Dingin
Oleh : Lohanna Wibbi Assiddi
Aku rindu saat dingin menelusuri tubuhku, memasuki dagingku kemudian membelai mesra tulang-tulang badanku, aku rindu akan hal itu.Rindu saat dingin mengecup mesra hatiku sehingga hatiku merasa nyaman dan juga menggigil kedinginan. Ada sesuatu yang kurang saat aku tidak merasa kedinginan, dan aku jadi tidak malas untuk mandi, tapi kesejukan air kala aku menyiramkannya pada tubuhku sudah tidak aku rasakan lagi. Tubuhku sudah tidak mau menerima rasa dingin, dalam bentuk apapun.
Biasanya saat tengah malam keatas tubuhku akan merasakan dingin tapi sekarang tubuhku sudah menolak rasa dingin. Satu hari aku mencoba kedinginan dikulkasku, tapi tetap saja dingin yang diciptakan kulkas tidak diterima juga oleh tubuhku. Rasa sejuk yang tercipta dari minuman yang diberi es juga tidak aku rasakan, “seperti aku meminum air putih tanpa tambahan apapun,” jawabku pada Iblis saat dia menannyakan bagaimana rasa es yang dia bawa dari ujung dunia.
“Sejak kapan kamu merasakan hal ini?,” tanya Iblis, tentu dia berubah wujud menjadi manusia tua dengan wajah yang menyejukkan dan berwibawa, semua manusia tidak akan sanggup menatap makluk tuhan yang hidupnya sudah berjuta-juta tahun.
“Setidaknya sekitar tigapuluh sembilan hari yang lalu, darimana kamu satu bulan lamanya kamu tidak datang ketempatku ini?,” tanyaku padanya, saat itu aku duduk diteras kostku, aku sedang mencoba untuk menikmati angin semilir, tapi tetap saja tidak dapat aku rasakan, saat aku melamun, saat itulah Iblis datang secara tiba-tiba, memang dia adalah mahkluk bebas.
“Kamu harusnya bersyukur, kamu tidak perlu repot-repot membeli selimut untuk menghangatkan tubuhmu,” katanya.
Ada juga temanku dari golongan manusia mengatakan hal yang sama dengannya, tapi jika mereka merasakan tubuhku maka pasti mereka akan memilih mati daripada seperti ini. Rasa rindu pada dingin akan membuat mereka berputus asa, kamu tidak akan merasakan kedinginan, kesejukan meminum es kala siang hari yang panas, sensasi mandi pada jam 6 pagi yang begitu dingin, semua rasa itu hilang dan yang ada hanya hampa, mengalir saja tanpa perasaan, “kamu akan merasakan pahitnya tubuhku ini, jika kamu memiliki pasangan kemudian kamu bercinta, dan didalam bercinta itu kamu hanya diam saja, kamu melakukan apa yang cepat membuat kamu keluar, dan setelah keluar kamu dan pasanganmu bertingkah seperti tidak terjadi apapun, dan bahkan saat bercinta kamu dan pasanganmu tidak merasakan cinta, setidaknya kesejukan dalam bercinta,” kataku pada Iblis, dan dia hanya tersenyum sambil meminum es yang dibawanya.
Pada saat hari pertama aku mengira jika hal itu adalah wajar, memang saat itu hawa pagi tidaklah dingin tapi malah sedikit panas, maka aku mengira jika dinginnya air pagi tidak dapat aku rasakan karena memang hawanya sedang panas. Tapi kejadian it uterus berlangsung, bahkan saat aku mandi setelah subuh, tubuku juga tidak merasakan dingin, tubuh saya seolah biasa-biasa saja, tidak menggigil sama sekali, dan saat itulah aku mulai khawatir dengan tubuhku.
Aku sudah pergi ke beberapa dokter tapi mereka semua tidak mengetahui apa yang terjadi dengan tubuhku ini, bahkan ada yang mengatakan untuk mensyukuri karunia tuhan, “tidak merasakan dingin disebut sebagai karunia tuhan?,” tanyaku dalam hati, dan saat itu aku langsung keluar dari ruang praktek dokter itu.
Aku juga sudah pergi kedukun, tapi mereka juga tidak mengetahui kenapa tubuhku ini, hampir semua dukun yang aku datangi mengatakan jika tubuhku sehat-sehat saja dan tidak ada yang salah sama sekali, dan tidak merasakan dingin tidak membuat diriku rusak. “tapi mereka tidak merasakan rindunya tubuh ini pada dingin,” kataku dalam hati, saat aku sowan pada dukun yang dianggap sakti oleh masyarakat di kotaku, tapi dia menjawab dengan jawaban yang sama.
