Jumat, 14 Juni 2019

#Kamis_Cerpen - Emak - Riyanti - Sastra Indonesia Org





Baru saja ujung sepatuku bertemu anak tangga paling bawah, suara Emak sudah menggema. Ia muncul di jendela dan memerintahkan aku untuk menjemur padi.
"Baru pulang sekolah aku, Mak. Capek!" bantahku.
Sesak dada karena kesal atas sikap tak pengertian Emak. Matahari itu juga kenapa terik sekali? Membuat peluh membasahi seragam sekolahku saja, dan haus luar biasa.
"Emak tak sempat menjemur tadi pagi. Mumpung panas ini, cepat!"
"Ke mana aja Emak dari pagi kok gak sempat?" Sungutku dalam hati. “Aih! Mendidih isi kepala ini.”
Rasa kesal mencuat pada sikap dan wajahku. Kulempar begitu saja terpal penutup padi. Biasanya untuk meratakan bulir-bulir berwarna kuning emas itu menggunakan papan, dibuat bergandar dan bergerigi seperti garpu. Namun, kali ini aku meratakannya dengan menendang ke sana ke mari. Beberapa butir melesat keluar melewati tikar jemur. Akan tetapi, melihat itu aku justru sangat senang.
"Hei, Mawea! Sudah pulang sekolah kamu? Syukurlah. Anak pintar memang, kau bantu Emakmu, ya."
Tak kuhiraukan sapaan Uwa Badlah yang lewat pulang dari sawah. Pasti istrinya, Uwa Mina lupa lagi buatkan makan siang. Makanya Uwa Badlah harus pulang tengah hari.
"Emakmu pingsan tadi pagi di sawah. Bilang mantri kelelahan. Maag akutnya kumat dan belum sempat sarapan pagi. Mana Emakmu? Mudah-mudahan dia beristirahat. Jangan kerja dulu."


Deg! Jantungku seakan berhenti berdetak. Pingsan? Kelelahan? Tak sarapan? Maag akut?
Secepatnya aku berlari menaiki tangga rumah. Mencari di mana keberadaan Emak. Emakku itu tak pernah satu kali pun mengeluh sakit selama ini.
Aku berdiri kaku mendapati Emak tergolek miring di lantai dekat dapur kayu. Matanya terpejam. Di tangannya ada kapak kecil untuk membelah kayu yang bongkahannya masih agak besar.
Seketika kekesalan tadi mendorong air mata keluar dari kelopak. Dada sesak karena marah berubah menjadi penyesalan. Aku gemetar, lututku terasa tak mampu menopang tubuh. Separuh limbung aku memeluk sosok tak lagi bergerak.
"Emaaaaaaaaaaakkkkkk!"

Kaltim, 13 Juni 2019

Biodata:

Wanita sederhana bernama lengkap Riyanti ini lahir pada tanggal 01 Januari di Babulu Darat, kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara.
Menulis merupakan terapi fisik dan jiwa baginya. Ia akan terus berusaha belajar, menitipkan kebaikan walau pun itu hanya dalam satu kata.
Di akun Facebooknya, Riyanti menanti saran dan kritik di sana.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.