Apa itu setia? Bagiku, setia bukan cuma untuk sepasang kekasih. Bisa untuk sahabat, bahkan pengawal sekalipun. Setia itu seperti akar dan pohonnya. Saling menguatkan. Tanpa akar, pohon akan tumbang. Dan karena kesetiaan akar pada pohonnya, muncullah bunga. Lalu jadilah buah. Lantas, mereka jadi satu kesatuan yang bermanfaat bagi banyak orang.
Lalu, bagaimana bila aku tetap setia kepada orang yang meninggalkanku? Gila. Mungkin itulah yang orang pikirkan saat ini. Tapi, aku tak peduli. Aku menyayanginya. Sangat menyayanginya. Meskipun aku tahu, dia tak hanya menyayangiku. Bahkan sekarang dia meninggalkanku bersama kehidupannya yang baru.
Di depan pintu, aku selalu menunggunya. Berharap dia akan pulang bertemu dan bersamaku lagi.
"Nining, aku sayang sekali padamu ...." Itulah yang dulu sering dia ucapkan padaku. Sambil membelai rambutku, dan membawaku ke pangkuannya. Kita bermesraan seperti sepasang kekasih yang dimabuk asmara.
Lalu hari itu, dia datang bersama seorang perempuan. Ya, aku akui, dia memang cantik. Senyumnya manis dan mempesona. Sejak saat itu, dia mengabaikanku. Menganggapku tak ada. Namun, hatiku terlanjur setia. Tak pernah sedikit pun aku ingin berpaling darinya.
***
"Sayang, ini Nining, pacar pertamaku." Dengan senyum mengembang, dia memperkenalkan perempuan itu kepadaku.
"Oh ... Jadi ini Niningmu itu? Cantik ya, manis sekali ...."
Wanita itu menatapku setengah jijik, aku tahu dari mimik wajahnya.
"Nining, ini Selvia. Calon istriku. Cantik, 'kan??"
Aku hanya mengangguk dan tersenyum. Hatiku terbakar cemburu, tak sanggup berkata-kata lagi. Hingga akhirnya kutinggalkan mereka berdua. Karena aku tak mau melihat kemesraan yang mereka ciptakan langsung di depan mataku.
***
Hari itu, dia pulang membawa pengantinnya. Disambut dengan gembira pula oleh ayah dan ibunya. Mereka memang pasangan yang sempurna. Dan aku hanya bisa memandangnya dari jauh. Berpura ikut menikmati hidangan yang disediakan untuk tamu.
Aku yakin, dia tak akan melupakanku meskipun ada perempuan itu di hidupnya sekarang. Tapi, ternyata aku salah. Sejak dia membawa pulang pengantinnya itu, dia tak lagi memandangku mesra seperti dulu. Bahkan, dia seperti sudah melupakanku.
Kecewa? Bukan. Ini lebih sakit daripada kecewa. Tapi, entah mengapa. Hati ini tetap terpatri untuknya. Aku bahkan telah berjanji tetap setia selamanya pada lelaki bermata biru itu.
***
Setahun kemudian, hadir lagi orang lain yang membuat dia semakin melupakanku. Yaitu putra yang sudah lama dinanti-nantikan. Sangat tampan, dan mirip seperti dia.
"Hey! Kamu jangan dekati anakku! Pergi sana!"
Istrinya mengusirku. Bahkan tega menendang tubuhku yang ringkih ini. Padahal aku hanya ingin melihat putranya. Aku juga ingin menyayangi putranya, sama seperti aku menyayangi ayahnya.
"Nining, kamu jangan dekati Alvian, ya! Nanti Selvia marah. Kamu paham 'kan, maksudku??"
"Ya, aku paham. Sangat paham. Aku cukup tahu diri. Aku memang tak sepatutnya mendekati anakmu," jawabku dalam hati.
Sakit? Tidak. Ini lebih dari sakit.
Kau tahu? Saat kau mencintai seseorang, dan merelakannya untuk orang lain, mendekatinya pun sudah tak boleh, ini lebih sakit dari pada terlindas kereta api. Tapi, hatiku pun tetap setia padanya. Tak pernah sedikit pun ingin berpaling darinya.
***
Hari ini, seratus hari kematiannya, dan aku masih tetap setia. Setiap hari kubawakan sekuntum bunga mawar, lantas ku letakkan di depan nisannya. Ingin kuumumkan kepada dunia, bahwa akulah yang paling setia kepadanya. Hanya aku yang paling mencintainya bahkan ketika dirinya sudah tak di dunia lagi.
"Lihatlah, Hans. Hanya aku yang paling mencintaimu di dunia ini. Mana istri dan anakmu? Setiap hari, hanya aku yang menemanimu di sini," ucapku sembari mengusap batu nisannya dengan kaki kecilku.
Di depan pusaranya, aku berdoa, jika kelak dilahirkan kembali, aku berharap kami dilahirkan dalam bentuk yang sama. Agar kami bisa bersatu sebagai pasangan. Bukan sebagai tuan dan peliharaan.
***
Bojonegoro, 20 Juli 2018
Biodata penulis :
Aiu Ratna, lahir di Bojonegoro, 25 tahun yang lalu. Seorang istri dan ibu dari dua orang anak. Hobi bernyanyi dan membaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.