Pasti sudah tahu kan POV itu apa? Ya, betul sekali. Pemilihan
Point Of View atau yang biasa
disingkat POV dalam cerita sangatlah
penting. Karena, jika memilih POV
yang tepat akan mempermudah membuat cerita yang menarik.
Pada karya cerpen
maupun novel. Secara umum, POV (Point Of View) hanya terdiri
dari dua pilihan yaitu, POV orang
pertama (aku, saya, gue, dan lain sebagainya) dan POV orang ketiga (dia, nama tokoh, lelaki itu, gadis itu, sang
pria, dan lain sebagainya).
Memang secara umum
penulis bebas memilih sudut pandang dalam karya tulis mereka atau cerita. Akan
tetapi, keduanya sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan serta kekhasan
dalam penggunaannya. Apabila penulis salah dalam penerapannya, maka akan
membuat tulisan kehilangan kualitas.
Baca juga: #Rabu_Puisi - Melepasmu - Lutfia Rahma - Sastra Indonesia Org
Pada saat menulis cerpen maupun novel ada dua sudut pandang atau Point Of View yang paling lazim digunakan.
Pada saat menulis cerpen maupun novel ada dua sudut pandang atau Point Of View yang paling lazim digunakan.
Pertama, sudut pandang
orang kesatu atau aku-an dan sudut pandang orang ketiga atau dia-an (dia bisa
juga nama). Misalnya:
a. Aku mencintainya dengan segenap jiwa dan raga. (Sudut pandang atau POV kesatu atau aku-an).
b. Pria itu berjanji akan menikahi Widia. (Sudut pandang atau POV ketiga atau dia-an).
c. Rayyan berjanji akan menjadikan Fatimah istri satu-satunya. (Sudut pandang
atau POV ketiga atau dia-an).
Secara umum, keduanya
bisa digunakan dalam tulisan apa pun, tergantung pilihan penulis. Namun, ada
perbedaan dalam penggunaannya yang banyak tidak diketahui penulis pemula.
Perhatikan perbedaan
sudut pandang orang pertama dan ketiga di bawah ini!
Ketika kita menggunakan
aku-an, maka imajinasi pengarang terbatas oleh keterbatasan aku, misalnya:
Contoh satu:
Aku berjanji tidak akan
pernah mau menerima Danu kembali. Sudah lima kali cowok itu mengecewakan. Bahkan
sebenarnya lebih dari itu, hanya saja aku tidak tahu.
Desi berjanji tidak
akan pernah mau menerima Danu kembali. Sudah lima kali cowok itu
mengecewakannya. Bahkan sebenarnya lebih dari itu, hanya saja Desi tidak tahu.
Baca juga: #Sabtu_Tema - Perpisahan - Alis Rahmawati
Baca juga: #Sabtu_Tema - Perpisahan - Alis Rahmawati
Coba baca baik-baik
kedua contoh di atas. Ada pelanggaran sudut pandang pada contoh satu di bagian “Bahkan
sebenarnya lebih dari itu, hanya saja aku tidak tahu.”
Kalimat di atas tidak
bisa digunakan karena si aku tidak
memiliki kapasitas untuk mengetahui kalau cowok itu lebih dari lima kali
mengecewakan. Aku hanya tahu yang
lima kekecewaan saja. Kekecewaan di luar itu si tokoh aku tidak tahu. Jadi, tidak boleh membuat narasi seperti di atas.
Tetapi apabila diberi
selipan kata ‘mungkin’, masih bisa. Misal, “Bahkan mungkin sebenarnya lebih
dari itu, hanya saja aku tidak tahu.”
Sedangkan pada contoh
dua narasi “Bahkan sebenarnya lebih dari itu, hanya saja Desi tidak tahu” boleh
dipakai. Sebab, kalimat tersebut adalah narasi sang penulis.
Penulis merupakan tuhan
atas cerita (sengaja huruf t pada tuhan tersebut ditulis huruf kecil sebab,
bukan tuhan beneran). Desi mungkin tidak tahu ada kekecewaan lain, tapi si
penulis yang membuat narasi tahu ada kekecewaan lain selain lima kekecewaan
yang diketahui Desi. Penulis tentu tahu semua, tidak ada batasannya. Narasi
tersebut milik penulis, bukan Desi.
Ketika memakai sudut
pandang ketiga atau dia-an, penulis bisa membuat narasi yang mengungkap isi
pikiran maupun hati semua orang yang ada dalam kisah. Sebab, narasi milik si
penulis, tuhan atas cerita. Sedangkan kalau memakai sudut pandang pertama atau
aku, penulis hanya tahu suara hati sendiri.
Dari segala
keterbatasannya, mengapa banyak penulis menggunakan sudut pandang aku?
Salah satu alasan sudut
pandang aku tetap populer sebab POV
tersebut bisa membuat pembaca seperti berperan dalam cerita, menjadi bagian
dalam cerita bukan penonton cerita.
Jika ingin tahu penjelasan
yang lebih lengkapnya silakan baca buku 101 Dosa Penulis Pemula karya Isa
Alamsyah. Karena, materi di atas saya juga merangkum dari buku beliau
menggunakan bahasa saya sendiri. Semoga bermanfaat.
0 Response to "Pemilihan POV (Point Of View) yang Tepat - Sastra Indonesia"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.