Kita Salah Waktu
Karya: SiMo
Kenyataan dari semua ini hanya aku
yang benar-benar jatuh padamu. Waktuku yang banyak digunakan untuk mencintaimu
membuat aku tak habis pikir, mengapa kamu tak memulai hal yang sama sepertiku?
Dahulu setiap perlakuanmu memberikan
kesan mendalam, entah itu dalam bentuk hangat atau hanya sikapmu yang teramat
dingin. Saat itu yang kuharap kamu merasakan hal yang serupa, saat itu pula
yang kudamba hanya terbukanya hatimu walaupun hanya celah.
Perlakuanmu yang ambigu membuat aku
kelimpungan, apa yang sebenarnya sedang kamu rasakan? Tapi tak apa, meski
begitu aku tetap senang, setidaknya kamu masih tahu cara bersikap.
Kamu sering memberiku perhatian,
pun tak jarang kamu bahkan mengacuhkan. Kata temanmu, kamu hanya sedang tidak sepaham
dengan pikiranmu. Mereka bilang, coba kamu tenangkan. Kadang aku berpikir apa
yang selalu membuat hati dan pikiranmu tak sejalan? Apa aku kurang memberimu
kebahagiaan? Apa aku kurang menyenangkan?
Sering kudengar kamu menghela napas
panjang, terdengar seperti suara bimbang yang penuh dengan keputusasaan. Tak
jarang juga kudapati kamu yang sedang mengosongkan pikiran, matamu yang seolah
memberiku gambaran betapa beratnya pilihan yang harus kamu hadapi. Tapi apa
yang sedang kamu hadapi?
Sudah tahun ketiga, kita
begini-begini saja, status yang membingungkan bagi kami kaum wanita. Kamu tak
pernah bilang tidak, pun tak pernah mengiyakan. Kamu tak pernah menceritakan
wanita lain, tapi seperti tak pernah menganggap aku wanita. Kamu tak pernah
terlihat bercengkerama dengan mata binar lain, tapi padaku kamu masih
datar-datar saja. Sebenarnya isi hatimu itu apa? Mengapa sulit sekali
menatapku?
Aku mulai lelah, tapi tak pernah
mau melangkah. Aku sudah sangat muak, tapi tetap jalan di tempat. Aku sudah
ingin pergi, tapi kamu malah menghampiri, dan bersikap seolah akan menjelaskan.
Kini pikirku betapa egoisnya kamu, betapa tamaknya hatimu.
Kamu bilang, hatimu juga punya rasa
yang sama, berdetak di luar batas ketika aku buat kamu tertawa, dan banyak hal
yang tak bisa diungkapkan dengan kata. Alasanmu selama ini begini karena masih
jatuh saat aku datang. Katamu, kamu masih terpuruk saat aku ada. Kamu belum
yakin, apa aku bisa membuat kamu bangkit lagi? Sontak itu mengejutkan bagiku.
Batinku berkecamuk, aku merasa buruk. Jadi, selama ini apa?
Aku yang terus membantu
menyembuhkan lukamu, terus berusaha mengembangkan tawamu meski tak jarang
gagal. Berusaha mendorongmu agar bangkit lagi dari segala hidup dinginmu. Membuat
kamu lebih mengenal dunia yang selama ini kamu tinggalkan karena jatuh. Lalu
maksudmu apa? Apa sama sekali tak terlihat perjuanganku sampai sini. Katamu meski
aku berusaha semaksimal mungkin tak bisa membukakan hatimu, katamu ini semua
kemustahilan. Katamu aku terlalu berharap ketinggian. Kamu bilang kita tak
mungkin berhasil.
Aku mulai berpikir bisa saja jika
orang lain ada di posisimu mereka sudah jatuh pula padaku, aku hanya merasa
kamu yang tak punya perjuangan untuk bangkit. Aku hanya merasa kamu tak mau aku
bantu sembuhkan.
Aku benar-benar membenci sikapmu,
tapi mengapa aku tak mampu benar-benar membenci sosokmu? Pikirku dengan
mengutarakan, aku bisa tahu bagaimana isi dari hatimu. Aku paham betul bahwa
cinta memang tak selalu terbalas. Kata temanku aku bodoh bukan kepalang. Masih
saja mau bertahan meski sudah dipatahkan. Pikirku meski kamu sudah bilang
hentikan! Itu tak berpengaruh untukku, sedikitpun. Meski banyak yang bilang
cintaku ini kesalahan, tapi aku sama sekali tidak keberatan, toh kamu hanya
tidak bisa bangkit, banyak cara membuatmu ingin berdiri bahkan berlari.
Aku hanya meyakini hati manusia
bisa berubah, aku hanya yakin kamu mau menerima, tak ada yang salah dari
harapanku. Jadi, bisakah kamu membantuku mewujudkan itu?
Biodata:
SiMo seorang remaja yang menyukai
sastra dan memiliki banyak impian yang sangat besar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.