POV Aku Harus Bertutur
Sesuai Umur dan Ilmu
Narasi akan menjadi milik si tokoh
ketika kita menggunakan POV orang ke-1, karena itu isi narasi juga terbatasi
oleh umur dan pengetahuan si aku bukan penulis, sehingga penulis juga harus
bisa menaikkan maupun menurunkan keilmuannya, sesuai tokoh yang sedang
dibangunnya.
Perhatikan contoh berikut:
Aku tidak mengira bahwa usianya
sesingkat ini. Bagaimana orang tega melakukannya. Padahal teman sekelasku itu
hanyalah gadis kecil berusia 7 tahun. Sungguh kejam, anak seusia itu sudah
diperjual belikan oleh orang tuanya, dipaksa untuk ikut sebuah keluarga yang
tidak dikenalnya. Namun sialnya, bukannya dijadikan sebagai anak angkat, anak
tersebut justru dijadikan budak tanpa imbalan. Jangankan imbalan makanan yang
layakpun tidak didapatkannya. Hingga akhirnya nyawa temanku tersebut harus
melayang.
Apa kamu merasa ada yang salah atau
mengganjal dari narasi ini?
Tentu saja aneh, karena anak yang
sedang diceritakan dalam kisah tersebut adalah teman sekelas si aku, pastinya si aku juga masih memiliki umur yang sama yaitu 7 tahun. Lantas dari
mana anak yang masih seusia itu mengetahui jelas kisah temannya dan berfikir
sejauh itu layaknya anggota komite perlindungan anak.
Kalau menggunakan POV orang ke-1,
maka narasi di atas tidak masuk akal, tidak sesuai umur dan keilmuan si aku .
Intinya adalah, berilah perhatiam
khusus pada latar aku jika narasi
menggunakan POV orang ke-1, baik latar ilmu, umur, dsb. Karena sekali lagi
narasi POV ke-1 adalah milik tokoh bukan milik penulis.
Baik, cukup sampai di sini ya materi hari ini. Semoga
bermanfaat. J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.