Dan semua usaha untuk membuat aku sembuh sudah aku lakukan, dan tidak ada hasil yang aku temukan, ke psikolog aku menanyakan apakah pikiranku rusak, tapi semua psikolog yang aku datangi mengatakan jika pikiranku baik-baik saja.
“Berikanlah saran untukku, setidaknya aku ingin merasakan sejuknya hatiku saat meminum es itu,” kataku pada Iblis, aku sudah menceritakan segalanya, tapi dia hanya tersenyum tidak menjawab pertanyaanku.
Jika ini sebuah kutukan maka hal itu tidak mungkin terjadi pada diriku, selama dua bulan terakhir aku menjalankan semua perintah agama, aku sering berdiskusi dengan Iblis tapi hal itu tidak membuat diriku kafir dan tidak menyembah tuhan lagi, bahkan saat itu Iblis pernah juga mengajakku untuk solat subuh. Dan semenjak hari itu saya menghormati pribadi Iblis sebagai mahkluk yang iklas dan bertakwa.
Kesalahan yang lain memang ada tapi hal itu wajar, aku sering pacaran dikontrakan kekasihku, dan tentu saat berduaan aku akan melakukan hal yang semacam itu, tapi saya rasa itu bukanlah hal yang menjadi alasan aku mendapat hukuman ini. Jika memang ia tentu akan banyak orang yang memiliki penyakit seperti diriku ini.
Dan apalagi perbuatan yang aku lakukan kecuali hal itu, diskusi sama Iblis, mengerjakan tugas kuliah, mencari makan, beribadah dan kemudian berduaan dengan kekasihku. Kehidupan yang normal dan jika karena salah satu dari itu aku dikutuk oleh tuhan maka saya akan mendebatnya.
“Tanyakan pada dirimu sendiri!,” katanya, hal itu malah membuat diriku bingung.
Setelah mengatakan hal itu dia berpamitan untuk pulang, “aku akan membuatkan gunung emas untuk anakku, dan mempersiapkan pemilihanku nanti,” katanya dan dalam sekejap dia hilang. Lalu aku mencoba berfikir apa yang menyebabkan diriku menjadi aneh semacam ini, aku tidak menemukan alasan yang pas untuk menjawab masalah tubuhku ini. Sementara rasa rinduku pada dingin sudah mulai hilang, aku sudah mulai putus asa, tigapuluh Sembilan hari aku mencoba mencari jawaban atas masalah tubuhku ini dan tidak kunjung aku peroleh.
***
Sekarang hari ke empatpuluh satu, dan saya masih tidak merasakan dingin, saya tidak merasakan nikmatnya meminum es saat panas. Kata dingin sudah aku hapus dalam memori kataku, tidak ada kata dingin, mandi pagi hari, siang hari atau tengah malam bagiku sama saja. Saat aku mandi aku Cuma merasakan belaian yang tidak mesra dari air, dia hanya melewati tubuhku tanpa menghembuskan nafasnya yang kadang mendinginkan diriku dan kadang menyejukkan diriku ini.
Kini aku sudah terbiasa dengan tidak merasakan dingin, aku tidak sibuk mencari obat dan alasan. Kehidupanku normal, setidaknya normal saat aku menghapus kosa kata dingin dari otakku.
BIODATA PENULIS
Saya adalah mahasiswa salah satu perguruan tinggi di Ponorogo, IAIN ponorogo.Saya mengambil Jurusan Ilmu Alquran dan Tafsir (IAT), selain kuliah saya juga mengikuti salah satu ukm di IAIN Ponorogo ini. Saya aktif di Lembaga pers mahasiswa (LPM) aL-Millah. Selain itu saya juga aktif dalam komonitas kecil “TEMUIRENG” yang konsen membahas isu-isu sosial dan produknya adalah bermacam-macam tulisan, cerpen, artikel, esai, opini, dan puisi .
Nama : LOHANNA WIBBI ASSIDDI
No hp : 085211508718
Alamat : Dusun Purworejo, Desa Mlarak, Kecamatan Mlarak, Kabupaten Ponorogo
0 Response to "Dingin - Lohanna Wibbi Assiddi"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.