#Kamis_Cerpen
03012018
MADU PILIHAN ISTRIKU
Pagi ini tak seperti biasa, aku lihat istriku banyak diam, mata sembab mungkin sebab menangis semalaman, entahlah. Juga tak banyak bercanda seperti biasa. Namun tetap menyiapkan makanan dan keperluanku yang lain sebelum berangkat kerja. Sepertinya dia sangat syok saat aku mengutarakan keinginan untuk menikah lagi tadi malam. Saat itu dia hanya diam tanpa geming dengan air mata terus menetes. Sebenarnya aku tak tega, tapi jikapun dia menolak untuk dimadu, akan kuurungkan niat tersebut.
"Yank, aku tau kamu sangat mencintaiku. Tapi ada hal-hal yang membuat kita seringkali bertengkar." ucapku memberanikan diri.
Istriku hanya mengangguk, dia sadar selama 7 tahun menikah itulah kekurangan yang tak bisa diperbaiki hingga hari ini. Rumah yang hanya rapi di jam-jam tertentu, karena mengurus tiga anak kami ditambah tipus yang dideritanya sehingga dia tidak bisa terlalu lelah. Aku sering kesal dan menaikkan suaraku, terkadang dia membantah dengan alasan-alasannya itu. Meski aku memahaminya, tetap saja kesal dan bantahannya itu membuatku semakin marah. Semua itu berujung dengan diamnya istriku mendengarkan omelan panjangku. Selain itu masakannya seringkali membuatku kehilangan selera, padahal aku harus menjaga stamina agar bisa memenuhi banyaknya kebutuhan keluarga. Tadinya aku berpikir itu hal biasa dalam rumah tangga, namun kenapa selama ini masalahnya selalu sama. Aku hanya lelaki biasa, tak bisa terus bersabar dan mendiamkan hal-hal tersebut.
Itu kelemahannya, namun tak lantas jadi alasan untukku menceraikannya dan mencari yang lebih sempurna. Tidak, tentu saja karena aku sadar istriku sudah banyak memberikan kebaikan untukku. Dia yang menjaga kehormatanku, dia juga yang melahirkan anak-anakku dengan taruhan nyawanya.
Sekali lagi jika saja dia menolak dipoligami aku akan menurutinya. Karena poligami dengan meruntuhkan rumah tangga yang dibina sebelumnya adalah keharaman. Aku hanya menghendaki kebaikan, untukku, untuknya dan untuk istriku yang kedua nantinya. Dengan begitu, akan ada yang menemaninya mengurus anak-anak dan rumah. Sehingga dia tak lagi kelelahan dan jatuh sakit. Jangan katakan kenapa tak sewa ART? Tentu saja terkadang penyakitnya membuatku harus "berpuasa."
Aku memang ingin menikah lagi tapi aku tak pernah menduakan istriku, apalagi main wanita dibelakangnya dengan jalan-jalan yang diharamkan dalam Islam. Aku lelaki baik-baik, yang juga ingin menjalani poligami dengan cara ma'ruf seperti yang diajarkan Rasulullah, sahabat, ulama salafus sholeh dan ulama-ulama hanif masa kini. Aku bahkan hanya akan menikah lagi jika istriku yang memilihkan calonnya untukku.
.
.
.
.
.
.
Sore hari saat aku pulang kerja, istriku menyambut dengan senyuman. Manis seperti biasanya, tadinya sepanjang kerja aku terus memikirkannya dengan perasaan khawatir. Tapi berbeda seperti yang kubayangkan, melihat senyumnya, rumah sangat rapi tak seperti biasanya, dia juga menyajikan makanan lezat, ini aneh, pikirku. Dan rasa masakannya tak asing, bukan masakan istriku, aku mencoba mengingat masakan siapa tapi gagal.
Aku heran dan mulai bertanya "Yank, apa semua baik-baik saja?"
"Iya sayang, memangnya kenapa?" jawabnya sambil sibuk melepas pakaian kerjaku.
Kucoba memegang tangannya, kucium..
"Hassyeimm.." belum sempat bibirku mendarat di jari-jarinya aku sudah bersin.
"Hassyeimm.." belum sempat bibirku mendarat di jari-jarinya aku sudah bersin.
"Hihi, maaf Yank, tadi habis beresin tempat bumbu di dapur, terasinya pada meleleh. Karena Ayah datang, aku buru-buru buka pintu jadi cuci tangan sekenanya."
Aish istriku memang ceroboh, merusak romansa saja. Tapi aku berusaha tersenyum menjaga hatinya yang rapuh itu.
"Soal tadi malam, apa kamu mau buktikan bahwa kamu bisa berubah dan kita gak perlu cari adik madu untukmu?" tanyaku masih hati-hati.
Jawabannya diluar dugaanku,
"Tidak kok. Aku mau di madu. Lagipula dengan kondisi anak-anak yang masih kecil mana bisa rumah selalu rapi, tapi soal masakan aku akan terus belajar sampai kamu menyukai masakanku."
