Sajak di Sudut Sulawesi
Oleh: Dian Erha
Sajakku menari di sudut Pulau Sulawesi
Luka dan berdarah sebab bertelanjang kaki
Bagai anak tiri yang terasing
Sekadar diingat sebagai suara
Kala kepentingan kekuasaan menjadi genting
Seperti kata ayah tentang anugerah tanah yang kaya
Meski terjajah bangunan-bangunan asing
Dan tanah hanya sebatas pijakan anak-anak berseragam merah putih
Mimpi tidak boleh berhenti
Doa-doa yang terus dilangitkan
adalah jembatan perlawanan
Harapan yang selalu berkibar
Syukur yang tak luput berkobar
Bahwa kelak mimpi-mimpi di tanah pertiwi berjubah kemenangan
Agar tak sia-sia perjuangan para pahlawan
Seiring cinta dan hormat pada sang saka
Selamat merdeka, Pertiwiku
Dari rakyat kecilmu
yang keadilannya masih terenggut khianat penguasa
Sulawesi Tenggara, 14 Agustus 2019
Oleh: Dian Erha
Sajakku menari di sudut Pulau Sulawesi
Luka dan berdarah sebab bertelanjang kaki
Bagai anak tiri yang terasing
Sekadar diingat sebagai suara
Kala kepentingan kekuasaan menjadi genting
Seperti kata ayah tentang anugerah tanah yang kaya
Meski terjajah bangunan-bangunan asing
Dan tanah hanya sebatas pijakan anak-anak berseragam merah putih
Mimpi tidak boleh berhenti
Doa-doa yang terus dilangitkan
adalah jembatan perlawanan
Harapan yang selalu berkibar
Syukur yang tak luput berkobar
Bahwa kelak mimpi-mimpi di tanah pertiwi berjubah kemenangan
Agar tak sia-sia perjuangan para pahlawan
Seiring cinta dan hormat pada sang saka
Selamat merdeka, Pertiwiku
Dari rakyat kecilmu
yang keadilannya masih terenggut khianat penguasa
Sulawesi Tenggara, 14 Agustus 2019
Biodata:
Penulis adalah sulung dari tiga bersaudara yang mencintai
dunia literasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.