By : Daffa Randai
Kendatipun keping penyesalan itu
kerap berlayar mengarungi jantung
maka andaipun karam, karamlah aku di persimpangan detakmu
detak yang menyekap segala kekhilafan rindu
detak yang memintasi niatan temu
dan detakmu adalah detak yang melesapkan
keberadaanmu dari himpunan sajakku
Kendatipun bilah penyesalan itu
acapkali mendayungi nadi
maka andaipun pupus, pupuslah aku di kepincangan denyutmu
denyut yang menyesap segala kepiluan waktu
denyut yang mengerisutkan janji
dan denyutmu adalah denyut yang membiaskan namamu
dari tiap-tiap larikan sajakku
Kendatipun gelintir penyesalan itu
kerap melayari persungaian mata
maka andaipun penyap, penyaplah aku tersingkap kerjapmu
kerjap yang menulahi jarak
kerjap yang meluputkan tatap
dan kerjapmu adalah kerjap yang memusnahkan hidupmu
dari kehidupan sajakku
Daffa Randai, lahir di Srimulyo, Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan pada 22 November 1996. Tercatat sebagai mahasiswa aktif di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Sarjanawiyata Tamansiswa (UST) Yogyakarta. Detik ini sedang menjelma sebagai siswa di Sekolah Jurnalistik SK Trimurti 2017 yang diselenggarakan oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Yogyakarta, dan berpotensi gagal wisuda.
Puisi-puisinya tergabung dalam beberapa antologi bersama seperti, Tasbih-Tasbih Rindu (Wahid Media, 2017) dan Tematik Rindu (Sudut Sastra, 2017). Karya-karyanya yang lain dapat dijumpai di beberapa media daring seperti: jejakpublisher.com, binisbelta.id, lpmpendapa.com, Ayo Menulis, medium.com, kibul.in, inspirasi.co, penakota.id, dan lain-lain. Tergabung dalam komunitas Pura-Pura Penyair dan dengan bangga mengklaim dirinya sebagai sebaik-baik manusia di muka bumi yang paling mencintai puisi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.