Sabtu, 29 Desember 2018

Ujian Cinta dan Kesetiaan di Puber Kedua - Lenni Ika Wahyudiasti (Resensi Buku)





Judul                            :  Romansa Puber Kedua
Penulis                         :  Ni Roha Panjaitan
Penerbit                       :  Diandra Kreatif, Yogyakarta
Cetakan                       :  Pertama, September 2018
Tebal                           :  xii + 191 halaman
ISBN                           :  978-602-336-763-4
Peresensi                     :  Lenni Ika Wahyudiasti

Siapa bilang kisah cinta hanya boleh dimiliki remaja lajang? Tak pantaskah momen ‘berjuta rasanya’ itu kembali dirasakan oleh mereka yang tak lagi muda?  Bagaimana bila panah asmara ini menghunjam dua anak manusia yang salah satunya masih terikat tali pernikahan? Akankah kisah mereka berakhir dengan lara tak berkesudahan?

Mungkin novel sederhana karya Ni Roha Panjaitan ini bisa menjadi salah satu jawaban. Bercerita tentang perjalanan cinta seorang duda yang berprofesi sebagai dokter spesialis sebuah rumah sakit di Semarang, kisah romansa ini berawal dari pertemuan Emak Maghrib, seorang ibu beranak tiga, dengan dokter yang menangani anak bungsunya saat menjalani rawat inap di rumah sakit tempat sang dokter bekerja. Maghrib, nama bocah tujuh tahun tersebut, didiagnosa menderita ITP (Imunne Thrombocytopenic Purpura) yang berkorelasi dengan kanker darah.

Rutinitas kontrol selama berbulan-bulan pasca Maghrib diperbolehkan pulang membuat intensitas pertemuan Emak Maghrib dan Pak Dokter menjadi cukup sering. Awalnya Emak Maghrib tak merasakan hal yang berbeda setiap bersua dengan Pak Dokter, namun instingnya sebagai perempuan dewasa menyadarkannya bahwa sang dokter memiliki perasaan khusus kepadanya. Apalagi Pak Dokter mulai rutin menyapanya lewat aplikasi Whattsap yang tersemat di gawai mereka. Bahkan tanpa sungkan, duda ganteng yang kharismatik ini pun langsung menyatakan perasaannya pada perempuan asal Medan itu.

[Njenengan wanita tangguh dan smart. Jujur sejak mulai mengenal Njenengan, saya tertarik dengan Njenengan. Dan saya siap menunggu sampai waktunya tiba.]

BOOMMM.....tanpa tedeng aling-aling, Pak Dokter main tembak langsung. Walau aku sudah bisa menebak ke mana arah pembicaraan beliau, tapi aku benar-benar tidak menyangka kalau beliau berani seterus-terang itu. Antara tersanjung, kaget, dan sedikit jengkel, aku mengumpat dalam hati. (hal. 29)

Meski awalnya perempuan yang biasa disapa ‘Nyonya’ oleh sang dokter tersebut bersikeras menolak cinta Pak Dokter dengan menegaskan statusnya sebagai istri Wicaksono, ayah Maghrib, tak urung perhatian rutin nan gigih dari sang dokter lambat laun mulai menggoyahkan kesetiaannya. Perempuan yang aktif menulis artikel dan jago bikin kue ini pun mulai menikmati bahkan kecanduan chatting Pak Dokter, kendati sebelumnya sempat meminta sang dokter menghentikan aktivitas chatting mereka lantaran ia merasa berdosa telah ‘mengkhianati’ sang suami dengan meladeni sapaan rutin Pak Dokter setiap harinya.

Kisah pun bergulir hingga Emak Maghrib bertemu dengan ibunda Pak Dokter saat putri kedua sang dokter, Mentari, berulang tahun. Sambutan hangat ibunda Pak Dokter plus rona bahagia Lintang dan Mentari, putri-putri sang dokter, saat menerima kehadirannya membuat ibu Edel, Dhuha dan Maghrib ini ragu untuk berterus terang pada perempuan sepuh itu mengenai status yang membuatnya tak mungkin dipinang sang duda. Tak sesuai harapan, pertemuan tersebut justru berakhir dengan keputusan Emak Maghrib untuk mengakhiri ‘kedekatan’ mereka berdua.

Jalinan konflik dalam novel romansa terbitan Penerbit Diandra Kreatif ini memang sederhana. Namun, kisah tentang seorang istri dan ibu yang diuji  kesetiaannya---tanpa sang suami tahu---oleh kehadiran dokter berkharisma yang begitu memujanya tersebut disajikan dengan amat manis oleh penulis yang bernama asli Rohani Panjaitan ini. Kepiawaian Rohani mengemas pergulatan batin kedua tokoh utamanya melalui dialog-dialog cerdas mereka sukses membuat kisah sederhana yang ditulisnya  menjadi unik dan berbeda.

