Seribu Pinta
Oleh: Tania Yuna
Debar
masih menggeletar, kala sang singa podium melisankan mantra-mantra kebebasan.
Berpasang mata menjadi saksi bangkitnya tanah jajahan, dengan kibaran sang saka
yang melambai megah di pucuk tiang impian.
Aku ... lelaki di sudut birai yang berdiri di
atas lelahnya tulang panjang, penopang raga nan meradang. Menatap tegap
satu-satu manusia pendobrak dengan isyarat penuh harap, bahwa negeriku layak
menggaungkan aum atas darah-darah patriotik.
Tak sedikit kisah, tak tahu berapa liter darah,
pun tak terhitung kesah yang terucap dari penantian nan lelah. Meski sejarah
tak menobatkan madah, cukuplah benih-benih generasi mengisi proklamasi tanpa
konspirasi keji.
Hari ini ... rungu kembali didendangkan desibel
sirene. Gemetar debar tak mampu sembunyikan pilu atas puing memori, tak bisa
lekang meski dibuang. Hanya hati yang berteriak serak, gumamkan sejuta pinta
untuk kemuliaan bangsa.
Bangka, 17 Agustus 2019
Biodata:
Perempuan dari tanah Laskar Pelangi yang haus ilmu tentang literasi.
0 Response to "#Sabtu_Tema - Seribu Pinta - Tania Yuna - Sastra Indonesia Org"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.