Kamis, 25 Juli 2019

Cerpen - Mimpi - Nadia Desy F - Sastra Indonesia Org



Mimpi
Karya: Nadia Desy F

Setelah dua tahun bersekolah di SMA Migi, aku tidak bisa memalingkan pandanganku darinya. Hampir setiap hari dia terus berdiri di dekat gerbang sekolah dengan seragam lengkap musim panas dan rambut hitam panjang yang sedikit berantakan. Aneh sekali. Kenapa dia tidak pernah menggantinya? Wajahnya hanya sedikit terlihat. Wajahnya manis, cantik, dan sedikit pucat. Mungkin aliran darah di wajahnya terhambat oleh sesuatu.
Musim gugur tahun ini sangat cepat datang. Tanpa sadari, aku sudah berada di penghujung tahun dan akan segera lulus. Di tahun ketiga ini, aku akan memberanikan diri untuk berbicara dengannya. Sepulang sekolah setelah upacara semester baru, aku bersama beberapa temanku berjalan melewatinya. Aku berhenti dan meminta mereka pergi terlebih dahulu. Gadis itu masih berdiri di dekat gerbang. Aku berdiri di sampingnya.
"Kenapa kau masih berdiri di sini?" tanyaku penasaran. Dia diam membisu.
"Apa kau menunggu temanmu?" tanyaku lagi. Dia masih terdiam. Baiklah. Mungkin karena aku orang asing dia tidak ingin berbicara denganku.
Aku berdiri hingga sore. Anak-anak yang biasa ikut klub olahraga mulai muncul dari arah sekolah. Tapi, ada satu murid yang memandangiku aneh. Dia terdiam seraya menatapku. Aku bertanya-tanya, apakah dia mengenal gadis ini? Belum sempat aku menegurnya, dia sudah berlari menjauh dengan cepat.
"Apa kau mengenalnya? Aku harus segera pulang. Sampai jumpa lagi." Ucapku seraya tersenyum ramah padanya. Dia berdiri tegak lalu berjalan berlawanan arah dariku. Aku tidak memperdulikannya hanya berjalan menjauh dari sekolah.

♦♦♦

Keesokan hari, seperti biasa dia berdiri di dekat gerbang sekolah pagi-pagi sekali. Aku heran, kenapa orang-orang tidak memperdulikan kehadirannya. Aku ingin menyapanya pagi ini, tapi sesuatu mencegahku untuk menyapanya. Kenapa? Karena tanganku ditarik oleh seseorang yang menatapku dengan aneh kemarin sore.
"Jangan bicara dengannya ataupun berdiri maupun memandangnya." Ucapnya setelah kami melewati gerbang yang berjarak beberapa meter jauhnya.
"Kenapa? Apa kau cemburu?"
"Terserah apa yang kau katakan. Jika kau masih sayang nyawa, jauhi dia!"
"Tidak. Jika kau temannya, kenapa kau mengatakan hal kejam seperti itu." Ucapku dengan kesal lalu pergi mendahuluinya.


"Jangan salahkan aku jika kau mati!" Teriaknya dengan kencang.
Aku tidak mengerti ucapannya. Jika dia cemburu katakan saja, dengan senang hati aku menjauh.
Waktu tak terasa sudah menjelang sore. Seperti hari sebelumnnya, aku menemaninya berdiri di dekat gerbang. Dia tidak menjawab pertanyaanku. Aku berpamitan pulang dan beberapa saat memandangnya sebentar sebelum berjalan menjauh.

♦♦♦

Malam ini terasa lebih dingin. Apa mungkin karena masih musim gugur? Tapi, aku sudah menyalakan pemanas di dalam kamarku. Siapa peduli. Dengan cepat aku menarik selimutku.
Aku bermimpi. Mimpi yang aneh. Seseorang menebas kepalaku dengan sebuah pedang. Selama satu bulan penuh aku bermimpi hal yang sama hingga kantung mataku semakin hitam. Aku tertidur setiap mata pelajaran. Aneh. Kenapa aku bisa seperti ini?
Malam ini aku bermimpi hal yang sama. Kepalaku ditebas dengan cepat olehnya.

♦♦♦

Seorang laki-laki memainkan ponselnya seraya tersenyum. Duduk di salah satu kursi kereta cepat Jepang memandang berita tentang kematian seorang pelajar dengan luka aneh yang muncul di lehernya.
"Aku sudah memperingatkanmu. Salah kau sendiri tidak mendengarkan."


Biodata:

Nadia Desy F lahir di penghujung tahun 1997. Seorang otaku gamer dan pemalas tingkat dewa. Memiliki seorang panutan, yaitu Sir Arthur Conan Doyle. Pertama kali menulis novel ringan tahun 2018. “Stay Clam and keep Playing.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.