==================
Prolog
*******
Dia mati.
Di tepi danau.
Kata penyidik kemungkinan bunuh diri.
***
Briana Jhonson.
Bagaikan peri cantik bergaun putih, berbaring menghadap langit dengan mata membuka. Biru cerah namun tak lagi bersinar.
Bahkan, rangkaian hiasan bunga edelweis masih tersemat dengan rapi di gelungan rambutnya yang putih keperakan.
Kontras dengan warna merah yang merambat membayang di sekitar tubuhnya.
Wajahnya damai sekali.
Malaikat dari kota kecil Pensyllvania itu terlihat seperti sedang memandang damai ke langit yang mulai benderang.
Zoe, anak didik yang pertama kali menemukannya.
Mengapung di atas danau di belakang kediaman keluarga Smith.
Gemetar, pucat pasi dan tidak bisa mengucapkan kata-kata, hanya meringkuk di sudut kamar miliknya, remaja berusia 15 tahun itu bahkan tidak merespon ketika Ibunya mengangsurkan satu sloki brandy ke wajahnya.
Nyonya Smith akhirnya hanya mendesah dan berdiri lalu berjalan menuju jendela. Ia mengintip dengan masgyul ke arah danau dan terisak.
Police line telah dipasang mengitari TKP. Ahli forensik, polisi, dan detektif berlalu-lalang menyelidiki tempat itu.
Tak lama kemudian, wartawan mulai berdatangan, menyemut mengelilingi police line.
"Cih, jangan biarkan mereka melewati garis, Sam."
Perintah kepala polisi yang tampak berwibawa dan tua. Polisi yang dipanggil Sam, mengangguk dan cepat-cepat menghalangi para wartawan yang mulai merangsek ke arah TKP.
"Gadis yang sangat cantik," ucap polisi tua itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Sedang apa ia di sini?" Lanjutnya penuh tanya. Mata birunya menyelidik memandang si mayat.
Laki-laki yang diajaknya bicara hanya diam, memandangi mayat itu dan sekitar TKP.
"Kau tahu siapa dia, nak?" Tanya lelaki tua itu.
Cameron Kincaid hanya memandangnya sebentar, menggeleng lalu kembali sibuk menyisir lokasi kejadian. Ia mulai memakai handscoon. Si Tua Donaldson mendesah berat.
Detektif muda yang baru dipindahtugaskan ke kota kecil ini memang pendiam dan tidak bisa ditebak apa yang dipikirkannya.
Si tua Donaldson memandang ke sekeliling dan berseru ketika melihat Kincaid berjongkok di samping mayat.
"Apa yang kau lakukan, nak? Biarkan forensik yang menangani-nya! Kau akan merusak barang bukti!" Serunya memerintah.
Kincaid bergeming. Ia bahkan merendahkan kepala hingga hampir menyentuh kepala si mayat.
Bau daging yang mulai membusuk menguar menyentuh hidung, tapi tak membuatnya menghentikan tingkah lakunya.
Kincaid melihat sedikit goresan di dekat mata sebelah kanan. Walaupun menggunakan make-up sempurna, ia juga melihat lebam biru di dekat mata si mayat.
Kincaid mengangkat kepalanya. Wajahnya sama saja seperti tadi. Datar dan dingin.
Si Tua Donaldson menghampirinya. Kepala satuan kriminal di kota ini memandangnya dengan tanya.
Tapi, Kincaid hanya diam. Ia bergerak ke arah tangan kanan Briana yang mengepal. Dengan sedikit bersusah payah, laki-laki itu berhasil membuka paksa genggaman tangan mayat yang mulai kaku dan mengambil sesuatu darinya.
Si tua Donaldson mendekat. Penasaran dengan benda yang ditemukan Kincaid. Sesaat, keduanya hanya saling pandang dalam diam.
Suara reporter sayup-sayup merambat sampai ke telinga keduanya. Wanita berambut pirang di depan kamera dengan antusias melaporkan kepada rekannya :
"...., seperti yang kita lihat, di belakang saya merupakan tempat kejadian perkara dimana Briana Jhonson ditemukan dalam keadaan meninggal. Posisi saya sekarang, berada di danau yang terletak di halaman belakang kediaman keluarga Smith," wanita itu mengambil nafas sebentar,
"Dugaan penyidik, sementara, mengatakan bahwa ada kemungkinan bunuh diri, menilik dari keadaan mayat yang ditemukan."
Si tua Donaldson menggerutu dan menghardik anak buahnya untuk segera mengusir wartawan dari TKP.
Cameron Kincaid memandang sekilas pada mayat dan kembali mengamati benda yang ada di tangannya.
Sebuah kancing baju berwarna cokelat.
***
Mampir ke wattpadku akak. Udah part 3 😉
Biodata penulis :
Neesha Maretta bersama suami berdomisili di kota Lubuklinggau, Sumatera Selatan. Ibu dari empat orang anak ini gemar menulis sedari kecil, tetapi hanya untuk konsumsi pribadi.
Penggemar Agatha Christie dan Jane Austen ini mulai serius menekuni dunia literasi pada November 2018.
Dengan motto : Jenius itu 1 % ide hebat dan 99 % kerja keras, Insya Allah akan terus belajar mengembangkan diri dalam cintanya pada dunia kepenulisan.
Bagi yang ingin sama-sama berbagi ilmu dan krisan bisa menghubungi di :
• Wattpad : @Nisa_maretta
• Facebook : Neesha Maretta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.