Senin, 26 Maret 2018

Berhenti - Ka’dew Baasith





Berhenti,

Jangan kau buat aku terus berlari.

Kakiku mulai goyah, kerongkonganku terasa terbakar.

Berhenti,

Sendiku tak mampu lagi menumpu tulang.

Nafasku tak lagi panjang.



Berhenti,

Cukup dengan ini ... cukup dengan ini ....

Aku kepayahan, aku kehabisan nafas.

Aku mohon berhenti,

Tengoklah ke belakang,

Aku terseok sepanjang jalan, aku tenggelam dalam lautan.



Tapi kau terus berlari, kau terus melangkah pergi.

Suaraku tak sampai, menghilang di udara.

Pintaku melayang, terbang bagai asap.



Kau,

Masih tidak berhenti.

 



Ka’dew baasith adalah nama pena dari perempuan 25 Tahun asal klaten, Jawa Tengah “Ika Dewi Kurniawati”. Merupakan perempuan biasa yang senang menulis puisi dan cerita fiksi.
Aktif di FB dengan Nama Ika Dewi Kurniawati / Ka’dew Baasith
IG : Ka’dew Baasith

Rabu, 21 Maret 2018

Ibu Periku - Siti Aidah




Ibu Periku

Tik tik tik bunyi hujan di atas genting
Airnya turun tidak terkira
Cobalah tengok dahan dan ranting
Pohon dan kebun basah semua


Aku hafal betul hujan Desember 15 tahun lalu, aku hanyalah seorang gadis kecil yang berumur 10 tahun, waktu itu.
Sekarang apa bisaku, hanya menyesali potongan kenangan pahit dan manis sekaligus. Sungguh membuatku menderita.


"Ibu ... Ibu ..." aku menerobos massa yang sedang menyiram pantiku.
Aku tertunduk lemas, begitu melihat pantiku sudah habis dimakan api.
Seorang Ibu mengajakku, "Nak, mari ke rumah sakit, Ibu panti ada di sana."
Aku mengangguk menyetujui ajakannya.
Ibu itu membantuku, dengan dipapahnya. Aku sadar tanganku masih memegang sekantung kresek gorengan pesanan
Ibu panti, Ibu periku.


Tak butuh lama untukku sampai ke rumah sakit, setelah sampai di ruangan Ibu peri, kulihat dia tak sadarkan diri.
Dokter yang memeriksanya memvonis Ibu periku sakit paru-paru stadium akhir, sedikit kemungkinan nyawanya bisa
tertolong. Ibu tadi meninggalkanku, memberi waktu untuk aku dan Ibu periku.
Kupegang tangan Ibu periku yang mulai lemah. Tak lama kemudian, kurasakan sedikit pergerakan tangannya.


"Nisa ..." ucap Ibu periku, nada bicaranya terdengar lemah.
"Iya, bu," aku membiarkan tangannya mengelus mukaku.
"Kau cantik."
"Akh, Ibu bisa saja,"
"Mana yang sakit, bu?"tanyaku begitu melihat ia memegang dadanya.
"Tidak ada, Ibu baik-baik saja."
Aku mencium tangannya lembut. Kubisikan kata-kata ajaibnya dalam hati, Allah menghadiahkan dua tangan, walau
sejatinya kedua tangan itu bukan sepasang sayap yang akan membawamu terbang. Tapi percayalah! Dengan
mengucapkan bismillah, semua yang kau inginkan akan terbang. Sampai kepada Tuhan.' Ibu peri menempelkan
kedua tangannya, mengajariku cara berdoa saat aku baru berusia 4 tahun.
Tanpa sadar, aku melamun waktu itu, sampai-sampai aku meneteskan air mata.
"Nis, apa kau ingat dengan keinginanmu?"
"Aku ingin menjadi dokter," ucapku polos.
"Ibu mendukungmu, jangan pernah berhenti untuk berdoa dan berusaha. Ibu akan selalu mendoakanmu,"Ibu periku
menjeda ucapannya."Ibu titip teman-teman panti, kalian harus suskes bersama, kalian harus tetap akur walaupun nanti
Ibu sudah pergi."

