1. Penulisan Kata Ganti atau
klitik ku-, kau-, -ku, -mu, dan –nya
ü
Kata ganti atau
klitik ku- dan kau- ditulis
serangkai dengan kata yang mengikutinya sedangkan -ku, -mu, dan –nya ditulis
serangkai dengan kata yang mendahuluinya. Contohnya di bawah ini:
a.
Novel ini
boleh kaubaca.
b.
Novelku, novelmu, dan novelnya tersimpan di perpustakaan.
c.
Kantinnya sedang diperbaiki.
Klitik kau sendiri adalah kata ganti orang atas
engkau. Sekali lagi, kau adalah bentuk ringkas dari kata engkau. Bentuk ringkas begini biasa
disebut klitik dalam Bahasa Indonesia.
Kau dalam KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia hanya berarti
pronomina engkau (umumnya dipakai
sebagai bentuk terikat di depan kata lain).
Kau memang tak bisa asal disambungkan dengan
kalimat di depan atau di belakangnya seperti kata-kata yang termasuk klitik yang
lainnya.
Prinsipnya sama dengan penggunaan klitik ku. Klitik kau dan ku harus
digunakan dalam kalimat pasif.
Misalnya saja klitik ku yang bisa disambung dengan kata kerja tulis dan baca. Jadi kutulis atau kubaca. Tidak tepat apabila dituliskan seperti kumenuliskan atau kumembacakan.
Perhatikan jika mereka diletakkan dalam sebuah kalimat, yang benar adalah buku
itu sudah kubaca dua puluh kali, bukan sudah dua puluh kali
kumembacakan buku itu untuknya.
Mengapa demikian?
Sebab klitik ku dalam kalimat buku itu sudah kubaca dua puluh kali,
berbentuk pasif, aku baca (dibaca oleh aku). Sementara dalam kalimat sudah
dua puluh kali kumembacakan buku itu, klitik ku bersifat aktif. Lagi pula klitik ku tidaklah bisa berdiri sendiri. Dia harus diikuti atau mengikuti
kata lain. Sebab dalam KBBI atau Kamus Besar Bahasa Indonesia termasuk
buku Tesaurus Bahasa Indonesia tidak ada kata ku sebagai sinonim dari kata aku,
yang bersinonim dengan aku yaitu saya, hamba, awak, beta, ana, dan gue.
Berbeda dengan kau yang bersinonim dengan kamu, anda, engkau, saudara, dan sampean.
Maka dia bisa berdiri sendiri sebagai sebuah kata.
Baca juga: Matreri Tanda Elipsis - Sastra Indonesia
Baca juga: Matreri Tanda Elipsis - Sastra Indonesia
Namun, sebagai klitik kau hanya bisa mengikuti kata lain. Misalnya, berubah mejadi kaubaca bila bertemu kata baca seperti
dalam kalimat buku itu sudah kaubaca dua puluh kali. Tentu dengan
prinsip yang sama dengan klitik ku,
yakni harus dipakai atau digunakan dalam kalimat pasif.
Klitik sendiri punya dua macam. Pertama
disebut proklitik dan kedua disebut enklitik. Proklitik ialah sebutan klitik
yang letaknya di depan sebuah kata kerja. Misal, kutulis dan kautulis.
Sedangkan enklitik ialah klitik yang letaknya di belakang sebuah kata. Misal, jawabku atau kilahnya.
Dengan kata lain, klitik ku punya bentuk luas karena bisa digunakan sebagai enklitik dan proklitik.
Berbeda dengan klitik kau yang hanya
bisa digunakan sebagai proklitik.
Lantas, sekarang mana yang benar? Kaubaca atau kau baca? Kautulis atau kau tulis? Kaupikir atau kau pikir?
Ternyata semuanya benar. Kau bisa digunakan sesuka hati. Kaubaca,
kautulis, dan kaupikir benar
karena kau di dalam mereka merupakan
klitik dari kata engkau. Pun benar
dalam kau baca, kau tulis, dan kau pikir
karena kau di dalamnya bersinonim dengan
engkau, kamu, dan sebagainya.
Jadi, sekarang Anda pilih mau tulis kaubaca
atau kau baca? Kautulis atau kau tulis? Kaupikir atau kau pikir? Sama saja.
Baca juga: Materi Fiksi Mini - Sastra Indonesia
ü
Kata ganti atau klitik -ku, -mu, dan -nya dirangkaikan dengan
tanda hubung apabila digabung
dengan bentuk yang berupa singkatan atau kata yang diawali dengan huruf
kapital. Contohnya di bawah ini:
a.
KTP-mu
b.
STNK-ku
c.
THR-ku
d.
SIM-nya
2. Penulisan Partikel
ü
Partikel -lah,
-kah, dan -tah ditulis serangkai
dengan kata yang mendahuluinya. Contohnya
di bawah ini:
·
Bacalah buku ini baik-baik!
·
Apakah yang tersirat dalam surat ini?
·
Siapakah gerangan?
·
Apatah gunanya bersedih terus?
ü
Partikel per yang
berarti demi, tiap, atau mulai ditulis terpisah dari
kata yang mengikutinya. Contohnya di
bawah ini:
·
Mereka masuk ke
dalam kelas satu per satu.
·
Harga beras itu Rp50.000,00 per karung.
·
Karyawan dan
karyawati itu mendapat kenaikan gaji per satu
Januari.
Baca juga: Materi Di dan Ke - Sastra Indonesia
Baca juga: Materi Di dan Ke - Sastra Indonesia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.