Untukmu
Sahabatku
Karya: Muhammad Witarto
Karya: Muhammad Witarto
Kematian adalah sebuah keniscayaan. Sesuatu yang
pasti akan terjadi. Karena sudah menjadi kodrat yang tak dapat untuk dihindari.
Kullu nafsin dzaikatul maut, segala
sesuatu yang bernyawa pasti akan mengalami kematian.
Mungkin pagi ini, kau begitu sanggup untuk sarapan
dua piring nasi beserta lauk pauknya, ditambah dua lapis martabak rasa cokelat
keju untuk mengenyangkan isi perutmu. Akan tetapi, siapa sangka ketika perjalanan
menuju sungai, kau jatuh terpeleset kemudian tubuhmu terpental hingga jatuh ke
tebing dengan kepala membentur bongkahan batu besar di sungai itu. Kau pun
tewas dalam keadaan mengenaskan. Bisa saja itu terjadi.
***
"Wi, lebaran besok kamu pulang kampung,
gak?" Pesan chat WhatsApp dari
nomor sahabatku yang sudah lama tak bertemu.
"Pulanglah. Tumben banget kamu bertanya begitu,
Ning?"
"Main ke rumahku ya! Aku pengin ketemu
kamu." Begitu pintanya.
"Sudah biasa juga kan, setiap pulang kampung di
hari lebaran pasti selalu mampir ke rumahmu." Jawabku setengah bercanda.
"Yah, siapa tahu kamu lupa. Aku hanya
mengingatkanmu. Lebaran ini, benar-benar aku ingin ketemu kamu."
"Aku pasti datang ke rumahmu, Ning."
Jawabku meyakinkan hatinya.
***
Beberapa hari setelah lebaran, aku baru sempat main
ke rumah sahabatku, Ening. Ada suatu kebiasaan aneh yang diminta Ening. Ia
mengajakku nonton di bioskop, padahal selama aku mengenalnya belum pernah
sekalipun ke bioskop. Pukul empat sore sepulang dari bioskop ia memintaku untuk
mengantarnya ke alun-alun kota. Untung, aku membawa sepeda motor, dan aku pun
mengantarnya dengan senang hati. Pulang ke rumah selepas Isya. Aku tak
menyangka kalau itu adalah pertemuan terakhirku dengannya. Ia rahasiakan semua
penyakit yang telah menggerogoti tubuh. Ia begitu tabah dengan semua yang diderita.
11 September 2019, tepat pukul 2.30 WIB Allah
memanggilmu. Andai kau tahu, aku begitu menyayangimu. Namun Allah lebih
mencintaimu, sahabatku. Selamat jalan, sahabatku. Semoga Allah Swt berikan tempat
yang indah buatmu. Kau juga pergi bersamaan dengan wafatnya putra bangsa yang
pernah menjadi presiden ke-3 Republik Indonesia, B.J. Habibie.
Cerpen ini saya persembahkan buat sahabatku,
Kuswardaningsih.
Jakarta, 12
September 2019
Biodata:
Muhammad Witarto. Penulis tinggal di Kota Banten.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.