Selasa, 10 Juli 2018

Review Novel Zahra dan Abyan




Novel karya Nurmalita Yasmin ini menceritakan tentang seorang gadis polos dan sholihah bernama Zahra Fatimah. Gadis cantik beralis tebal yang biasa dipanggil Ara ini merupakan siswi pindahan dari sebuah pesantren di Bandung. Setelah memutuskan pindah bersama keluarganya ke Jakarta, ia bersekolah di sebuah SMA swasta yang jauh dari kesan religius seperti saat berada di pesantren dulu.

Tak lama setelah pindah, Zahra bertemu dengan seorang preman sekolah bernama Muhamad Abyan Nandana. Keduanya dipertemukan ketika Zahra berusaha merelai sebuah perkelahian. Kejadian yang membuat gadis pemberani itu terluka, justru menjadi awal dari kedekatan mereka.

Setelah kejadian yang cukup menghebohkan itu, Zahra dan Abyan justru sering terlihat bersama. Namun belum juga kisah mereka dimulai, Zahra yang begitu taat kepada ajaran Islam mengalami kebimbangan. Sedangkan Abyan merasa bingung dengan sikap gadis yang tidak berhenti berlari di pikirannya itu.

Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? Akankah ada kisah cinta di antara keduanya? Silakan cari jawabannya di novel ini, hehehe.

Menurut saya, penulis novel ini mampu memainkan perasaan pembaca. Selain menghibur, cerita dalam novel ini juga mengandung tuntunan. Novel ini tidak hanya bercerita tentang ketaatan seorang gadis terhadap ajaran agama, namun juga ada cerita persahabatan, keluarga, dan cinta.

Awal membaca novel ini, saya langsung membayangkan sosok Dilan dan Nathan yang digabung menjadi seorang Abyan Nandana. Mungkin penulis novel ini juga merupakan penggemar Dilan dan Nathan seperti saya ya, hehe. Namun, bukan mencoba menggabungkan wajah Iqbal Ramdhan dan Jefri Nichol yang sama-sama tampan itu, tapi lebih kepada karakter yang mereka mainkan dalam film Dilan dan Dear Nathan. Gantengnya, nakalnya, lucunya, gemesnya, dapet.

Dari awal hingga akhir membaca novel ini, imajinasi saya dibuat terus melayang di udara. Bagaimana tidak? Setelah membayangkan sosok Abyan Nandana seperti sosok Dilan dan Nathan, selanjutnya saya dibuat membayangkan sosok Zahra Fatimah. Sambil senyum-senyum sendiri, saya menggambarkan sosok Zahra Fatimah seperti sosok Milea dan Salma (pasangan Dilan dan Nathan) tapi dalam versi syar’i, hehehe.

Jadi begini, penulis menggambarkan sosok Abyan Nandana sebagai seorang siswa yang sangat bandel di sekolah. Sering terlibat perkelahian, seragam acak-acakan, dan sering terlihat merokok di kantin sekolah. Namun, jangan salah. Selain terkenal karena sosoknya yang bandel, Abyan juga dikenal sebagai sosok tampan yang diinginkan banyak perempuan. Ditambah dengan motor gedenya yang keren, semakin lengkap saja kekerenan Abyan ini.

Sedangkan Zahra menjadi siswi pindahan seperti Milea dan Salma menuntutnya beradaptasi dengan lingkungan yang jauh berbeda dari sebelumnya. Sama-sama digambarkan sebagai sosok cantik dan lemah lembut, Zahra juga menjadi idaman banyak orang sama seperti Milea dan Salma. Bedanya, Zahra ini lebih islami. Ia dikenal sebagai seorang gadis sholihah yang dikagumi banyak pria.




Jadi bagaimana? Apakan kalian sependapat dengan saya? Hehehe. Bagi yang sudah baca, tolong komen ya!

Namun ingat, jauh dari kesan menjiplak lo ya. Kalau terinspirasi mungkin iya. Karena penulis novel Zahra dan Abyan ini membuat jalan ceritanya sendiri, tidak kalah menarik dengan jalan cerita Dilan dan Dear Nathan. Bagaimana tidak? Saya dibuat bertanya-tanya pada ending cerita ini. Bab demi bab dalam novel ini dikemas ringan namun tetap membuat penasaran.

Saya dibuat tidak percaya dengan jalan cerita novel ini, konflik yang hadir dalam novel ini juga sangat menarik. Sejujurnya, saya belum pernah membaca novel dengan cerita seperti ini. Ending dalam novel ini juga jelas bikin baper banget. Kalian harus baca sendiri dan rasakan sensasinya hehe.

Seperti yang saya bilang tadi, selain menghadirkan bacaan yang menghibur, novel ini juga memberikan tuntunan kepada pembacanya. Menurut saya, inilah poin plus dari novel ini. Konflik yang dihadirkan juga sangat cocok dengan keadaan seperti sekarang. Recommend banget buat di baca anak muda yang galau karena cinta yang belum halal, hehe. Selain itu bagus juga dibaca orang tua untuk dijadikan sebagai pelajaran.

Oh iya, selain bahas cerita Zahra dan Abyan yang gemesin, saya juga ingin membahas penampakan novel ini, hehehe. Novel berukuran 14×20 ini memiliki cover yang simple dan keren. Dengan warna putih bergaris seperti buku anak sekolah cukup menggambarkan kesan remaja. Apalagi ditambah dengan gambar sepatu convers hitam di bawah tulisan Zahra dan Abyan turut mempercantik tampilan depan cover novel ini.

Sedangkan tampilan belakang cover novel yang berharga 75.000 ribu ini juga tidak kalah keren. Cuplikan percakan Zahra dengan seorang teman cukup membuat baper. Ditambah dengan sedikit gambaran tentang sosok Zahra dan Abyan juga semakin menambah rasa penasaran. Selain itu, tak lupa nama penerbit AE Publishing terpampang di bagian pojok sebelah kiri, dan nomor ISBN 9786025468766 tepat di sebelah kirinya.

Tulisan dalam novel ini juga sangat rapi, hampir tidak ada typonya lo. Penggunaan beberapa kata dalam bahasa sunda juga tidak menjadi masalah, karena telah disediakan catatan kaki mengenai makna dari bahasa sunda tersebut. Jadi tidak perlu pusing kalau tidak mengerti artinya. Saya menghatamkan novel ini dengan sekali baca saja, tidak memerlukan waktu lama. Diantara ashar dan maghrib saja sudah cukum, untuk membaca 283 halaman yang terasa begitu singkat untuk novel sebagus ini hehe

Penggunaan font yang jauh dari kesan alay juga membuat pembaca merasa nyaman ketika membaca. Dan satu lagi, kualitas cover dan kertasnya tidak usah diragukan lagi. Karena novel  ini menggunakan soft cover dan kertas book papper 72 . Disediakannya pembatas buku juga sangat membantu dan semakin memberi kenyamanan saat membaca. Apalagi bagi yang ikut PO  pertama seperti saya, sudah dipastikan mendapatkan gantungan kunci yang gemesin seperti covernya lo. Hehe.


Sekian dulu review dari saya, sampai jumpa di review selanjutnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.