Jumat, 12 Juli 2019

#Kamis_Cerpen - Kakak Beradik - Sriw Bima - Sastra Indonesia Org





"Kak, apakah ibu dan ayah kita telah bahagia di sana?"
"Iya."
"Apakah mereka juga makan enak?"
"Ya."
"Kak, aku kedinginan."
"Mendekatlah." Anak laki-laki itu meraih tubuh sang adik yang menggigil, dan merebahkannya dalam pangkuan. Suara gigi gemeluk bersahutan di tengah desau angin kencang yang menerpa. Mereka saling berpelukan berusaha menghalau dingin.
"Kak, a-aku masih ke-kedinginan." Anak laki-laki yang diperkirakan berusia 10 tahun itu segera melepaskan jaket yang membalut tubuh dan dipakaikan ke adiknya, sambil terus memeluk erat tubuh itu.
"Masihkah kau ingat saat ibu membuatkan sup daging?" tanyanya berusaha mengalihkan perhatian sang adik dari suhu ekstrim.
"Ya, ma-makanan itu ya-yang paling ku-ingat se-sekarang," ucapnya bergetar.
Musim dingin mulai menyapa bumi Syam, suhu di bawah 20 derajat Celsius membelenggu para pengungsi. Mereka berusaha bertahan hidup di tenda-tenda pengungsian dengan peralatan seadanya, sambil menahan lapar. Bantuan yang datang pun masih belum mencukupi.


Badan dua kakak beradik itu semakin menggigil hebat. Tak ada selimut tebal yang bisa menahan tubuh mereka dari serangan cuaca yang tidak bersahabat, ditambah lagi dua hari perut belum terganjal makanan. Wajah mereka semakin pucat dan tubuh mulai kesemutan. 
"Kak, aku ngantuk."
"Ya, tidurlah."
Sang kakak menatap lemah adik yang telah tertidur sejak tadi dengan wajah membiru. Tangannya berusaha menggapai wajah itu, namun semua anggota tubuh terasa mati rasa dan kaku.
Di tengah cuaca dingin menusuk tulang, anak laki-laki itu mulai diserang rasa ngantuk yang luar biasa, hingga dia pun tak sanggup lagi terjaga. Perlahan matanya mengatup dan mulai terlelap. 
Seraut wajah cantik mulai menghiasi mimpinya. Perempuan itu tersenyum lembut, menyambut. "Sayang, kemarilah," panggilnya sambil merentangkan kedua tangan. Dengan penuh bahagia dia berhambur kepelukan sang ibu. Rasa dingin yang begitu menyiksa sekejap hilang oleh rasa hangat saat berada dalam dekapan itu.
"Ibu, aku merindukanmu."
"Ya, ibu juga, Sayang. Ayo ikutlah bersama ibu, kita akan menemui ayah dan adikmu." Dia mengangguk, wajahnya semringah sambil sesekali menatap ibu yang sangat dia rindukan.
Bumi Syam/Suriah kembali menangis, kakak beradik itu ditemukan berpelukan meninggal di tengah cuaca dingin.

Tentang Penulis:

Hanya seorang ibu rumah tangga yang berusaha memanfaatkan waktu luang dengan menulis. Domisili Jember.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.