Ada kalanya kita dibuat gemas oleh kegigihan dan kelugasan Pak Dokter memperjuangkan cintanya hingga nekat ‘menggoda’ Emak Maghrib yang notabene istri orang itu. Namun, ada saatnya pula kita dibikin terharu oleh kalimat elegan sang dokter ketika menerima pilihan untuk mengakhiri ‘hubungan tak berujung’ tersebut. “Tapi karena Njenengan begitu berharga buat saya, saya tidak akan merusak Njenengan. Saya akan melindungi Njenengan dengan cara menjauhi Njenengan. Maaf kalau saya sudah mengganggu kesetiaan Njenengan kepada suami.” (hal. 163).

Keunikan novel yang terbit pada September 2018 ini juga tersaji lewat  kesengajaan penulis yang tak mencantumkan nama asli dua tokoh utama yang mengalami ‘puber kedua’ tersebut. Walhasil, sebutan Emak Maghrib alias Nyonya Wicaksono dan Pak Dokter dirasa cukup untuk mewakili identitas mereka. Keunikan lainnya adalah penggunaan istilah Jawa ‘njenengan’ sebagai kata ganti orang kedua dan beliau’ sebagai pengganti kata ‘ia’. Kehadiran dua kata tersebut seolah mewakili kesantunan komunikasi dan perasaan hormat di antara pria Jawa dan perempuan njawani yang menjadi tokoh utama kisah ini.

Selain keunikan yang menjadikannya berbeda, ada sejumlah catatan kecil untuk novel setebal 191 halaman ini. Typo kecil seperti kesalahan peletakan tanda baca dan penulisan huruf kapital pada beberapa kalimat, perlu menjadi perhatian. Tak cuma itu. Pemilihan warna dan bentuk huruf pada sampul belakang novel juga terasa kurang pas. Akibatnya, penggalan kisah yang tertulis di sana menjadi tak jelas terbaca. Di samping itu, penajaman konflik antar tokoh, termasuk tokoh pendamping dan desain tata letak tiap halaman yang lebih eye catching mungkin perlu pula ditambahkan agar pada cetakan berikutnya novel keren ini kian memikat.   

Secara keseluruhan novel sederhana bertajuk Romansa Puber Kedua ini sangat menarik. Meski endingnya terkesan mudah ditebak, namun kejelian penulis menyuguhkan epilog yang mengungkap banyak hal tak terduga ternyata menjadi twist ending yang mengharukan dan mampu meremas-remas emosi pembaca. Penasaran? Silakan membaca novel ini hingga tuntas!

---oo000oo---





Biodata Peresensi



Nama lengkap          :    Lenni Ika Wahyudiasti
Pekerjaan                  :    PNS pada Kantor Wilayah DJBC Sulawesi Bagian Utara
Alamat kantor          :    Gedung Keuangan Negara Manado Lt. 1-2,
                                      Jalan Bethesda No.6-8, Manado
Pendidikan               :    Alumni Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) Jakarta
No. HP/WA             :    08129947967
Alamat email            :    lenniika@yahoo.co.id
Pengalaman literasi  :    - Buku solo bertajuk "Pada Sebuah Ramadhan"
                                        (Goresan Pena Publishing, 2014)
- lebih dari 120 buku antologi bersama (puisi dan cerpen) yang diterbitkan oleh berbagai penerbit mayor dan indie (self publishing)
- beberapa kali menjadi juara dalam lomba literasi di dunia maya dan lingkungan internal DJBC maupun Kementerian Keuangan
- beberapa opini/artikel di Harian Tribun Manado dan Majalah Warta Bea Cukai (sejak 2012 s.d sekarang)                     






Jumat, 28 Desember 2018

Iyaaki Hubbii - Daud Farma



Hari ini adalah kesekian kalinya ia mendapatkan kiriman biskuat, coklat dan surat dari seseorang yang menaksir dirinya, namun belum pernah sekalipun ia membalas kiriman tersebut. Alangkah penasarannya lelaki yang menaksir dirinya, sebab jangankan balasan bingkisan, biskuat, coklat dan surat, balasan senyum saat jumpa di kuliah saja pun ia tidak menghiraukan. Mereka kuliah kedokteran di Zagazig, salah satu provinsi dari ibu kota Kairo. Pemuda itu bertekad ingin mengkhitbah dan melangsungkan pernikahan apabila ia telah membalas bingkisan-bingkasan itu, karena pemuda itu yakin jikalau orang yang ditaksirnya membalas kirimannya, itu artinya ia mau menerima cintanya. 

