Sabtu, 27 Juli 2019

#Jumat_Cerbung - The Midnight Game - Evitha Ro'uffan - Sastra Indonesia Org





The Midnight Game

Karya: Evitha Ro'uffan



Suara tetes air wastafel semakin menambah kelam suasana. Barisan kursi bersandaran tinggi di ruang makan, tak ubahnya monster yang siap menerkam. Gelap. Hanya cahaya remang sebuah lilin menjadi sumber utama penerangan.
Lelehan bulir bening membasahi pelipis Grace yang tengah mendapat giliran menjaga nyala lilin. "Ben ... aku tak tahan lagi. Aku tak ingin bernasib sama seperti Alex dan Emily." Suaranya parau, bergetar menahan ketakutan.
Hening, tak ada balasan dariku maupun Anna. Lidah terasa kelu. Hanya hembus napas kasar tertahan yang menjawab. Menahan degub yang semakin menggila, rahang ini mengeras. Sesekali menelan ludah mencoba mengontrol rasa takut yang menyapa. Melangkah sesenyap mungkin, berjalan menuju ruangan lain. Menghindari sosok yang kami undang dalam sebuah permainan, The Midnight Game.
"Ben, aku kedinginan," bisik Grace. Tangan menyodorkan lilin yang ia pegang kepadaku. Dingin. Telapak tangannya basah oleh keringat. Wajahnya memucat, mencuatkan ketakutan yang teramat sangat.
Tak membantah, akupun merasakan suhu disekitar berubah dingin. "Tak apa. Pakai hoodie-ku. Ini menjelang pagi, wajar jika udara semakin dingin." Melepas jaket bertudung yang dari badan, aku berusaha menenangkan gadis tinggi semampai ini.
Suasana tenang sesaat. Namun, mendadak detak jantungku seakan berhenti.
Sekelebat bayangan lelaki dengan seringai mengerikan, muncul di depan TV. Kukucek mata yang tak gatal. Hilang, dia menghilang. Memandang sekali lagi, aku mencoba memastikan.
'Shit! Dia mendekat.' Aku merutuk dalam hati.
Udara mengalirkan hawa sejuk yang tak biasa. Tiada angin, lilin di tanganku berkedip seolah ada yang mempermainkan nyala apinya.
Kedua sepupuku meracau, memohon agar lilin kami tak padam. Apalah daya, harapan tak seindah kenyataan.
"Anna! Nyalakan lilin ini! Cepat!" perintahku.
"Cukup! Aku tak tahan lagi," tangis Grace. "Pengecut, kau! Berhenti mempermainkan kami. Midnight Man brengsek!" Histeris, ia tak menyadari telah melanggar salah satu peraturan permainan setan ini.


"Apa yang kau lakukan, Grace? Tenanglah!" ucap Anna berusaha menenangkan saudaranya.
Grace membekap mulut. Ia sadar telah melakukan kesalahan. Isaknya semakin menjadi dalam pelukan Anna yang semakin mengerat.
"Grace ...."
"Grace ...."
"Dia memanggilku, Anna. Apa kau mendengarnya?" Grace semakin tergugu.
"Jangan takut, Grace. Aku dan Anna tak akan membiarkan makhluk itu menyentuhmu," ucapku.
"Grace ...."
"Grace ...."
Bisikan mengerikan itu terus menggema. Hingga ....
"Aaargh ...! Ben ... Help ...."
Seolah ada yang menarik paksa dari pelukan Anna, Grace menghilang dalam kegelapan. Anna menangis histeris mendapati kakaknya lenyap dalam sekejap.
Aku terpaku sesaat. Tak percaya atas kejadian buruk yang menimpa. Tak ingin kejadian serupa terulang, segera kubuat lingkaran garam di sekelilingku dan Anna.
Terduduk lemas di lantai, Anna masih terisak. Aku mulai kehilangan fokus. Bagaimana bisa kami terjebak dalam situasi mengerikan ini. Menengadah, mencoba memutar kembali segala peristiwa sebelum permainan dimulai.

Bersambung

Blitar, 06 Mei 2019




Biodata:

Evitha Ro'uffan adalah sebuah nama pena dari seorang perempuan berdarah Jawa. Merupakan gabungan yang diambil dari namanya dan sang suami. Anak pertama dari tiga bersaudara ini lahir pada tanggal 29 Juli dua puluh empat tahun silam di sebuah kota berjuluk Kota Patria. Penyuka makanan pedas ini memiliki hobi membaca, menulis, dan berenang.
Sempat meraih beasiswa, ia telah menyelesaikan pendidikan S1-nya.
Beberapa tahun berkarir dalam dunia pendidikan dan kini tengah fokus berkarir sebagai istri dari seorang suami dan ibu dari seorang putra.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.