergi, "Sorry."
Wajah kesal Kina pun berubah setelah pandangannya melihat jaket lelaki itu kotor karena becek. Merasa bersalah, Kina lalu mengejarnya. Namun, terlambat. Lelaki itu sudah pergi menaiki bus yang setia menunggu para penumpangnya.

***

"Kucel banget wajahmu Kin?! Lupa disetrika ya?"
"Apaan sih Lan. Berisik!" ketus Kina.
Kina duduk di samping Lani yang sedang menyeruput minumannya. Meletakkan tasnya di atas tas milik Lani. Dan menutup wajahnya dengan lipatan tangan di atas meja.
"Kamu kenapa Kin? Ada masalah?" tanya Lani.
"Enggak ada sih!" cemberut Kina. "Cuma ...," Kina mengerucutkan bibirnya sambil melirik ke arah Lani, "Aku lupa minta maaf sama orang yang sudah menolongku tadi pagi."
"Lah! Apa yang terjadi?" heran Lani.
Lalu Kina mulai menceritakan kejadian yang dialaminya tadi pagi. Lani mendengar dengan bijak tanpa memotong sepatah kata yang keluar dari mulut Kina.
"Makanya ... jangan suka merepet sebelum tahu sebabnya. Kebiasaan itu," ucap Lani.
Kina tidak membantah. Gadis itu menundukkan kepalanya lagi. Dan berpikir untuk meminta maaf bila bertemu dengan lelaki yang sudah menolongnya tadi pagi.

***

"Ada rencana pergi?" tanya Simo.
"Enggak. Kenapa?" Kina balik bertanya dengan mulut yang mengunyah permen karet.
"Enggak apa. Hanya bertanya," balas Simo.
"Kin ...." Terdengar teriakan Lani dari arah kantin. Menghampiri Kina yang duduk di taman bersama Simo. "Tumben! Ada apa Bro?" tanya Lani pada Simo.


"Pengganggu datang. Mulai berisiklah ini," kesal Simo. Karena kehadiran Lani, Simo pun beranjak dari tempatnya, "Kalau begitu aku duluan ya Kin."
"Baru juga duduk. Dia malah kabur," celetuk Lani.
"Sudah biarkan saja."
Tak ingin membuang waktu, kedua gadis itu lalu pergi ke sebuah kafe yang tidak jauh dari kampus. Dengan berjalan kaki, mereka sudah sampai ke tempat yang dituju. Sebuah kafe favorit tempat keduanya menghabiskan waktu.
Keramaian memenuhi kafe bernuansa potret lawas itu. Hiruk pikuk suara pun terdengar memenuhi ruangan yang berukuran sedang. Keduanya mulai memesan menu masing-masing.
"Ada perlu apa si Simsim tadi?" tanya Lani yang menggelari Simo dengan sebutan Simsim.
"Entah ... enggak tahu apa perlunya." Kina mengangkat bahu sambil mengutak-atik ponselnya, "Mungkin hanya sekedar menegur saja."
"Aku pikir ada udang di balik soto," ucap Lani.
"Jangan kelihatan sekali lapernya. Malu tahu," kekeh Kina.
Tak berapa lama, pesanan mereka datang. Keduanya langsung menikmati hidangan itu.
Menikmati hidangan dengan tambahan senda gurau bersama. Memberikan kebahagiaan keduanya.
Kring ....
Dalam selingan, tiba-tiba ponsel Lani berdering. Kina menatap lekat wajah Lani yang berubah seketika. Sadar akan sikap itu, Kina langsung menyuruhnya tenang.
Ponsel Lani berdering lantaran Leo, adiknya memberitahukan kalau ayah mereka masuk rumah sakit. Lani yang sebelumnya tampak bahagia dan menikmati hidangannya, berubah murung lantaran kabar dari Leo.
Kemudian, Lani meminta maaf pada Kina dan meninggalkannya seorang diri di kafe. Dengan senyuman Kina membalas Lani. Gadis itu tidak ingin membuat Lani merasa bersalah karena telah meninggalkan dirinya.
Lani pun pergi meninggalkan Kina seorang diri. Gadis itu tidak merasa kesepian. Dengan nikmatnya, Kina melanjutkan makannya.

***

Gerimis pagi mengundang raga untuk terus berbaring. Kina masih santai dengan piyama doraemonnya. Dan berharap tidak beranjak kemana pun karena dukungan dingin yang menghampiri.
Pandangan menerawang karena baru saja terbangun dari tidur panjangnya. Tubuh menggeliat mencari gawai yang terletak di nakas dekat tempat tidur. Lantaran dering ponsel yang berbunyi telah membangunkan tidur lelapnya.
Panggilan masuk dari Lani, "Halo Kin. Maaf aku tidak bisa ke kampus. Kamu sendirian di kampus tidak masalahkan?" ucap Lani dari balik ponselnya.
Hanya berdeham yang dilontarkan Kina pada Lani, "Memangnya anak kecil. Iya ... tidak masalah. Aku masih mengantuk nih!" ucap Kina yang masih menutup matanya.
"Jangan tidur saja. Sudah jam 9 nih! Nanti terlambat. Jam 10, Pak Putra masuk kelas pengganti," sentak Lani.
Kina yang masih menutup netranya, tersentak mendengar nama 'Pak Putra' dosen yang dikenal tegas dan disiplin waktu.
Kina pun bergegas bangkit dari tempat tidur dan langsung menuju kamar mandi. Membersihkan diri dan menyusun perlengkapan tempur kuliah agar tidak ada yang terlupa. Tanpa sarapan Kina pun berangkat.
Gerimis pagi sudah mulai redah. Kina berjalan ke arah halte, tempat yang tidak jauh dari rumahnya. Ketika asyik berjalan bertemankan mentari pagi, tiba-tiba gerimis turun kembali. Menyuruh Kina berlari cepat menuju halte. Mengingat kalau dirinya telah melupakan senjata ampuh bila hujan turun - payung biru bermotif - yang tertinggal di dalam laci.
Syukurnya tidak semua tubuhnya basah. Hanya sebagian saja. Tak berapa lama, Kina tiba di halte dengan selamat. Tetapi, tasnya sedikit basah lantaran menggunakannya sebagai penutup kepala. Mengingat cuaca ini, pikirannya teringat dengan lelaki yang telah menolongnya kala itu. Tersirat dengan tindakannya, membuat Kina ingin cepat meminta maaf. Namun, tidak terjawab dengan situasi. Karena Kina belum bertemu dengannya sama sekali.

Medan, 10 Januari 2020

Biodata:

Seorang pemula yang ingin berbagi tulisan walau sadar masih harus belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.