Rasi Bintang
Karya: Andara Claresta Rabbani
Mungkin malam ini adalah malam awal pertama bagiku untuk bertemu
dengan mereka dan awal bagiku menerima ilmu baru tentang astronomi. Ya, benar!
Mereka menghiasi langit malam dengan indah dan bentuk yang menarik. Bercahaya,
kecil, tetapi menarik. Aku suka mereka.
“Apa mereka itu, Kakak?” tanyaku sambil menunjuk mereka. “Oh, itu
adalah rasi bintang. Misalnya keluarga zodiak.” Jelasnya sambil ikut merebahkan
diri di rerumputan belakang rumah bersamaku. “Zodiak? Aku pernah membaca
ramalan zodiak di majalah. Berarti rasi bintang ada 12 seperti halnya zodiak.
Ada Taurus, Leo, Libra, Aries, Cancer, Pisces, Scorpio, Aquarius, Sagitarius,
Gemini, Capricorn, dan zodiakku yang terbaik Virgo!” ujarku yang berhasil
membuat kakak tertawa. “Kau salah, Spica. Rasi bintang punya banyak keluarga.
Dan, zodiak adalah salah satu nama keluarganya. Kalau menurut kesepakatan IAU, rasi
bintang ada 88 bukan 12.” Ujarnya sambil terkekeh.
“Ahahaha, Kakak memang ahlinya astronomi. Kalau begitu, aku punya
tantangan buat Kakak! Kakak harus sebutkan semua rasi bintang itu dari 1 sampai
88!” seruku dengan semangat. “Ya, mana bisa kakak sebutin semua, capek tahu!”
tukasnya sambil memasang wajah masam hingga membuatku terkekeh melihatnya. “Ya,
intinya nama-nama rasi bintang mayoritas berkiblat pada mitologi yunani kuno,
hingga menyebabkan rasi bintang dikaitkan dengan legenda dan mitos dalam
kebudayaan Yunani Kuno. Ya, kalau sekarang seperti ramalan zodiak yang biasa
kamu baca. Kemudian, kalau menurut Aratus ketika masa yunani kuno rasi bintang
yang bertebaran ialah 48 rasi bintang. Aratus juga memaparkannya dalam buku
berjudul ‘Phaenomena’.” Jelasnya panjang lebar yang nyatanya tak ada satu pun
yang kupahami. “Ah, lebih baik kau baca di internet dulu tentang rasi bintang.
Agar wawasanmu lebih luas.” Ujar kakak. “Benar, kalau dengan kakak mah– tak
akan bisa paham aku. Kakak sih jelaskannya, tak urutan. Kan, otakku tak
dirancang untuk memahami perkataan Kakak.” Ujarku sambil tertawa dan kakak
lagi-lagi memasang wajah masam anehnya itu dan pergi masuk ke rumah
meninggalkanku.
Tengah malam, aku bergadang untuk mencari tahu tentang rasi
bintang. Siapa yang mau dipermalukan karena tak tahu rasi bintang, hah? Aku
hanya berharap nanti malam aku dapat menunjukkan wawasanku pada kakak hingga
membuatnya tercengang. Parahnya, aku malah menelepon Teren temanku untuk
membantuku yang nyatanya ia lebih parah dari aku tentang rasi bintang, dan
berbalik bertanya padaku yang berhasil membuat kepala ini menjadi tambah
pusing. Tapi, setelah kutelusuri lebih detail di internet ternyata banyak hal
yang berbeda dengan perkataan Kakak tadi. Entahlah, sepertinya ini bagus untuk
menentang pernyataan tadi malam. Tapi, bagaimana jika kakak malah berbalik
bertanya seperti halnya Teren dan parahnya lagi jika malah kami berdua beradu
argumen? Bisa tambah malu diriku jika itu terjadi. Tak mungkinkan, aku harus
menimpali pertanyaannya nanti dengan jawaban karanganku sendiri yang tak sesuai
dengan ilmiah. Tak mungkin juga aku dapat memahami semua tentang seluk beluk
rasi bintang melebihi Kakak dalam waktu semalam. Entahlah, aku tak dapat
meramal apa yang akan terjadi besok malam. Mungkin, apapun kejadiannya aku
harus menerimanya untuk perbaikan.
Malam tadi sungguh melelahkan. Parahnya, ketika pujul 2 pagi Teren
meneleponku dan menanyakan tentang pekerjaanku dan bodohnya aku hingga menjawab
jika aku telah memahami semua tentang rasi bintang yang nyatanya belum.
“Semua ini bisa-bisa membuatku stres tak terkira.” Curhatku dalam
hati.
Tak ada yang dapat membuat pikiranku tenang kecuali membaca
ramalan harian zodiak. Dan hanya itulah cara satu-satunya untuk memusnahkan
rasa stres yang menggrogoti pikiran ini karena hal yang dikatakan kakak itu
mitos nyatanya selalu memuat ramalan yang bagus untukku.
