Toksin
Rindu
Karya:
Yanti Damayanti
Kupandangi jam dinding yang tak
pernah lelah bergerak itu. Gerakannya terasa sangat lambat. Mungkin baterainya
sudah mulai lemah pikirku. Helaan napas panjang, mengingatkanku bukan jamnya
yang salah, tapi aku.
Andaikan aku tidak sedang
menunggu, pastilah hanya sesekali jam itu aku lirik. Kualihkan pandanganku pada
para pekerja di luar. Mungkin buat mereka, waktu terasa begitu cepat. Ada
banyak kayu yang harus mereka sulap untuk menjadi kursi atau meja. Mereka berpacu
dengan waktu.
Sekali lagi, kutarik napas
panjang. Kuraih telepon genggamku, masih belum ada tanda-tanda dia bisa
kuhubungi, mungkin masih sibuk. Pesanku pun belum dibacanya.
Ketukan pintu, membawaku ke
dunia nyata. Seorang office boy datang. "Pak, piringnya bisa saya
ambil?" tanyanya penuh sopan. Kulirik piring berisi makan siangku tadi,
masih utuh. "Maaf Pak Udin, belum sempat saya makan, tapi tidak apa-apa
bawa saja. Saya enggak lapar," jawabku.
Raut wajah Pak Udin terlihat
bingung, bagaimana mungkin membawa makanan yang kelihatannya disentuh pun
belum. "Nanti saja Pak, kalau Bapak sudah makan," Pak Udin menjawab
perintahku. "Bapak harus makan, tadi pagi juga Bapak tidak sarapan. Nanti
sakit Pak," Pak Udin mengingatkan sebelum keluar ruangan.
Andai Pak Udin tahu,
sesungguhnya aku telah sakit sejak lama. Bukan karena tidak makan. Tapi karena
toksin rindu yang disebarkan Anya. Mengenalnya, membuatku merasa semangat.
Celotehannya yang ceplas-ceplos membuat jiwaku sehat, karena banyak tertawa.
Namun, dia juga meninggalkan rindu yang menempel di hati dan kepalaku. Anya,
kurapalkan namanya dengan senyum. Engkau sungguh racun yang berbahaya untuk
kesehatan hatiku
Cirebon, 17 Oktober 2019
Biodata Penulis:
Yanti Damayanti, lahir di
Bandung, Januari 1979. Ibu rumah tangga, menetap di Kuningan. Sempat merasa
terlambat saat menjadikan menulis sebagai aktivitas hariannya, sebagai
penyimbang kegemarannya membaca. Meski tak pernah bersentuhan dengan ilmu
sastra dan bahasa secara formal. Akun Instagram @yanti_d_ tempatnya menuliskan
fenomena yang dilihat di sekelilingnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.