Siang itu sehabis kuliah, Salma sedang berjalan menuju gerbang utama bersama dua orang sahabatnya Sarah dan Zainab. Begitu sampai di luar gerbang dan orang-orang telah jauh berjalan meninggalkan kampus, hanya mereka bertiga. Kemudian Zainab mengeluarkan bingkisan yang diberikan pemuda yang menaksir Salma, pemuda itu selalu mengirimkannya lewat Zainab saat perkuliahan usai. Salma langsung menyuruh Zainab untuk membukanya, namun Zainab tidak mau, karena itu bukan untuknya.

"Silakan, Salma sendiri yang membukanya! Seperti biasa." kata Zainab sambil tersenyam-senyum, mereka duduk di bawah pohon kurma yang rindang, tidak jauh dari kampus. 

Salma membuka bingkisan itu, dan seperti biasa di sana ada potongan kertas kecil yang terselipkan di dalam bingkisan bolu coklat. Salma berharap semoga tulisan itu berubah, dan ia tidak ingin membaca tulisan yang seperti sebelumnya, ada alasan yang membuatnya kenapa ia tidak menyukainya. Akhirnya Salma membuka gulungan kertas yang dipotong menjadi tiga inci itu, kertasnya berwarna pink. Ia buka perlahan, dan ia baca dengan saksama.

"Uhibbuki ya Ukhtii." 

Segera ia gulung kembali dan ia selipkan di lembaran kamus yang ia gendong, kamus Al-mujiz seharga lima pounds, lumayan tebal dan harganya terhitung murah, sehingga kamus itu diminati mahasiswa. Sarah dan Zainab tidak pernah membaca potongan kertas kecil itu, mereka juga penasaran apa isi potongan kertas itu, yang mereka herankan ialah kenapa Salma belum membuka hatinya untuk pemuda yang mencintainya dan ingin menikahinya. 

Selesai makan biskuat dan bolu coklat, mereka bertiga akhirnya kembali ke rumah masing-masing. Sampai di rumah, Salma mengaftikan handphone miliknya yang sudah penuh diisi batrai, ia cabut dari cargher kemudian ia buka, ada inbox masuk dari pemuda yang mencintai dirinya. Setiap kali ada kiriman coklat, pasti pemuda itu juga mengirim inbox via whatsapp, ia sudah menebak apa isi inbox itu.

"Uhibbuki ya ukhtii." benar, kata itu lagi yang ditulis pemuda itu dan ini inbox yang ke sekian kalinya. Sudah dua tahun, namun tulisan itu belum berubah, padahal Salma hanya ingin diubah sedikit saja dari naskah sakral cinta itu. Dia juga mencintai pemuda yang menaksir dirinya, namun karena kalimat yang ditulis pemuda itu tidak sesuai dengan yang ia inginkan, itulah penyebab ia menjadi ragu. Sementara pemuda itu tidak tahu apa yang diinginkan dan dimaksud oleh Salma, ia juga tidak tahu bahwa Salma cinta padanya, jikalau ia tahu, mungkin ia dan Salma sudah punya anak dua, sebab sudah dua tahun lamanya ia menunggu balasan Salma, namun sampai saat ini Salma tetap dingin dan membisu.

Hari ini adalah hari jumat, hari libur untuk umat muslim, khususnya warga negara republik Mesir. Pemuda itu tentunya tidak datang ke kuliah, begitu juga Salma. Pemuda itu akhirnya mengikuti talaqqi untuk pertama kalinya, itu pun karena diajak oleh temannya yang kuliah di jurusan Bahasa Arab, kebetulan pelajaran hari ini adalah Balaghah bersama, Syaikh Bilal Sulaiman. 

Di tengah-tengah pelajaran, Syaikh Bilal Sulaiman memberikan contoh-contoh dari pembahasan pelajaran balaghah kali ini, hingga sampai ke permisalan tentang Cinta. Syaikh Bilal Sulaiman menjelaskan, "Perbedaan antara kalimat dan arti yang terkandung dari kalimat 'Ana uhibbuki dan Iyaaki hubbii' ialah beda maksud dan maknanya. Jika seorang suami mengatakan kepada istrinya 'Ana uhibbuki', berarti kemungkinan ia akan menikah lagi, sebab pasti ada cinta selanjutnya, karena kalimat itu terlihat tidak sepenuhnya kuat dan tidak tegas. Namun jika memakai kalimat,'Iyaaki hubbii', maka tidak ada lagi cinta selanjutnya, hanya kepadamu dan dirimulah cintaku, itu adalah kalimat penegasan dan kalimat yang banyak disukai para akhwat yang mengerti perbedaannya, maka hati-hati mengungkapkan perasasn kepada istri yang mengerti kaidahnya!" papar Syaikh Bilal Sulaiman panjang lebar. 

