Judul : Romansa Puber Kedua
Penulis : Ni Roha
Panjaitan
Penerbit : Diandra Kreatif, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, September 2018
Tebal : xii + 191
halaman
ISBN : 978-602-336-763-4
Peresensi : Lenni Ika Wahyudiasti
Siapa bilang kisah cinta hanya boleh dimiliki remaja lajang?
Tak pantaskah momen ‘berjuta rasanya’ itu kembali dirasakan oleh mereka yang tak lagi muda? Bagaimana bila panah asmara
ini menghunjam dua anak manusia yang salah satunya masih terikat tali
pernikahan? Akankah kisah mereka berakhir dengan lara tak berkesudahan?
Mungkin novel sederhana karya Ni Roha Panjaitan ini bisa menjadi salah satu jawaban.
Bercerita tentang perjalanan cinta seorang duda yang berprofesi sebagai
dokter spesialis sebuah rumah sakit di Semarang, kisah romansa ini berawal dari pertemuan Emak Maghrib, seorang ibu beranak
tiga, dengan dokter yang menangani anak bungsunya
saat menjalani rawat inap di rumah sakit tempat sang dokter bekerja. Maghrib, nama bocah tujuh tahun tersebut, didiagnosa menderita ITP (Imunne Thrombocytopenic Purpura) yang berkorelasi dengan
kanker darah.
Rutinitas kontrol selama berbulan-bulan
pasca Maghrib diperbolehkan pulang membuat intensitas pertemuan Emak Maghrib
dan Pak Dokter menjadi cukup sering. Awalnya Emak Maghrib tak merasakan hal
yang berbeda setiap bersua dengan Pak Dokter, namun instingnya sebagai
perempuan dewasa menyadarkannya bahwa sang dokter memiliki perasaan khusus
kepadanya. Apalagi Pak Dokter mulai rutin menyapanya lewat aplikasi Whattsap yang tersemat di gawai mereka.
Bahkan tanpa sungkan, duda ganteng yang kharismatik ini pun langsung menyatakan perasaannya pada perempuan asal Medan itu.
[Njenengan
wanita tangguh dan smart. Jujur sejak mulai mengenal Njenengan, saya tertarik
dengan Njenengan. Dan saya siap menunggu sampai waktunya tiba.]
BOOMMM.....tanpa
tedeng aling-aling, Pak Dokter main tembak langsung. Walau aku sudah bisa
menebak ke mana arah pembicaraan beliau, tapi aku benar-benar tidak menyangka
kalau beliau berani seterus-terang itu. Antara tersanjung, kaget, dan sedikit
jengkel, aku mengumpat dalam hati. (hal. 29)
Meski awalnya perempuan yang biasa
disapa ‘Nyonya’ oleh sang
dokter tersebut bersikeras menolak cinta Pak Dokter dengan menegaskan statusnya sebagai
istri Wicaksono, ayah Maghrib, tak urung perhatian rutin nan gigih dari sang dokter lambat laun mulai menggoyahkan kesetiaannya. Perempuan
yang aktif menulis artikel dan jago bikin kue ini pun mulai menikmati bahkan
kecanduan chatting Pak Dokter,
kendati sebelumnya sempat meminta sang dokter menghentikan aktivitas chatting mereka lantaran ia merasa berdosa telah ‘mengkhianati’ sang suami dengan meladeni sapaan rutin
Pak Dokter setiap harinya.
Kisah pun bergulir hingga Emak Maghrib
bertemu dengan ibunda Pak Dokter saat putri kedua sang dokter, Mentari,
berulang tahun. Sambutan hangat ibunda Pak Dokter plus rona bahagia Lintang dan
Mentari, putri-putri sang dokter, saat menerima kehadirannya membuat ibu Edel,
Dhuha dan Maghrib ini ragu untuk berterus terang pada perempuan sepuh itu mengenai status yang membuatnya tak mungkin dipinang sang duda. Tak sesuai harapan,
pertemuan tersebut justru
berakhir dengan keputusan Emak Maghrib untuk mengakhiri ‘kedekatan’ mereka
berdua.