Dan,
entah kenapa yang terjadi. Di sana tertulis, jika zodiak virgo akan mengalami
masalah pada hari ini.
“Apa-apaan ini! Lebih baik aku tidur!” seruku dalam hati sambil
melepar majalah ramalan itu dan pergi tidur.
Esok siangnya, Teren datang ke rumahku dan parahnya ia membawa
buku beserta pena dan memintaku untuk menjelaskan tentang rasi bintang.
Ternyata benar apa yang dikatakan ramalan itu. Kakak salah telah menyebutnya
‘mitos’. Terpaksa aku jujur dari pada hal yang lebih buruk terjadi. Aku pun
menceritakan semuanya dengan Teren tanpa sedikit pun bubuk rekayasa.
“Kasihan. Tapi, kau tetap harus menghargai proses. Ingat semua itu
tak ada yang instan.” Ujar Teren sambil tertawa. “Yey, tapi kalau kata ramalan”
“Zaman seperti ini, ternyata masih ada yang percaya ramalan, ya.” Ujar Teren memotong
kalimatku.
Ya, aku tak tahu harus percaya atau
tidak tentang ramalan. Mungkin aku harus menjadi diriku sendiri. Malam pun kini
mulai menyapa. Hal menarik kembali terlihat olehku saat kakak memasang teleskop
di halaman belakang. Aku segera berlari seakan hal yang memenuhi kepalaku tadi
lenyap seketika.
“Malam ini kita akan melihat rasi bintang dengan teleskop agar
lebih jelas.” Ujar kakak sambil mengatur lensa teleskop. “Benarkah? Kalau
begitu aku ingin melihat rasi bintang virgo!” seruku semangat. “Kau harus
melihat hydra dulu.” Ujarnya sambil
meneropong dan kemudian menyuruhku untuk bergantian. “Waw! Ini rasi bintang hydra ya, kak? Ternyata besar juga, ya!
Aku ingat menurut hasil pencarian internetku malam kemarin rasi bintang ini
dikelilingi 14 rasi bintang,bukan?” ujarku. “Kerennya lagi, di sana ada galaxy spiral yang besar, bernama Messier 83 atau galaxy pusaran selatan. Jaraknya 14,7 tahun cahaya dari bumi.”
Jelasnya, lalu kakak segera mengarahkan ke arah rasi yang sangat kecil. “Ini
namanya apa, Kak?” tanyaku. “Crux. Crux adalah rasi bintang terkecil.”
Jawabnya. “Oh iya, Kakak tahu rasi bintang Orion,
kan?” tanyaku. “Iya. Memang Orion itu
yang mana?” Ia malah berbalik bertanya. “Yang digunakan oleh manusia sebagai
penentu arah, itu loh! Yang digunakan nenek moyang Indonesia sebagai penentu
waktu bercocok tanam.” Ujarku penuh bangga.
“Waw, kalau begitu coba ada berapa jumlah rasi bintang dengan
huruf awal C?” tanya Kakak. Nah, inilah yang kutakutkan. Kakak pasti akan
memberikanku pertanyaan yang lagi aku tak tahu jawabannya. Karena tadi aku
telah menjelaskan tentang orion penuh bangga terpaksa aku harus menjawab
asal-asalan dari pada mengaku tak tahu. “Mungkin 22.” Jawabku singkat. “Waw,
hebat! Ternyata kau tahu juga ya, Spica!” ujar kakak sambil memberi tepuk
tangan. Aku hanya dapat melongo ternyata jawabanku tadi benar. Apa yang
terjadi? Sepertinya perkataan Teren tadi benar, ramalan itu tak benar. “Ehehe,
santai Spica gitu, loh!” ujarku tinggi hati. “Coba sebutin,” ujarnya membuat
senyuman di mukaku kian luntur dan ia hanya dapat tertawa melihatku. “Kakak tak
menyangka jika kau pintar juga tentang rasi bitang. Terlebih lagi hanya
mempelajarinya dalam 1 malam. Kau memang hebat.” Pujinya yang membuatku seakan
terbang ke antariksa. “Tapi, masih hebatlah kakak.” Sambungnya tertawa.
“Oh iya, kau tahu tidak jika namamu itu adalah nama bintang
terbesar dirasi Virgo, Spica!” ujar Kakak yang membuatku kembali semangat dan
mulai mencari di mana bintang yang kini menjadi namaku itu.
Palembang, 21 Juni 2019
Biodata:
Penulis cilik bernama Andara Claresta Rabbani atau yang lebih
sering dipanggil K.A ini dilahirkan di
Palembang 08 September 2006. Ia gemar menulis cerita sci-fi, membaca artikel sains, dan segala sesuatu tentang seni. Penulis
dapat dihubungi lewat Instagram: weeboo_weeboo_aaa E-mail: popyaja55@gmail.com.
0 Response to "Cerpen - Rasi Bintang - Andara Claresta Rabbani - Sastra Indonesia Org"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.