Aku baru sadar, kalau teman-teman pantiku yang selamat sudah memenuhi ruangan Ibu peri. Mereka ikut terharu, dan
mendekati Ibu periku
"Ibu jangan bilang seperti itu," ucapku Dea, teman panti yang seumuran denganku. Dia menangis tersedu-sedu dan
tak bisa menahan air matanya lama.
"Tak, apa. Ibu rasa harapan kalian akan sampai pada Tuhan,"
"Ibu yakin kalian itu anak baik, Tuhan pasti akan mengabulkan."
Kurasakan pegangan Ibu peri melemah, dan ia mulai memejamkan matanya.
Sungguh, aku merasa kehilangan.


Sampai saat ini pun, aku tak akan pernah bisa melupakan petuahnya, dan yang paling kuingat Ibu periku tak pernah
lupa mengingatkan aku dan teman-teman panti untuk mendirikan salat dan membaca al-qur'an, karena di saat sedang
melakukan itulah kita bisa berkomunikasi dengan Tuhan, membicarakan banyak harapan. Aku setuju, karena aku pikir,
doa-doa adalah sepucuk surat untuk Tuhan.


Aku berada di ruangan impianku sedari kecil, yaitu ruangan dokter. Dan beruntungnya, aku berada berada di rumah
sakit terkenal di Korea Selatan sebagai ahli bedah. Aku menunggu orang terhormat, sambil memikirkan kata-kata
yang nanti akan kuberikan padanya.
"Akh, Ibu peri aku ingin pulang ke Indonesia," gumamku sambil melihat foto gedung sate dan teman-teman pantiku
setelah mendapat Ibu peri baru.


Pintu ruangan diketuk seseorang, aku memberanikan diri membuka pintu, "Silakan duduk, Bapak Presiden
Korea Selatan yang terhormat."


Bapak Presiden pun duduk di kursi yang disediakan, "Terima kasih, kau dokter hebat yang telah menyelamatkan
putriku tercinta, dan bisa menangani penyakit paru-parunya yang stadium 2 dengan telaten."


"Kita pasti ingin menjaga orang yang disayangi, namun apa daya jika Tuhan berkehendak lain. Maka dekatlah dengan
Tuhan agar orang yang kita sayangi dijaga-Nya di saat kita tak mampu menjaga. Dan saya yakin, bapak sudah
melakukan itu," ucapku.  

-TAMAT-


Biodata Penulis

Siti Aidah, lahir di Bandung Barat 26 November 1999. Sekarang duduk di kelas 3 MA Karya Madani.
Alamat Kp. Cicariu Rt 18 Rw 07 Desa Ciroyom Kec. Cipeundeuy Kab. Bandung Barat. Alamat email
sitiaidah747@gmail.com . Akun fb; Siti Aidah.

Sabtu, 17 Maret 2018

Prabu - Ka’dew baasith



Prabu
By : Ka’dew baasith

Lengan-lengan kekarmu meraih tubuhku yang hampir mati,
Bila Sang pemilik waku mengizinkan, aku bahkan inginkan detik berhenti.
Sejenak untuk tetap seperti ini.

Mata itu, mengisyaratkan indah dunia, sekaratku perlahan kian mereda.
Singa yang mencabik-cabik dagingku, bahkan iri melihatku.

Terik mentari tengah siang ini, terasa hangat begitu lembut, menyentuh tulang yang berlumur darah.

Aku, sampai di sini.
Aku, tetap menanti.
Aku akan hilang membersamai semilir bayu ke arah timur.
Carilah aku pada tetes embun saat fajar.
Lihatlah aku berjatuhan dari bunga mawar.
Aku, akan ada disana.

Kau akan merasakan ....
Betapa aku, mencintaimu.
Betapa aku, masih menunggumu,
Prabuku.


