Kelebihan dan
Kekurangan POV Aku-an dan Dia-an
Ada dua sudut pandang (Point of View)
yang paling sering digunakan ketika menulis cerpen maupun novel.
POV yang paling sering digunakan
adalah yang pertama POV orang ke-1 atau aku-an dan POV orang ke-3 atau dia-an
(bisa juga berupa nama).
Misalnya:
Menggunakan sudut pandang atau POV orang ke-1 atau aku-an
Aku berlari sambil berteriak
memanggil penjual batagor barusan.
Menggunakan sudut pandang atau POV orang ke-3 atau dia-an
Tina berlari sambil berteriak memanggil
penjual batagor barusan.
Perempuan itu berlari sambil
berteriak memanggil penjual batagor barusan.
Secara umum, keduanya dapat dipakai
dalam tulisan apa saja, tergantung keinginan dan pilihan penulis.
Akan tetapi, ternyata terdapat
perbedaan dalam cara pemakaiannya yang
banyak penulis pemula tidak mengetahuinya.
Ada yang tahu apa bedanya?
Baca Juga: Memahami Tata Bahasa dalam Penulisan Dialog
Perbedaan POV orang
pertama dan ketiga
1. Pemakaian aku-an
imajinasi pengarang terbatas ole keterbatasan aku, misalnya:
Kalimat 1:
Aku berlari sambil berteriak memanggil
penjual batagor barusan. Ketika penjualnya lewat depan rumahku aku tidak
mengetahuinya. Sebenarnya sang penjual sudah membunyikan klaksonnya, hanya saja
aku tidak tahu.
Kalimat 2:
Tina berlari sambil berteriak
memanggil penjual batagor barusan. Ketika sang
penjual lewat depan rumahnya, dia
tidak mengetahuinya. Sebenarnya sang penjual sudah membunyikan klaksonnya,
hanya saja Tina tidak tahu.
Terdapat pelanggaran sudut pandang
pada kalimat 1 di bagian
“Sebenarnya sang penjual sudah membunyikan
klaksonnya, hanya saja aku tidak tahu.”
Kalimat diatas tidak dapat dipakai
karena si aku tidak memiliki kapasitas untuk mengetahui kalau sang penjual
sudah membunyikan klaksonnya, jadi tidak bisa digunakan sebagai narasi.
Sedangkan pada kalimat 2 memang
narasi “Sebenarnya sang penjual sudah membunyikan klaksonnya, hanya saja Tina
tidak tahu.” Karena kalimat itu adalah narasi penulis.
Tina mungkin tidak mengetahui jika
penjual batagor sudah membunyikan klaksonnya, tapi si penulis yang membuat
narasi tahu jika sang penjual sudah membunyikan klaksonnya yang tidak diketahui
ina. Penulis tahu semuanya, tidak ada batasnya. Narasi tersebut milik penulis
bukan milik Tina.
Baca Juga: Hindari Penggunaan Dialog Ping Pong
2. Pemakaian Dia-an dapat menggambarkan semua tentang tokoh dalam kisah.
Kalimat 1:
Aku memandang sahabatku dengan penuh
rasa kasihan. Sahabatnya sedang
menghadapi masalah keluarga yang tak kunjung usai. Hatinya terasa tercabik-cabik melihat kedua orang
tuannya selalu bertengkar.
Kalimat 2:
Laras memandang sahabatnya dengan
penuh rasa kasihan. Sahabatnya sedang menghadapi masalah keluarga yang tak
kunjung usai. Hatinya terasa
tercabik-cabik melihat kedua orang tuannya selalu bertengkar.
Kalimat pertama melanggar peraturan
POV orang pertama
“Hatinya pun terasa tercabik-cabik
melihat kedua orang tuannya selalu bertengkar.” Ini jelas melanggar. Darimana
si aku tahu jalan pikiran dan perasaan dalam hati seseorang maupun orang lain?
Ketika memakai POV orang ke-3 atau
dia-an, penulis bisa membuat narasi yang dapat mengungkapkan jalan pikirian
maupun perasaan dalam hati seseorang, seperti pada kalimat 2. Yang mengetahui jika hati sahabat laras
tercabik-cabik adalah penulis bukan laras.
Banyak penulis yang masih
mempopulerkan POV aku-an, karena sudut pandang tersebut bisa membuat pembaca
seperti ikut berperan dalam cerita, menjadi bagian dari cerita bukan hanya
penonton cerita adalah salah satu alasannya.
Intinya semua memiliki kelebihan dan
kekurangan, pastinya semua bisa dipakai. Hanya saja perlu memahami cara
penggunaannya yang benar.
Baik, cukup
sampai di sini ya materi hari ini. Semoga bermanfaat. ☺
Untuk tahu lebih banyak penjelasannya silakan
baca buku 101 Dosa Penulis Pemula karya Isa Alamsyah. Karena, aku juga
menjelaskan berdasarkan apa yang sudah aku baca di buku tersebut dengan
bahasaku sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.