Rabu, 24 Juli 2019

Cerpen - Sesuatu dari Masa Lalu - Rika Febriani - Sastra Indonesia Org




Sesuatu  dari   Masa  Lalu
Karya: Rika Febriani

Namaku Ardila Wulandari, seorang pemilik butik di sebuah kota di Jawa Timur. Usiaku sekitar 23 tahun dan belum menikah. Sebenarnya banyak sekali calon pendamping hidup yang ibuku pilihkan, tapi entahlah aku merasa tidak menyukai satu pun dari calon yang ibu pilihkan. Berbicara tentang suka aku menjadi ingat seseorang. Seseorang yang dahulu pernah aku puja. Ingatanku melayang pada kejadian semasa SMA. Aku mengenal seorang pria bernama Arkan Mahendra, seorang ketua OSIS di sekolahku dahulu.
Awal dari sebuah kisah dimulai ketika saat itu aku sedang berjalan di koridor sekolah. Aku menunduk sembari membolak-balikan sebuah buku yang sedang aku baca. Aku terlalu fokus pada bukuku sehingga tanpa sadar aku menabrak Arkan. Tidak ada yang jatuh seperti kebanyakan adegan di film, karena ia lebih tinggi dan lebih besar dariku. Ups sorry. Ucapku sembari melihat siapa yang aku tabrak. Kak Arkan maaf ya, Kak? ucapku lagi. Saat itu aku benar-benar takut melihat matanya. Oke. Santai aja, aku tidak apa-apa. Ucapnya tersenyum. Senyum yang terukir bak senja di langit Jawa. Nama kamu siapa? tanya Arkan padaku. Aku masih menunduk, setelah melihat senyumnya, aku takut menjadi salah tingkah. Namaku ... Ardila. Jawabku. Lalu dengan cepat aku meninggalkan Arkan, meninggalkan senja bersama langit malam.
Kejadian bersama Arkan tak berakhir di situ saja. Keesokan harinya aku mendapat kabar tidak enak dari kepala sekolah. Ardila, kamu sama Arkan terpilih sebagai siswa yang akan mengikuti lomba KSM tingkat kabupaten. Ucap Bu Ani selaku kepala sekolah. Alhamdulillah. Ucapku bersyukur kepada Allah Swt. Nah, mulai besok kamu sama Arkan akan belajar bersama dibimbing pak Andono sepulang sekolah. Mulai hari ini kamu dan Arkan adalah tim. Ucap Bu Ani. Der! Bagai tersambar petir hatiku saat itu. Aku harus berhadapan dengan dia lagi.
Waktu yang berjalan cepat, membuat hari berganti esok. Ya, sesuai perkataan Bu Ani aku langsung mencari tempat di mana lesku berada sepulang sekolah. Ardila .... Panggil Arkan yang entah sejak kapan berada di belakangku. Kak? Ucapku menunduk. Kamu mau ke mana? tanya Arkan. Cari Pak Andono. Jawabku sekenanya. Oh, Pak Andono sudah nunggu kita di perpustakaan. Ucapnya. Ayo! Ajaknya padaku. Aku hanya diam, aku berharap waktu cepat usai. Aku tidak mau terbelenggu rasa suka. Aku dan Arkan berjalan beriringan menuju perpustakaan. Dalam diam aku menyukai Arkan, saat itu aku benar-benar menjaga hatiku dengan hanya berharap kepada Allah Swt. Aku tahu, berharap kepada manusia hanya akan berakhir kecewa.
Saat itu impianku hanya satu, ingin mengejar prestasi dan membuat orangtuaku bangga. Aku ingin menjadi juara! Aku mendengarkan penjelasan Pak Andono dengan serius. Arkan pun demikian. Nah, sekarang kalian istirahat dulu, nanti kembali lagi ke sini. Saya beri waktu kalian setengah jam. Ujar Pak Andono. Aku segera keluar perpustakaan untuk mencari makanan atau camilan. Baru beberapa langkah, aku mendengar Arkan memanggilku. Ardila. Ada apa kak? tanyaku saat itu.  Kamu mau ke mana? tanya Arkan. Beli makanan. Jawabku. Boleh tidak kita ngobrol sebentar, ada yang mau aku omongin sama kamu. Ucapnya. Aku mengangguk dan mengikuti Arkan ke taman.
Ar, sebenarnya aku suka sama kamu. Ucap Arkan, saat itu ada bahagia yang membuncah di hatiku, tapi ada pula sesuatu yang harus aku taati. Maksud Kak Arkan apa? tanyaku. Aku mau kita pacaran. Kamu mau kan? tanya Kak Arkan sembari memegang tanganku. Aku langsung menepis tangannya. Maaf, Kak. Aku tidak mau. Jawabku lalu mataku memanas. Sebenarnya aku menyukai Arkan, tapi aku sudah memutuskan istiqomah di jalan Allah Swt. Kenapa? Kamu nolak aku? tanya Arkan. Kak, hubungan sebelum akad atau pacaran itu tidak baik, Kak. Pacaran itu menjerumuskan ke arah zina. Zina itu tidak hanya berhubungan badan, melihat dan memikirkan saja sudah berdosa. Allah sangat cemburu terhadap hati yang berharap selain pada dia dan kalau misalnya kita jodoh Allah akan mendekatkan kita, tapi bukan lewat jalur pacaran. Aku harap Kak Arkan mengerti. Ucapku. Sesegera mungkin aku berlari meninggalkan Arkan. Aku ingin menangis dan aku butuh Allah.


