Mimpi
Karya: Nadia Desy F
Setelah
dua tahun bersekolah di SMA Migi, aku tidak bisa memalingkan pandanganku
darinya. Hampir setiap hari dia terus berdiri di dekat gerbang sekolah dengan
seragam lengkap musim panas dan rambut hitam panjang yang sedikit berantakan.
Aneh sekali. Kenapa dia tidak pernah menggantinya? Wajahnya hanya sedikit
terlihat. Wajahnya manis, cantik, dan sedikit pucat. Mungkin aliran darah di wajahnya
terhambat oleh sesuatu.
Musim
gugur tahun ini sangat cepat datang. Tanpa sadari, aku sudah berada di penghujung
tahun dan akan segera lulus. Di tahun ketiga ini, aku akan memberanikan diri
untuk berbicara dengannya. Sepulang sekolah setelah upacara semester baru, aku
bersama beberapa temanku berjalan melewatinya. Aku berhenti dan meminta mereka
pergi terlebih dahulu. Gadis itu masih berdiri di dekat gerbang. Aku berdiri di
sampingnya.
"Kenapa
kau masih berdiri di sini?" tanyaku penasaran. Dia diam membisu.
"Apa
kau menunggu temanmu?" tanyaku lagi. Dia masih terdiam. Baiklah. Mungkin
karena aku orang asing dia tidak ingin berbicara denganku.
Aku
berdiri hingga sore. Anak-anak yang biasa ikut klub olahraga mulai muncul dari
arah sekolah. Tapi, ada satu murid yang memandangiku aneh. Dia terdiam seraya
menatapku. Aku bertanya-tanya, apakah dia mengenal gadis ini? Belum sempat aku
menegurnya, dia sudah berlari menjauh dengan cepat.
"Apa
kau mengenalnya? Aku harus segera pulang. Sampai jumpa lagi." Ucapku
seraya tersenyum ramah padanya. Dia berdiri tegak lalu berjalan berlawanan arah
dariku. Aku tidak memperdulikannya hanya berjalan menjauh dari sekolah.
♦♦♦
Keesokan
hari, seperti biasa dia berdiri di dekat gerbang sekolah pagi-pagi sekali. Aku
heran, kenapa orang-orang tidak memperdulikan kehadirannya. Aku ingin
menyapanya pagi ini, tapi sesuatu mencegahku untuk menyapanya. Kenapa? Karena
tanganku ditarik oleh seseorang yang menatapku dengan aneh kemarin sore.
"Jangan
bicara dengannya ataupun berdiri maupun memandangnya." Ucapnya setelah
kami melewati gerbang yang berjarak beberapa meter jauhnya.
"Kenapa?
Apa kau cemburu?"
"Terserah
apa yang kau katakan. Jika kau masih sayang nyawa, jauhi dia!"
"Tidak.
Jika kau temannya, kenapa kau mengatakan hal kejam seperti itu." Ucapku
dengan kesal lalu pergi mendahuluinya.
"Jangan
salahkan aku jika kau mati!" Teriaknya dengan kencang.
Aku
tidak mengerti ucapannya. Jika dia cemburu katakan saja, dengan senang hati aku
menjauh.
Waktu
tak terasa sudah menjelang sore. Seperti hari sebelumnnya, aku menemaninya
berdiri di dekat gerbang. Dia tidak menjawab pertanyaanku. Aku berpamitan
pulang dan beberapa saat memandangnya sebentar sebelum berjalan menjauh.
♦♦♦
Malam
ini terasa lebih dingin. Apa mungkin karena masih musim gugur? Tapi, aku sudah
menyalakan pemanas di dalam kamarku. Siapa peduli. Dengan cepat aku menarik
selimutku.
Aku
bermimpi. Mimpi yang aneh. Seseorang menebas kepalaku dengan sebuah pedang.
Selama satu bulan penuh aku bermimpi hal yang sama hingga kantung mataku
semakin hitam. Aku tertidur setiap mata pelajaran. Aneh. Kenapa aku bisa seperti
ini?
Malam
ini aku bermimpi hal yang sama. Kepalaku ditebas dengan cepat olehnya.
♦♦♦
Seorang
laki-laki memainkan ponselnya seraya tersenyum. Duduk di salah satu kursi
kereta cepat Jepang memandang berita tentang kematian seorang pelajar dengan
luka aneh yang muncul di lehernya.
"Aku
sudah memperingatkanmu. Salah kau sendiri tidak mendengarkan."
Biodata:
Nadia
Desy F lahir di penghujung tahun 1997. Seorang otaku gamer dan pemalas tingkat dewa. Memiliki seorang panutan, yaitu Sir
Arthur Conan Doyle. Pertama kali menulis novel ringan tahun 2018. “Stay Clam and keep Playing.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.