Sabtu, 21 September 2019

Cerpen - Aku Ingin Bersinar - Karya Rika Febriani - Sastra Indonesia Org









Aku Ingin Bersinar
Karya: Rika Febriani


Dia, Ida Arsenia Lestari seorang remaja yang tengah memandang indahnya sang bulan di balik jendela kamarnya. Pikiran Ida ke mana-mana, ia teringat dengan seseorang. Seseorang yang ia sukai, mungkin juga berarti untuk Ida. Seseorang itu bernama Erlangga Dwi Saputra.
"Sebenarnya aku suka sama kamu, Da. Kamu mau kan jadi kekasihku?" tanya Erlangga. Saat itu Erlangga dan Ida sedang duduk di taman sekolah berdua. Sesaat Ida menunduk, ia bingung. Ia menyukai Erlangga, tetapi ia sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tetap fokus meraih mimpinya. "Maaf, Ngga. Aku nggak bisa." Jawab Ida.
Erlangga terdiam, mungkin hatinya begitu sesak menerima kenyataan bahwa Ida tidak menyukai dirinya. "Kenapa kamu tolak aku? Aku jelek, ya?" tanya Erlangga beruntun, bibirnya membentuk senyum. Bukan senyum bahagia, melainkan senyum untuk menutupi lara. "Bukan begitu, Ngga." Ujar Ida mencoba menjelaskan. "Lalu?" tanya Erlangga. "Aku memang tidak ingin memiliki kekasih terlebih dulu, Ngga. Aku ingin fokus pada mimpi-mimpiku." Ucap Ida. Tangannya terkepal kuat mengukuhkan keputusan yang bertolak dengan hatinya sendiri. "Alasan klasik." Ucap Erlangga sembari berlalu meninggalkan Ida kala itu.
Ida masih menikmati cahaya bulan. Keputusannya mungkin melukai Erlangga, tapi harus bagaimana? Bagi Ida janji itu harus ditepati dan kini ia sedang menepatinya. Terdengar suara getar ponsel Ida memecah keheningan malam. Sebuah panggilan masuk membuat Ida terkejut seketika. ERLANGGA?


"Halo ...." Sapa Ida. Suara helaan napas terdengar di ujung sana. "Halo Ida." Ucap Erlangga. "Ada apa, Ngga?" tanyanya hati-hati. Ia tidak ingin melukai Erlangga lagi. "Aku mau minta maaf buat yang kemarin. Maafin aku, ya." Ujar Erlangga. "Tenang aja, Ngga. Aku udah maafin kamu, kok." Ucap Ida. "Aku juga minta maaf, Ngga. Aku bener-bener pengen fokus, Ngga. Aku udah janji sama diri aku sendiri." Ucap Ida. "Iya, maafin aku, ya." Ucap Erlangga. "Iya." Ucap Ida, ia mulai bosan dengan kata 'iya'. "Tapi, Da .... Aku mau kamu mengerti satu hal." Ucap Erlangga. "Apa?" tanya Ida. "Aku siap nunggu kamu sampai kapanpun." Ucap Erlangga yang mampu membuat jantung Ida berpacu tak normal. "Makasih." Ujar Ida tersenyum. Senyum yang tidak bisa dilihat oleh Erlangga di seberang sana. "Terus semangat, ya, Da. Aku akan selalu dukung kamu." Ucap Erlangga lagi. "Makasih, Ngga." Ucap Ida. "Assalaamu'alaikum." Ucap Erlangga mengakhiri percakapannya dengan Ida. "Wa’alaikumussalam." Balas Ida. "Semangat untuk besok, semoga kamu terpilih jadi ketua OSIS." Ucap Erlangga. "Aamiin." Ucap Ida. Memang saat ini dia sedang mencalonkan diri untuk menjadi ketua OSIS.
"Aku tidak berbohong, kan. Aku ingin bersinar seperti matahari, meskipun tenggelam ia masih memberi sinarnya lewat bulan. Aku ingin mengejar mimpiku seperti matahari. Semangat, Ida!" ujar Ida setengah berteriak untuk menyemangati dirinya. "Udah malam! Cepat tidur!" teriak ibu Ida. Akhirnya Ida menutup tirai jendelanya dan bergegas ke alam mimpi.
Pagi mulai menjelang mimpi semalam hilang terkikis entah ke mana. Dengan langkah semangat Ida melangkahkan kakinya ke dalam kelasnya. "Ida!" teriak sahabat Ida. Namanya Atra Andira. "Apa? Teriak-teriak terus, ih." Tanya Ida. Atra memanyunkan bibirnya membuat Ida semakin malas menghadapi sikap childish sahabatnya. "Ida, nanti lo harus tunjukin yang terbaik." Ucap Atra menyemangati Ida. Pasalnya Ida akan berpidato di hadapan umum hari ini. "Pasti, aku pasti bersinar!" Ucap Ida bertos ria dengan Atra. Sekilas Ida melihat Erlangga tersenyum padanya di pinggir lapangan. Manisnya!

Pacitan, 20 September 2019







Biodata:

Rika Febriani. Lahir pada 07 September 2001. Tinggal di Pacitan, Jawa Timur. Bercita-cita menjadi penulis. Mengidolakan Ari Irham.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.