Nama Buku : SERUNI
Penulis : Almas Sufeeya
Penerbit : Republika
Cetakan : I, Februari 2017
Tebal : vi+ 239 halaman ; 13,5 x 20,5
cm
Blurb:
Seruni
tak menyesal meninggalkan segala hal yang menjadi tumpuan hidupnya selama
bertahun-tahun di negeri sakura. Karena ia sudah berjanji pada dirinya sendiri,
ia tidak akan menunda atau menunggu untuk bisa kembali ke Indonesia demi
seseorang yang amat dirindukan. Meskipun harus menempuh jalan yang panjang,
sukar, dan terjal. Ia siap menanggung segala konsekuensi asalkan bisa bertemu
dengan orang itu.
***
Sinopsis:
Novel
beraroma jepang, kental terlihat saat pertama kali melihat covernya. Seorang
wanita jepang dengan mawar besar di punggungnya. Mawar, simbolik bunga kesukaannya
yang sama juga dengan nama Ibunya.
Sejenak menelusuri penasaran, memang
berkisah tentang gadis bernama Krisan alias Seruni yang tinggal di Jepang. Jauh
hari rela pergi meninggalkan tumpuan hidupnya di negeri sakura itu, demi sebuah
pencarian. Bertemu dengan kakak kandungnya, Aster.
Sebuah konflik pelik telah
memisahkannya. Konflik yang berbuah dendam hingga sebuah keputusan nekad
terjadi. Seruni memilih pergi ke negeri Jepang. Bahkan, lewat cara yang begitu
menyakitkan: menghilangkan jejak, dengan pura-pura telah meninggal dunia.
Keputusan ayahnya yang menikah lagi
dengan Devi, perlakuan Mama tirinya yang jahat, sukses membuatnya begitu
dendam. Kebencian karena berpisah dari Ibu kandungnya, dan perlakuan jahat Mama
Devi begitu membuat Seruni bertekad pergi dengan cara membuat rekayasa dengan
seseorang bernama Taro, yang mana Taro sendiri anak dari mantan suami Devi.
Taro pun mengajak Seruni menjalankan sebuah misi. Pura-pura meninggal,
mengaburkan jejak dengan pergi ke negeri sakura itu. Berharap Devi akan
merasakan hal sama. Sakit, kehilangan, dan sebagainya.
Namun, dendam tetaplah dendam. Salah
satu hal indikasi melakukan perbuatan jahat, pasti tidak tenang. Bertahun-tahun
kejadian itu berlalu, sekuat apa pun Seruni menjalani aktivitasnya di Jepang,
ia tak bisa menyembunyikan tangisnya. Tangis rindu pada Aster, Kakaknya. Hal
itulah yang dirasakan Seruni. Tanpa sepengatahuan Taro, Seruni pun pergi ke
Indonesia. Mencari keberadaan kakaknya, Aster.
Banyak fakta dan lika-liku yang
terjadi selama pencarian Aster oleh Seruni. Mulai dari bertemu Ana, yang begitu
tulus sukarela membantunya. Bahkan menawarkan pekerjaan padanya, meski baru
pertama kali bertemu. (Hal. 38). Perjumpaannya dengan Aster, sangat
mengejutkan. Sangat berbeda. Aster kini adalah sosok yang anti sosial, tidak
suka bicara, dan sering melamun sendiri. Juga perjumpaannya kembali dengan Mama
Devi, serta hal-hal mengejutkan lain. Yang banyak mengajarkan kita, tentang
bagaimana sikap terbaik dalam menghadapi masalah.
Kelebihan:
Novel
yang menyuguhkan aneka pelajaran hidup yang berharga. Bagaimana agar tetap
semangat, menyikapi kehilangan sebenarnya. Karena, sejatinya, kehilangan yang
sebenarnya adalah kehilangan semangat hidup (Hal. 86). Hidup juga harus tetap
dijalani, sepelik apapun masalah yang dihadapi. "Setelah Mama nggak ada,
aku belajar melewati hari demi hari tanpa orang yang paling aku cintai. Karena
bagaimanapun hidup harus tetap dijalani." (Hal. 108)
Kita juga dapat menemukan beberapa
quote indah dan memotivasi, selain beberapa di atas. Yakni, "Cinta selalu
menemukan jalan dengan kesungguhan hati. Kalau Kakak benar-benar serius
mencarinya, pasti akan ketemu!" (Hal. 210) "Segelap apa pun hidup
yang pernah dijalani, kesempatan untuk berubah menjadi lebih baik selalu
ada." (Hal. 232) Didukung cover novel yang unik, manis, pas menggambarkan
novelnya.
Kekurangan:
Hanya
ada beberapa typo saja yang saya temui, yaitu:
Kata
"adiknya", yang tertulis "adiknnya" (Hal. 136) dan kata
"menyakitkan" yang tertulis dengan kata "meyakitkan." Dan
menurut saya, alangkah lebih nyaman dibaca, kalau memakai font berbeda. Karena
di font ini, huruf a dan o kadang salah baca. Karena menggunakan a latin, yang
hampir menyerupai huruf o.
Namun, di luar itu, tentu lebih
banyak pelajaran hidup yang dapat kita selami dari kisah seruni. Memahami
bagaimana menyikapi masalah, tidak menjadi pendendam, memaafkan orang lain
dengan tulus, dan aneka hikmah lainnya yang memotivasi hidup kita lebih baik.
Tentunya, sangat rekomendasi.
Tentang
Peresensi:
Siti
Rokhanah, Penikmat literasi yang masih belajar agar terus berkarya di dalamnya.
Beberapa karyanya masih sekitar berupa novel kroyokan, Antologi puisi dan
cerpen. Selengkapnya bisa disapa lewat Ig: @sitirokhanah_ blog: www.aksaranah.blogspot.co.id
0 Response to "Resensi Memetik Hikmah Dari Perjalanan Menebus Dendam - Siti Rokhanah"
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.