Pemuda itu pun paham, ia tersenyum-senyum dan merasa bersyukur bisa hadir, ia baru tahu. Tidak sia-sia ia hadir talaqqi pada hari ini, ia berterima kasih banyak pada temannya yang mengajak dirinya. Pemuda itu juga baru sadar bahwa akhwat yang ia cintai selama ini ialah tamatan dari Tsanawiah Al-azhar Kairo yang kemudian tinggal di rumah sepupunya di provinsi zagazig untuk mengambil kuliah kedokteran. Pemuda itu tidak begitu tau banyak latar belakang Salma, ia hanya tahu bahwa Salma adalah orang Mesir. Parasnya yang cantik dan kulitnya putih, belasteran arab dan prancis.

Keesokan harinya, hari sabtu untuk minggu baru, awal pekan. Pemuda itu membeli tiga bingkisan bolu coklat. Dan begitu pulang dari kuliah, ia langsung menemui Zainab.

"Zainab, tunggu!" katanya sedikit keras, akhirnya Zainab memperlambat langkahnya.

"Ini bingkisan warna merah untukmu, biru untuk Sarah dan pink untuk Salma, jangan sampai tertukar ya?!"

"Oke, thanks." Lalu Zainab pun berlalu. Di bawah pohon kurma itu, Sarah dan Salma sudah menunggu lima menit yang lalu. Dengan tersenyum-senyum gembira Zainab menghampiri mereka.

"Ini yang merah untukku, biru untunk Sarah dan pink untuk Salma." kata Zainab sambil membagi bingkisan yang ada di tangannya.

"Lalu, punya siapa yang duluan kita buka?" tanya Sarah.

"Salma!" sahut Zainab, Salma hanya tersenyum lalu ia membuka bingkisan miliknya, segera ia ambil potongan kertas yang terselip di pinggir bolu yang seperti biasanya. Ia buka pelan-pelan gulungan itu. 

Ia baca secara saksama. "Bismillah, iyaaki hubbii."

"Alhamdulillah... Allahub Akbar!" teriaknya. Sarah dan Zainab heran, mereka tidak pernah melihat Salma segembira itu.

"Ayo kita segera pulang!" pinta Salma, matanya berkaca-kaca, kebahagiaan sedang bersahabat dengannya.

"Pulang???" ucap Zainab dan Sarah serempak. 

Lalu mereka pulang ke rumah masing-masing, dan Salma langsung mengabari kedua orangtuanya bahwa pemuda yang selama ini mencintainya telah mencintai dirinya dengan benar-benar cinta yang tulus, dan seakan-akan naskah sakral cinta itu menjelaskan kepadanya bahwa pemuda itu tidak akan memadu dirinya setelah menikah nanti. Kedua orangtuanya setuju, dan menyuruh Salma agar pemuda itu datang malam ini juga, agar dibicarakan untuk segera menikah. Salma kembali ke kamarnya, mengambil handphone miliknya, dan ia balas inbox yang masuk untuk ke sembilah puluh sembilan kalinya.

"Wa ana, iyaaaaaka hubiii ya akhii, Zuhair.".

Akhirnya mereka pun menikah, setelah sekian lamanya menunggu kalimat "Iyaaki Hubbii".

*Farma
Gamalia-Darrasah-Husain-Kairo-Mesir.
Kamis, 10 Maret 2016. 06:14 WK.


Tentang Penulis :


Nama lengkap Muhammad Daud Farma. Tempat dan tanggal lahir: Alur Langsat, 01 Oktober 1994. Desa Alur Langsat. Kec. Tanoh Alas. Kab. Aceh Tenggara. Almamater:  Pesantren Modern Dayah Perbatasan Darul Amin. Kuta Cane- Aceh Tenggara. Hingga saat ini masih menyandang status sebagai mahasiswa di kampus Universitas Al-Azhar. Kairo-Mesir. Pembaca dapat menghubungi penulis melalui: No whatsapp: +201011346855, akun instagram, @farma13Fan Page:  Cinta, Kamu Seorang Penulis, dan G-mail : ulviyeturk94@gmail.com