Review Novel Tercyduk
Penulis: Feby Febryani
Penerbit: AE Publishing 2018
Cetakan pertama Desember 2018
ISBN: 978-602-51915-38-3
Novel dengan judul ‘Tercyduk’ ini merupakan sebuah novel rumah tangga yang mengajarkan agar para istri tidak lemah dalam menghadapi cobaan dan rintangan yang menerpa biduk rumah tangganya.
Siska seorang istri yang hebat dan tangguh dibantu Andi—keponakan suaminya—, mampu menciduk Rudi—suaminya—yang sedang bersama dengan Rena—sang Pelakor— di sebuah hotel tepat di depan pintu lift. Siska tak lagi menangis, justru dia tersenyum bisa memergoki pengkhianat cintanya.
Siska akhirnya menjadi seorang motivator ratusan korban pelakor. Memberi motivasi pada setiap wanita yang dikhianati oleh para suami. Wanita tak boleh lemah dan mudah percaya pada rayuan gombal pria.
Sosok siska dalam novel ‘Tercyduk’ ini benar-benar patut diacungi jempol. Dia mampu menjadi detektif penyelidikan dalam perselingkuhan suaminya. Bahkan, dia sanggup membuat sang pelakor mundur teratur dan meninggalkan Rudi. Dia mampu membawa Rudi kembali dalam pelukan untuk kedua kalinya, tanpa harus melakukan tindak kekerasan. Siska mampu membuat Rudi jera untuk berselingkuh dengan trik-trik yang hebat dan keren.
Novel ini rekomended bagi para istri maupun calon-calon istri. Kita bisa belajar trik-trik jitu seperti yang dilakukan Siska. Namun, dalam novel ini ada beberapa pengulangan kata yang sama dalam satu paragraf. Selebihnya novel ini keren.
💖
Bagian yang paling berkesan bagi saya dalam novel ‘Tercyduk’ ini adalah part dengan judul ‘Mundur Satu Langkah’, bagian di mana Siska balas dendam pada Rudi. Dulu Rudilah yang selalu sibuk dengan gadget-nya, tapi kini Siskalah yang selalu sibuk dengan gadget meskipun Rudi di rumah.
Di part ini Rudi juga menyesal dengan perselingkuhannya. Dia ingin memperbaiki hubungan rumah tangganya dengan Siska. Namun, Siska seolah enggan memaafkan. Bayangan Rena, pintu lift, lobi hotel, deretan screenshot percakapan penuh kemesraan memenuhi kepala Siska. Semua sudah terlambat.
Aku tidak akan pernah tahu bagaimana cara bangkit, jika aku tak pernah jatuh.
Aku tidak akan pernah tahu bagaimana cara mengampuni, jika aku tidak pernah disakiti.
Dari rasa sakit itulah, aku belajar memaafkan kesalahan orang lain meski sangat sulit.
(Siska)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.