Jalinan konflik dalam novel romansa terbitan
Penerbit Diandra Kreatif ini memang sederhana. Namun, kisah
tentang seorang istri dan ibu yang diuji
kesetiaannya---tanpa sang suami tahu---oleh kehadiran dokter berkharisma
yang begitu memujanya tersebut disajikan dengan amat manis oleh penulis yang bernama
asli Rohani Panjaitan ini. Kepiawaian Rohani mengemas pergulatan batin kedua
tokoh utamanya melalui dialog-dialog cerdas mereka sukses membuat kisah sederhana yang ditulisnya
menjadi unik dan berbeda.
Ada kalanya kita dibuat gemas oleh
kegigihan dan kelugasan Pak Dokter memperjuangkan cintanya hingga nekat
‘menggoda’ Emak Maghrib yang notabene istri orang itu. Namun, ada
saatnya pula kita dibikin
terharu oleh kalimat elegan sang dokter ketika menerima pilihan untuk
mengakhiri ‘hubungan tak berujung’ tersebut. “Tapi karena Njenengan begitu berharga buat saya, saya tidak akan
merusak Njenengan. Saya akan melindungi Njenengan dengan cara menjauhi
Njenengan. Maaf kalau saya sudah mengganggu kesetiaan Njenengan kepada suami.”
(hal. 163).
Keunikan novel yang terbit pada September 2018 ini juga tersaji lewat kesengajaan penulis yang tak mencantumkan
nama asli dua tokoh utama yang mengalami ‘puber kedua’ tersebut. Walhasil, sebutan
Emak Maghrib alias Nyonya Wicaksono dan Pak Dokter dirasa cukup untuk mewakili
identitas mereka. Keunikan lainnya adalah penggunaan istilah Jawa ‘njenengan’ sebagai kata ganti orang
kedua dan beliau’ sebagai pengganti
kata ‘ia’. Kehadiran dua kata
tersebut seolah mewakili
kesantunan komunikasi dan perasaan hormat di antara pria Jawa dan perempuan njawani yang menjadi tokoh utama kisah ini.
Selain keunikan yang menjadikannya
berbeda, ada sejumlah catatan kecil untuk novel setebal 191
halaman ini. Typo kecil seperti
kesalahan peletakan tanda baca dan penulisan huruf kapital pada beberapa kalimat,
perlu menjadi perhatian. Tak cuma
itu. Pemilihan warna dan
bentuk huruf pada sampul belakang novel juga terasa kurang pas. Akibatnya, penggalan kisah yang tertulis di sana menjadi tak jelas terbaca. Di samping itu, penajaman konflik antar
tokoh, termasuk tokoh pendamping dan desain tata letak tiap halaman yang lebih eye
catching mungkin perlu pula ditambahkan agar pada cetakan berikutnya novel keren
ini kian memikat.
Secara keseluruhan novel sederhana bertajuk Romansa
Puber Kedua ini sangat
menarik. Meski endingnya terkesan mudah ditebak,
namun kejelian penulis menyuguhkan epilog yang mengungkap banyak hal tak
terduga ternyata menjadi twist ending
yang mengharukan dan mampu meremas-remas
emosi pembaca. Penasaran? Silakan membaca novel ini hingga tuntas!
---oo000oo---
Biodata Peresensi
Nama lengkap : Lenni Ika Wahyudiasti
Pekerjaan : PNS pada
Kantor Wilayah DJBC Sulawesi Bagian Utara
Alamat kantor : Gedung
Keuangan Negara Manado Lt. 1-2,
Jalan
Bethesda No.6-8, Manado
Pendidikan : Alumni Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta
No. HP/WA : 08129947967
Alamat email : lenniika@yahoo.co.id
Pengalaman literasi : - Buku solo bertajuk "Pada Sebuah
Ramadhan"
(Goresan Pena Publishing, 2014)
- lebih dari 120 buku antologi
bersama (puisi dan cerpen) yang diterbitkan oleh berbagai penerbit mayor dan
indie (self publishing)
- beberapa kali menjadi juara
dalam lomba literasi di dunia maya dan lingkungan internal DJBC maupun
Kementerian Keuangan
- beberapa opini/artikel di
Harian Tribun Manado dan Majalah Warta Bea Cukai (sejak 2012 s.d
sekarang)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.