Penggunaan Dialog
Sesuai Karakter
Salah satu kelemahan penulis pemula
adalah rasa takut untuk mengabaikan EYD.
Ketika sedang menulis dialog maka
lupakan EYD. Jika ingin membuat dialog yang alami, maka kita sebagai penulis
harus membuat dialog yang membumi, tidak harus setia penuh pada EYD.Dialog
adalah milik masing-masing karakter.
Gaya bahasa karakter menjadi ciri
khas dari karakter tersebut. Kalau tokoh yang sedang berdialog adalah penjahat,
maka gaya bahasa yang digunakan adalah gaya bahasa penjahat, tidak perlu
memperhatikan EYD.
Penulis harus menyesuaikan diri
sesuai dengan karakter yang sedang dikerjakannya, jika karakter yang berbicara
adalah orang yang tidak berpendidikan maka dioalog yang digunakan harus sesuai
kadar pendidikannya yang jelas tidak mengerti EYD.
Contohnya saja ketika sesame preman berdialog sesuai dengan EYD
“Aku bunuh kamu !”
“Apakah kamu kira aku takut?!”
Dialog natural
“Gue bunuh loe!”
“Loe kira gue takut?!”
Kebiasaan ini bermula salah satunya
karena di sekolah anak-anak diwajibkan untuk selalu mematuhi EYD. Maka
kebiasaan ini terbawa sehingga banyak penulis pemula yang menulis dialog tidak
sesuai dengan umumnya yang terjadi di dunia nyata.
Sebagian besar orang Indonesia dalam
kondisi informal berdialog dengan menggunakan bahasa Indonesia yang dipengaruhi
bahasa kekinian maupun bahasa daerah masing-masing. Bahasa tulisan berbeda
dengan bahasa lisan sehari-hari.
Baik, cukup sampai di sini ya materi hari ini.
Semoga bermanfaat. J
0 Response to "Penggunaan Dialog Sesuai Karakter - Sastra Indonesia Org"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.