Assalaamualaikum. Lamunanku tentang Arkan buyar ketika Mama masuk ke ruanganku. Waalaikumsallam, Mama ... ngagetin aja sih. Ucapku menyalami Mama. Kamu aja yang ngelamun, Nak. Nih, Mama bawain kamu makan. Ucap Mama menaruh kotak makan di meja kerjaku. Makasih, Mama. Ucapku segera membuka kotak makan itu. Eh, nanti Ardila pulang cepat ya, Mama mau ngenalin kamu sama anak sahabat Mama. Ucap Mama. Aku hanya mengangguk, ini bukan kali pertama Mama mengenalkan aku dengan anak sahabatnya. Aku juga yakin, pilihan Mama adalah yang terbaik.
Setelah Mama pulang, aku kembali bekerja dengan semangat karena aku ingin cepat pulang. Aku tidak mau membuat mama kecewa. Akhirnya selesai! Ucapku. Aku segera mengambil tas dan kunci motor. Saat aku ingin mengunci pintu butikku ada seorang perempuan dan pasangannya menghampiriku. Permisi, Mbak. Saya mau beli baju yang pas untuk dia. Ucap seorang perempuan. Oke, silakan. Ucapku terhenti kala melihat laki-laki di sebelah perempuan itu. Arkan. Gumamku. Mataku memanas, sosok ini sosok yang kurindukan dalam doa. Maaf, saya sudah tutup. Ucapku pergi meninggalkan sepasang kekasih itu. Mereka sangat mesra, mungkin dia kekasih Arkan.
Aku memacu motorku dengan kecepatan sedang, otakku terus bertanya-tanya siapa wanita itu? Assalaamualaikum, Ma. Ucapku via telepon. Aku menghentikan motor dan menjawab panggilan dari Mama. Ya, Ma. Aku langsung ke restoran sekarang. Ucapku. Mama memintaku untuk langsung ke restoran, acara diundur menjadi sore ini. Aku kembali melanjutkan perjalananku sebelum senja menghilang dari langit sore ini.
Assalaamualaikum. Ucapku menghampiri meja Mama. Waalaikumsallam. Jawab Mama dan sahabatnya. Nah, Sayang. Kenalin, ini tante Kania. Ucap Mamaku. Hai, Tante. Sapaku. Hai, Ardila. Sapa Tante Kania. Ayo duduk. Ajak Mamaku. Aku duduk dan memperhatikan kanan dan kiri. Mana calon pilihan Mama? Assalaamualaikum. Ucap seorang lelaki muda, mungkin ini anak Tante Kania. Waalaikumsallam. Jawab kami serentak. Ma, maafin Arkan ya, telat. Ucapnya. Aku bisa mendengar suaranya, tapi aku menunduk. Menunduk adalah kebiasaanku. Apa! Arkan! Arkan. Gumamku, aku mendongak menatap laki-laki itu. Ya, dia Arkan! Jangan terkejut Ardila. Aku memang ingin menikahi mu. Aku meminta Mama untuk mencari tahu tentang kamu dan meminta Mama untuk menjodohkan aku denganmu. Ucap Arkan. Kamu mau jadi istriku? tanya Arkan lagi. Aku menangis, sekian lama aku menanti, mengharap dan mencintai dalam diam. Akhirnya, istiqomah manis rasanya. Terima kasih, ya Allah. Ya aku mau jadi istrimu.


Biodata:

Aksara Pena adalah nama kedua saya setelah Rika Febriani. Menyukai menulis sejak kecil. Tinggal di Pacitan, Jawa Timur. Usia sekitar 17 tahun dan bersekolah di MAM  01 Tegalombo. Saya penggemar Ari Irham dan Andrea Hirata. Nama e-mail= rikafebriani.pct123@gmail.com. Salam literasi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.