"MaasyaAllah.. Aku pikir kamu menolak Yank, dan gak mau dipoligami. Tapi sudah tujuh tahun loh Yank masa' belum klekk juga sih rasanya.." aku segera berhenti bicara karena keceplosan menyerang kekurangannya lagi. Istriku hanya melotot kearahku sambil tersenyum kecut, menakutkan sekali lebih menyeramkan ketimbang Suzanna.
Sepersekian detik kemudian dia bicara, tanpa membahas lagi masalah yang membuat kami bertengkar itu. Lega rasanya.
"Memilih monogami boleh, tapi kita juga jangan katakan menolak syariat poligami karena poligami adalah bagian dari ajaran Islam, meski tak dihukumi wajib ataupun sunnah, hukum asalnya boleh. Menolak Islam sama dengan menolak Allah sebagai Tuhannya. Aku tidak seperti sesembak ketua partai yang bilang menolak poligami itu, no way!"
"Lho bukannya dia dulu idolamu, katamu dia pinter kalau jadi pembawa berita, meski nonmuslim tapi objektif. Trus, Maksudnya kamu milih monogami aja gitu?" tanyaku berusaha memastikan.
"Itukan dulu waktu dia masih jadi pembawa berita di stasiun kesukaaku TV One. Kalau sekarang dia memerangi perda syariah tentu saja aku akan berdiri paling depan menentangnya. Hehe, ini makanan dari calon istri kamu lho Yah." jawabnya santai. Aku hampir tersedak tak percaya mendengar ucapan terakhirnya.
"Aku sudah pikirkan masak-masak, jika ini untuk kebaikan kenapa tidak? Tenang saja aku sudah mengurus semuanya, saat wanita itu aku tanya apakah dia mau jadi adik maduku dia mengiyakan tanpa pikir panjang. Aku tak heran karena kamu terkenal baik di kampung dan tempat kerjamu." Imbuhnya lagi.
Cepat sekali, tak sampai 24 jam dia sudah mengurusnya. Aku hanya takjub melihat kesholehahan wanitaku. Dia pandai sekali memilih calon madu, pintar masak, ini benar-benar makanan kesukaanku. Aku berharap wanita itu juga sehat dan pandai beres-beres di rumah. Sehingga semua berjalan seperti yang aku bayangkan. Bukan, itu tak seperti bayangan netizen bahwa aku akan mengajak dua istriku tinggal satu atap, karena itu tidak diperbolehkan dan memicu "perang" antar istri. Tapi tentu saja dengan rumah berbeda dan berdekatan, dengan begitu mereka bisa akrab dan saling bantu.
Tibalah hari dimana aku akan dipertemukan dengan calonku oleh istriku. Setelah menitipkan anak-anak pada neneknya kamipun berangkat ke rumah calon istri keduaku. Degdegan rasanya, sepertinya aku akan jatuh cinta lagi.
Sampailah kami pada satu rumah, tak begitu jauh dari rumah kami, sekitar tiga kilo meter. Rumah sederhana, bersih, begitu masuk perabot tersusun rapi, sungguh wanita yang pandai mengurus runah. Seorang wanita muda mempersilahkan kami masuk, cantik pikirku. Tapi ternyata bukan dia. Ah tak apa toh bukan cantiknya yang aku perlukan. Di ruang tamu ada sosok wanita duduk menghadap ke dalam. Memakai jilbab lebar, agak gendut, dialah calonku bisik istriku. Aku semakin berdebar, hingga saat kami duduk saling berhadapan. Astagfirullah, itukan mbok Darmi janda separuh baya yang biasa jualan di warteg dekat tempat kerjaku. Kulihat Mbok Darmi tersenyum, itu membuat hatiku semakin perih. Aku mencoba menenangkan diri, tak bisa. Akhirnya aku gandeng istriku buru-buru pergi dari situ tanpa memperhatikan reaksi Mbok Darmi dan keluarganya. Istriku pura-pura panik dan bertanya kenapa, ditambah dia menahan untuk tertawa, aku tau itu.
"Hassem, aku kena lagi" rutukku dalam hati.
Maaf saja, bukan aku tak gentle atau tak bisa memegang komitmen kami bahwa aku akan menikahi siapapun madu pilihan istriku. Tapi setelah pertemuan dengan Mbok Darmi hari ini membuatku sadar bahwa poligami harus dipikirkan secara mendalam dan banyak sekali hal yang harus dipertimbangkan.
END
***
Terimakasih untuk krisannya.
Terimakasih untuk krisannya.
Mohon komentar santun ya netizen, terutama muslimah. Pada dasarnya poligami itu boleh dalam Islam, silahkan jika anda memilih monogami. Tapi jangan menolak hukum Islam tersebut dan mencaci para pelakunya. Yang penting toh bukan suami kita. 😊🙏
LA, 26122018
#penulis hanya seorang mahmud alias "mamah imood" 😁
Yang suka nulis tapi males baca, itu kenapa karyanya hanya receh. Tks.
Yang suka nulis tapi males baca, itu kenapa karyanya hanya receh. Tks.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.