Baca juga : Mawar Hitam - Mirna W

 Biodata Penulis 

Ka’dew baasith adalah nama pena dari perempuan 25 Tahun asal klaten, Jawa Tengah 
“Ika Dewi Kurniawati”. Merupakan perempuan biasa yang senang menulis puisi dan cerita fiksi.
Aktif di FB dengan Nama Ika Dewi Kurniawati / Ka’dew Baasith
IG : Ka’dew Baasith

Selasa, 13 Maret 2018

Mawar Hitam - Mirna W



Mawar Hitam
Secercah harapan hilang,
Secercah asa pergi,
Kelamnya malam, sekelam jiwanya,
Jiwa yang sudah terjamah,
Jiwa yang sudah menghitam,
Takkan kembali merah ataupun putih,
Takkan kembali sebening air hujan,
Kesedihan, penyesalan, dan kehidupan,
Terkalahkan oleh buain nafsu,
Hitam takkan pernah menjadi putih,
Penyesalan takkan datang diawal,
Kau yang melakukan dan kau yang bertanggung jawab,
Wanita ibarat mawar,
Merah merekah dan indah,
Namun mawar merah ini, telah menjadi kelam,
Terkungkung angannya setan,
Terjerumus nikmatnya dunia,
Asa jiwa menyesal hingga akhir.



BIODATA PENULIS



Saya hanyalah seorang gadis yang lahir dua puluh tahun silam, yaitu hari minggu 29-12-96,
bercita-cita menjadi seorang guru dan penulis. Nama  lengkap saya Mirnawati, saya lebih suka
ketika di setiap karyanya tertera nama Mirna W. Saya tinggal dikota Kuningan, Jawa Barat,
email saya Mirnabasyasya@gmail.com dan FB Mirna Cloew dan Ig saya @Mirna7643.
Terima kasih.





Selasa, 06 Maret 2018

Ayah Aku Rindu - Syifa Ul Asfiya



Ayah Aku Rindu
Sudah lama
Wajah teduhmu tak menghiasi hariku
Waktu melenggang
Jarak membentang


Ayah..
Detak detik waktu telah berlalu
Aku rindu
Ketika jarak tak merenggang
Ketika rumput tak tertawa dan bergoyang


Ku lihat perjuanganmu tak terhenti
Masih saja,
Peluh keringat di wajah dan tubuhmu
Darah di kakimu waktu itu


Aku ingat,
Kata ibu,
Karena berjuang, kau rela dimarahi
Kau rela terluka
Dan kau rela menua demi keluarga


Ayah..
Pada setiap apa yang kau perjuangkan
Aku berterima kasih,
Dan ku bersyukur,
kupunyai cinta pertama yaitu engkau
Lelaki terbaik tanpa keluh, meski disetiap sudut hati ada goresan pilu
Menahan perih tanpa letih,
Menahan rindu yang berbuih.
Dan kuterima,
Kasih sayang yang selalu membanjiri hari-hariku
Meski kau tak di sisi


Ayah..
Ku langitkan do’a dalam bait-bait malamku
Semoga luka perjuanganmu tak sia-sia,
Semoga cita-citamu tertancap di langit,
Lalu diterbangkan Tuhan melalui ulas senyummu
Semoga rinduku tersampaikan,
Melalui mimpi yang melesat dalam tidurmu
Melalui angin yang merapat dalam dinginmu.
Ayah, aku mencintaimu.


Tentang penulis
Nama saya adalah Syifa Ul Asfiya, saya berasal dari Cilacap yang sedang mengenyam pendidikan
di UIN Walisongo Semarang dengan prodi Pendidikan Fisika. Dari kecil saya sudah menyukai
dunia sastra, meskipun prodi saya bertolak belakang dengan sastra, tapi saya tetap menyukainya
dan ingin mempelajarinya secara intensif. Nomor whatsapp 087705060987 dan instagram saya
@syfasfi. Kepada admin yang telah menerima naskah saya, saya ucapkan terima kasih.
D:\ABOUTME\KKL Bali\IMG_2333.JPG         C:\Users\asus\Pictures\aaai.png