Novel karya Nurmalita Yasmin ini menceritakan
tentang seorang gadis polos dan sholihah bernama Zahra Fatimah. Gadis cantik
beralis tebal yang biasa dipanggil Ara ini merupakan siswi pindahan dari sebuah
pesantren di Bandung. Setelah memutuskan pindah bersama keluarganya ke Jakarta,
ia bersekolah di sebuah SMA swasta yang jauh dari kesan religius seperti saat berada
di pesantren dulu.
Tak lama setelah pindah, Zahra bertemu dengan
seorang preman sekolah bernama Muhamad Abyan Nandana. Keduanya dipertemukan ketika
Zahra berusaha merelai sebuah perkelahian. Kejadian yang membuat gadis pemberani
itu terluka, justru menjadi awal dari kedekatan mereka.
Setelah kejadian yang cukup menghebohkan itu, Zahra
dan Abyan justru sering terlihat bersama. Namun belum juga kisah mereka dimulai,
Zahra yang begitu taat kepada ajaran Islam mengalami kebimbangan. Sedangkan
Abyan merasa bingung dengan sikap gadis yang tidak berhenti berlari di pikirannya
itu.
Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? Akankah ada
kisah cinta di antara keduanya? Silakan cari jawabannya di novel ini, hehehe.
Menurut saya, penulis novel ini mampu memainkan
perasaan pembaca. Selain menghibur, cerita dalam novel ini juga mengandung
tuntunan. Novel ini tidak hanya bercerita tentang ketaatan seorang gadis terhadap
ajaran agama, namun juga ada cerita persahabatan, keluarga, dan cinta.
Awal membaca novel ini, saya langsung membayangkan
sosok Dilan dan Nathan yang digabung menjadi seorang Abyan Nandana. Mungkin
penulis novel ini juga merupakan penggemar Dilan dan Nathan seperti saya ya,
hehe. Namun, bukan mencoba menggabungkan wajah Iqbal Ramdhan dan Jefri Nichol
yang sama-sama tampan itu, tapi lebih kepada karakter yang mereka mainkan dalam
film Dilan dan Dear Nathan. Gantengnya, nakalnya, lucunya, gemesnya, dapet.
Dari awal hingga akhir membaca novel ini, imajinasi
saya dibuat terus melayang di udara. Bagaimana tidak? Setelah membayangkan
sosok Abyan Nandana seperti sosok Dilan dan Nathan, selanjutnya saya dibuat membayangkan
sosok Zahra Fatimah. Sambil senyum-senyum sendiri, saya menggambarkan sosok
Zahra Fatimah seperti sosok Milea dan Salma (pasangan Dilan dan Nathan) tapi
dalam versi syar’i, hehehe.
Jadi begini, penulis menggambarkan sosok Abyan
Nandana sebagai seorang siswa yang sangat bandel di sekolah. Sering terlibat
perkelahian, seragam acak-acakan, dan sering terlihat merokok di kantin
sekolah. Namun, jangan salah. Selain terkenal karena sosoknya yang bandel,
Abyan juga dikenal sebagai sosok tampan yang diinginkan banyak perempuan. Ditambah
dengan motor gedenya yang keren, semakin lengkap saja kekerenan Abyan ini.
Sedangkan Zahra menjadi siswi pindahan seperti Milea
dan Salma menuntutnya beradaptasi dengan lingkungan yang jauh berbeda dari sebelumnya.
Sama-sama digambarkan sebagai sosok cantik dan lemah lembut, Zahra juga menjadi
idaman banyak orang sama seperti Milea dan Salma. Bedanya, Zahra ini lebih
islami. Ia dikenal sebagai seorang gadis sholihah yang dikagumi banyak pria.
Jadi bagaimana? Apakan kalian sependapat dengan
saya? Hehehe. Bagi yang sudah baca, tolong komen ya!
Namun ingat, jauh dari kesan menjiplak lo ya. Kalau
terinspirasi mungkin iya. Karena penulis novel Zahra dan Abyan ini membuat
jalan ceritanya sendiri, tidak kalah menarik dengan jalan cerita Dilan dan Dear
Nathan. Bagaimana tidak? Saya dibuat bertanya-tanya pada ending cerita ini. Bab
demi bab dalam novel ini dikemas ringan namun tetap membuat penasaran.
Saya dibuat tidak percaya dengan jalan cerita novel
ini, konflik yang hadir dalam novel ini juga sangat menarik. Sejujurnya, saya
belum pernah membaca novel dengan cerita seperti ini. Ending dalam novel ini
juga jelas bikin baper banget. Kalian harus baca sendiri dan rasakan sensasinya
hehe.
Seperti yang saya bilang tadi, selain menghadirkan
bacaan yang menghibur, novel ini juga memberikan tuntunan kepada pembacanya.
Menurut saya, inilah poin plus dari novel ini. Konflik yang dihadirkan juga
sangat cocok dengan keadaan seperti sekarang. Recommend banget buat di baca
anak muda yang galau karena cinta yang belum halal, hehe. Selain itu bagus juga
dibaca orang tua untuk dijadikan sebagai pelajaran.
Oh iya, selain bahas cerita Zahra dan Abyan yang
gemesin, saya juga ingin membahas penampakan novel ini, hehehe. Novel berukuran
14×20 ini memiliki cover yang simple dan keren. Dengan warna putih bergaris
seperti buku anak sekolah cukup menggambarkan kesan remaja. Apalagi ditambah
dengan gambar sepatu convers hitam di bawah tulisan Zahra dan Abyan turut
mempercantik tampilan depan cover novel ini.
Sedangkan tampilan belakang cover novel yang berharga 75.000 ribu ini juga tidak kalah keren. Cuplikan percakan Zahra dengan seorang teman cukup membuat baper. Ditambah dengan sedikit gambaran tentang sosok Zahra dan Abyan juga semakin menambah rasa penasaran. Selain itu, tak lupa nama penerbit AE Publishing terpampang di bagian pojok sebelah kiri, dan nomor ISBN 9786025468766 tepat di sebelah kirinya.
Tulisan dalam novel ini juga sangat rapi, hampir
tidak ada typonya lo. Penggunaan beberapa kata dalam bahasa sunda juga tidak menjadi masalah,
karena telah disediakan catatan kaki mengenai makna dari bahasa sunda tersebut.
Jadi tidak perlu pusing kalau tidak mengerti artinya. Saya menghatamkan novel ini dengan sekali baca saja, tidak memerlukan waktu lama. Diantara ashar dan maghrib saja sudah cukum, untuk membaca 283 halaman yang terasa begitu singkat untuk novel sebagus ini hehe
Penggunaan font yang jauh dari kesan alay juga membuat
pembaca merasa nyaman ketika membaca. Dan satu lagi, kualitas cover dan
kertasnya tidak usah diragukan lagi. Karena novel ini menggunakan soft cover dan kertas book papper 72 . Disediakannya pembatas
buku juga sangat membantu dan semakin memberi kenyamanan saat membaca. Apalagi bagi yang ikut PO pertama seperti saya, sudah dipastikan mendapatkan gantungan kunci yang gemesin seperti covernya lo. Hehe.
Sekian dulu review dari saya, sampai jumpa di review selanjutnya.
0 Response to "Review Novel Zahra dan Abyan "
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.